Menikah, kata yang ingin ku hindari untuk mendengarnya akhir2 ini. Rada sensitif soalnya..hehe..
Tapi malah justru semakin lekat saja dalam pendengaran karena topik yang paling sering dibahas kalau lagi ngumpul dengan temen2…(Huuaaah parah, masak harus tutup telinga sih..!! :p). Gak di dunia nyata dan dunia maya kebanyakan pembahasan sama : keinginan menikah..!, beginilah pembahasan orang dewasa (**masih merasa kecil aja, gk inget umur apa..hehe..). Kalau ketemu tmn2 lama pun ditanya “Kapan nyusul??”, Dalam hati cuma bisa berujar “Gak ada pertanyaan lain yaa?? :p”.
Siapa sih yang gak ingin menikah, menggenapkan setengah dien, dimana perhatian dan amalan yang kita lakukan dan berikan jadi lebih bernilai pahala??..Saya rasa semua pasti ingin menikah, bisa dibilang gak normal kalau gak ingin menikah..hehe…Tapi disini bukanlah masalah keinginannya tapi sudah sejauh mana mempersiapkan hati, visi, misi, dan grand design keluarga yang diinginkan. Kalau semua blm sempat terfikirkan maka saya pribadi sendiri pun belum berani untuk masuk dalam topik ini.
Menikah bukan sekedar ‘penjagaan hati’ tapi lebih dari itu, juga bukan sekedar keinginan atau dorongan hati, atau juga bukan karena ‘keterpaksaan’ umur..Menikah adalah suatu yang mulia, pengalaman yang sangat berharga dalam sebuah episode kehidupan, dimana fitrah tersalurkan..Fitrah untuk memberikan cinta, perhatian dan kasih sayang..Dimana ada sebuah pengabdian, pengabdian yang berbuah syurga..Oleh karena itu dia bukan hanya menjadi sebuah pembahasan, bukan sekedar bahan obrolan, ataupun bukan sekedar keinginan, tapi ia adalah hal yang harus dipersiapkan dengan matang dan direncanakan, kemudian segera realisasikan.. ^^
Pernah suatu hari mendengar sebuah pernyataan dari seorang teman “Gw lagi banyak masalah nih, kayaknya kalau gini mending nikah aja dah..”, weitzz…nikah kok jadi pelarian. Awal2nya sih gak nyambung, apa sih hubungannya nikah dengan penyelesaian masalahnya…ternyata yang dimaksud adalah agar ada seseorang tempat berbagi, membantu minimal memberikan support untuknya untuk menyelesaikan segala masalah… (Oooooo… :D )
Yaa, menikah adalah menyatukan dua orang manusia yang pasti mempunyai karakter yang berbeda, disinilah sulitnya, ditantang bagaimana bisa menerima sepenuhnya seseorang yang menjadi pasangan kita nantinya, baik fisik maupun pemikiran, apapun karakternya, bagaimanapun latar belakangnya, apapun profesinya, dan bagaimanapun keadaannya.. Menikah juga bukan hanya menyatukan dua insan tapi dua keluarga besar. Sudahkh terfikirkan??.
Menikah juga bukan hal yang harus disegarakan tapi juga bukan hal yang harus ditunda-tunda dengan berbagai alasan, dia akan tiba tepat pada waktunya. Dengan orang yang terbaik, dan waktu yang tepat.. Yakinlah kawan….Semua kan terasa indah ketika sudah tiba saatnya.. So tak perlu banyak dibahas, tak perlu banyak mengumbar keinginan, yang terpenting adalah persiapan menuju kesana…Sekali lagi persiapan Visi, Misi dan Grand Design^^…Karena keluarga adalah bagian paling penting dari sebuah peradaban… Allah lebih tau kapan kau telah siap…
Sebenarnya inti dari tulisan ini adalah cuma ingin bilang : ‘kalau sudah terbersit ttg keinginan menikah, so berfikirlah sejauh mana GrandDesign keluarga itu sudah dibuat??’ ^_^
(**Tulisan ini kagak ada endingnya, bingung, asli..!!, sebenarnya banyak yang ingin ditulis tp kok ya suliiit dituangkan hehe….Sampe kehabisan kata2. So, to be continue lah…….^_^ ***)
Kotabumi, 28 September 2009 / 10 Syawal 1430 H
Pukul 07.29 a.m
Senin, 28 September 2009
KEGELAPAN, KETINGGIAN DAN HEWAN YANG BERGERAK CEPAT… (^3 hal yang hrs sgr ditaklukkan^)
KEGELAPAN : Pekat, hitam, yang membuat ku tak mampu melihat apapun. Dada serasa sesak, mata serasa tak ‘berguna’…Gelap, membuatku tak bisa bergerak bebas, menimbulkan berjuta bayang imajinasi yang melayang bersama hilangnya cahaya. Ketika keadaan membuatku harus berada dalam tempat gelap, itulah saat yang paling menakutkan....Tubuh serasa kaku, menghilangkan kesadaran pandangan mata….Bila saat kegelapan tiba maka lebih baik kupejamkan mata karena ia tak lagi mampu menangkap cahaya. Namun pernah kucoba beranikan diri berlama-lama membuka mata di tempat yang gelap, ah ternyata gelap itu tidak seburuk yang aku fikirkan, lama-kelamaan dalam kegelapan itu kumulai bisa melihat satu…dua…tiga benda yang tadi sempat tak terlihat.. Ternyata dalam gelap kita masih bisa menemukan cahaya..!!.
KETINGGIAN : Sampai saat ini kubelum bisa menaklukkannya. Entahlah kenapa ia terlalu menakutkan..Seluruh tubuh terasa bergetar, keringat dingin bercucuran, jantung berdetak lebih kencang ketika ketinggian harus dilewati. Teringat ketika aku PU (Praktek Umum) di Pabrik Pengolahan Sawit PTPN VII Rejosari, topik yang ku ambil tentang proses pengolahan CPO, dan mengharuskanku untuk turun-naik bangunan pabrik yang ‘super’ tinggi…Oh tidak..! Sekali ku diajak naik ke pabrik tersebut, hebat..! kuberhasil sampai pada puncak proses pengolahan (tingkatan paling tinggi) dengan keringat bercucuran dan kaki yang gemetar. Apalagi ketika ku melihat ke bawah..Huaaaaa…begitu mengerikan..!!, Taukah akhirnya?? Keesokan harinya ku menghadap pembimbing lapang untuk mengganti topik. Topik apa aja deh yang penting gak pake ketinggian…he……Ckckckc…sebenarnya kuingin metertawakan diri sendiri, betapa lemahnya tidak mampu menaklukkan yang satu ini. Mukhoyam, Outbond, dan kegiatan fisik sering kali ku ikuti, tapi kalau urusn ktinggian ‘kabur aja deh..’ hehehe…Kalau disuruh merayap, lari, manjat dikit2 or jungkir balik sekalipun masih oke lah, asal jangan disuruh berjalan di tempat yang tinggi aja… (**Parah…huhuhu..^^)
HEWAN YANG BERGERAK CEPAT : Sebenarnya ku tak takut dengan kecoa, tikus, ular, dan kadal..tapi dengan syarat mereka harus ‘DIAM”..!!. (Mana mungkin yak? Diam kan berarti mati..hehe). Tapi kalau mereka sudah beraksi, wuaah ku bisa lari tunggang langgang dan menjerit histeris apalagi kalau sampai bergerak mendekati. Gerakan cepatnya itu loh yang mengerikan, bukan jenis hewannya...‘reaksi cepat’ mereka yang misterius huaaaah mengerikan..!!. Yang terfikirkan mereka bisa melakukan apa saja dalam geraknya, bisa jadi sesuatu yang tidak kita bayangkan….Itulah yang menakutkan.. Hhhiiiiii…sereeeem….., asli..!!!! :D
NB : Klw ada yang punya tips untuk menaklukkan ketiganya??? Mohon bantuannya, Please call me…. ^_^
Kotabumi, 27 September 2009 / 9 Syawal 1430 H
Pukul 16.27 a.m
KETINGGIAN : Sampai saat ini kubelum bisa menaklukkannya. Entahlah kenapa ia terlalu menakutkan..Seluruh tubuh terasa bergetar, keringat dingin bercucuran, jantung berdetak lebih kencang ketika ketinggian harus dilewati. Teringat ketika aku PU (Praktek Umum) di Pabrik Pengolahan Sawit PTPN VII Rejosari, topik yang ku ambil tentang proses pengolahan CPO, dan mengharuskanku untuk turun-naik bangunan pabrik yang ‘super’ tinggi…Oh tidak..! Sekali ku diajak naik ke pabrik tersebut, hebat..! kuberhasil sampai pada puncak proses pengolahan (tingkatan paling tinggi) dengan keringat bercucuran dan kaki yang gemetar. Apalagi ketika ku melihat ke bawah..Huaaaaa…begitu mengerikan..!!, Taukah akhirnya?? Keesokan harinya ku menghadap pembimbing lapang untuk mengganti topik. Topik apa aja deh yang penting gak pake ketinggian…he……Ckckckc…sebenarnya kuingin metertawakan diri sendiri, betapa lemahnya tidak mampu menaklukkan yang satu ini. Mukhoyam, Outbond, dan kegiatan fisik sering kali ku ikuti, tapi kalau urusn ktinggian ‘kabur aja deh..’ hehehe…Kalau disuruh merayap, lari, manjat dikit2 or jungkir balik sekalipun masih oke lah, asal jangan disuruh berjalan di tempat yang tinggi aja… (**Parah…huhuhu..^^)
HEWAN YANG BERGERAK CEPAT : Sebenarnya ku tak takut dengan kecoa, tikus, ular, dan kadal..tapi dengan syarat mereka harus ‘DIAM”..!!. (Mana mungkin yak? Diam kan berarti mati..hehe). Tapi kalau mereka sudah beraksi, wuaah ku bisa lari tunggang langgang dan menjerit histeris apalagi kalau sampai bergerak mendekati. Gerakan cepatnya itu loh yang mengerikan, bukan jenis hewannya...‘reaksi cepat’ mereka yang misterius huaaaah mengerikan..!!. Yang terfikirkan mereka bisa melakukan apa saja dalam geraknya, bisa jadi sesuatu yang tidak kita bayangkan….Itulah yang menakutkan.. Hhhiiiiii…sereeeem….., asli..!!!! :D
NB : Klw ada yang punya tips untuk menaklukkan ketiganya??? Mohon bantuannya, Please call me…. ^_^
Kotabumi, 27 September 2009 / 9 Syawal 1430 H
Pukul 16.27 a.m
Kamis, 24 September 2009
MUNGKIN HANYA SEKEDAR GORESAN…..
Pagi ini, keinginan itu begitu kuat..
Keinginan untuk kembali menorehkan sejuta rasa
Dalam ruangan, dengan dinding2 kamar menjadi saksi bisu keberadaan diri
Melalui tekanan-tekanan pada tombol2 lunak
Menatap layar mungil yang beberapa bulan ini setia menemani kesendirian
Beriringan dengan lagu ‘mellow’ yang diputar oleh Winamp
(tp gk bertahan lama coz jd krg konsentrasi, so dimati’in aja..he)
Memang paling nyaman menuangkan rasa lewat tulisan,
Ada kepuasan tersendiri ketimbang harus menceritakan semua kisah dengan orang lain
Bebas berekspresi, bebas berkreasi, bebas menuangkan apa saja keinginan hati..
Walau kata2 itu terkadang tersirat, hanya kau saja yang bisa mengerti…
Menuangkan sejuta rasa dalam kesendirian,
Tapi ditemani beribu-ribu kata yang membuat kau tak lagi merasa sendiri
Berselancar mengikuti arus pikirn dan kata..
Menciptakan korelasi antara hati, pikiran dan gerak jari…
Dia mengalir begitu saja..
Seperti saat ini…
Benar2 tidak ada yang terpaksa..
Ada kepuasan tersendiri, yang mungkin tak dapat dirasa oleh orang lain
Terlebih untuk orang yang tak pandai berkata dan bercerita seperti diri ini..
Introvert sangat introvert…..
Tapi sekarang kutemui ia melalui tulisan
Kini tak perlu lagi dipendam, karena ia bisa tercurah kapan saja ku mau..
Permainan kata2, ah mungkin ku tak pandai
Lagi-lagi hanya ingin menuangkan disaat tak ada teman yang paling setia di muka bumi
Disaat kau rasa orang lain tak perlu tau tentang dirimu dan apa yang kau rasa.
Maka tuangkanlah….
Tuangkanlah sejuta rasa, mimpi dan keinginanmu
Kurasa lebih baik begitu
Daripada di pendam,
membengkakkan kepala,
menggelembung,
membusuk
dan akhirnya tumpah tak berguna
Sayang bukan…karena setiap episode hidup kita terlalu berharga..
Kau bisa menangis, tersenyum, tertawa bersama beribu kata itu
Bebas….lagi-lagi bebas…
Menuangkan apa saja yang kau mau
Tanpa terpaksa dan tak perlu khawatir orang lain akan menertawakanmu
Kau tak perlu menyembunyikan air matamu,
Atau menutup mulut menahan tawamu..
Kau bisa melakukan apapun yang kau mau dengannya..
Ya…dengan berjuta kata itu…
Ah sudahlah, tak perlu banyak kata lagi…
Karena ku tak tahan lagi untuk menuangkan isi kepala dan hati
Saat ini…….disni…..
Kotabumi 4 Syawal 1430 H/24 September 2009
10.00 am
Keinginan untuk kembali menorehkan sejuta rasa
Dalam ruangan, dengan dinding2 kamar menjadi saksi bisu keberadaan diri
Melalui tekanan-tekanan pada tombol2 lunak
Menatap layar mungil yang beberapa bulan ini setia menemani kesendirian
Beriringan dengan lagu ‘mellow’ yang diputar oleh Winamp
(tp gk bertahan lama coz jd krg konsentrasi, so dimati’in aja..he)
Memang paling nyaman menuangkan rasa lewat tulisan,
Ada kepuasan tersendiri ketimbang harus menceritakan semua kisah dengan orang lain
Bebas berekspresi, bebas berkreasi, bebas menuangkan apa saja keinginan hati..
Walau kata2 itu terkadang tersirat, hanya kau saja yang bisa mengerti…
Menuangkan sejuta rasa dalam kesendirian,
Tapi ditemani beribu-ribu kata yang membuat kau tak lagi merasa sendiri
Berselancar mengikuti arus pikirn dan kata..
Menciptakan korelasi antara hati, pikiran dan gerak jari…
Dia mengalir begitu saja..
Seperti saat ini…
Benar2 tidak ada yang terpaksa..
Ada kepuasan tersendiri, yang mungkin tak dapat dirasa oleh orang lain
Terlebih untuk orang yang tak pandai berkata dan bercerita seperti diri ini..
Introvert sangat introvert…..
Tapi sekarang kutemui ia melalui tulisan
Kini tak perlu lagi dipendam, karena ia bisa tercurah kapan saja ku mau..
Permainan kata2, ah mungkin ku tak pandai
Lagi-lagi hanya ingin menuangkan disaat tak ada teman yang paling setia di muka bumi
Disaat kau rasa orang lain tak perlu tau tentang dirimu dan apa yang kau rasa.
Maka tuangkanlah….
Tuangkanlah sejuta rasa, mimpi dan keinginanmu
Kurasa lebih baik begitu
Daripada di pendam,
membengkakkan kepala,
menggelembung,
membusuk
dan akhirnya tumpah tak berguna
Sayang bukan…karena setiap episode hidup kita terlalu berharga..
Kau bisa menangis, tersenyum, tertawa bersama beribu kata itu
Bebas….lagi-lagi bebas…
Menuangkan apa saja yang kau mau
Tanpa terpaksa dan tak perlu khawatir orang lain akan menertawakanmu
Kau tak perlu menyembunyikan air matamu,
Atau menutup mulut menahan tawamu..
Kau bisa melakukan apapun yang kau mau dengannya..
Ya…dengan berjuta kata itu…
Ah sudahlah, tak perlu banyak kata lagi…
Karena ku tak tahan lagi untuk menuangkan isi kepala dan hati
Saat ini…….disni…..
Kotabumi 4 Syawal 1430 H/24 September 2009
10.00 am
Kamis, 17 September 2009
Selamat Tinggal Ramadhan….
Ramadhan hampir berlalu. Entah dia akan menjadi saksi yang meringankan kita atau malahan menjadi saksi yang memberatkan.
“Puasa dan Al-Qur'an akan memberi syafaat bagi hamba pada hari kiamat. Puasa
berkata, 'Ya Rabbi, aku mencegahnya makanan dan syahwat, maka berilah aku syafaat
karenanya.' Al-Qur'an berkata, 'Aku mencegahnya tidur pada malam hari, maka
berilah aku syafaat karenanya'. Beliau bersabda, 'Maka keduanya diberi syafaat',”
(Diriwayatkan Ahmad)
Semoga Al-Qur'an dan puasa memintakan syafaat bagi kita pada hari kiamat kelak. Amin.
Waktu melatih diri hampir selesai. Masuklah kita kepada praktek sehari-hari. Mampukah kita mempertahankan bahkan meningkatkan prestasi kita yang telah kita raih di Ramadhan? Apakah kita kembali lagi menjadi pecundang (loosers), orang yang kalah?
Jika kita kalah, bagaimana mengharapkan orang lain untuk menang?
Sedih rasanya melihat ketidak mampuan kita untuk mengenda diri. Kita lihat wakil-wakil rakyat yang berperilaku seperti anak-anak. Dimana hilangnya kesabaran kita? Kemana larinya kemampuan kita untuk melakukan puasa dan shalat lail? Ternyata kita hanya menjadi seorang Ramadhani saja, yaitu orang yang mengingat Allah kala Ramadhan saja. Dalam sebuah ceramahnya, Syaikh Al-Qardhawy mengatakan bahwa barangsiapa yang menyembah bulan Ramadhan, sesungguhnya bulan Ramadhan itu telah mati dan berlalu. Sementara Allah tidak pernah mati dan senantiasa hidup. Diantara orang salaf ada yang berkata:
“Seburuk-buruk orang ialah yang tidak mengenal Allah kecuali pada bulan Ramadhan.
Maka jadikanlah diri anda seorang Rabbani, dan jangan menjadi Ramadhani.”
Mudah-mudahan kita termasuk orang yang lebih baik dari itu. Mudah-mudahan Ramadhan ini membekas di hati kita dan kebiasaan-kebiasaan baik yang telah kita lakukan di bulan Ramadhan ini menjadi tetap. Jika tidak 100% melekat, mungkin sekian persen saja. Mudah-mudahan kita masih diberi kesempatan untuk melakukan sekolah Ramadhan lagi di tahun depan. Dan mudah-mudahan kita dapat lebih baik lagi
“Puasa dan Al-Qur'an akan memberi syafaat bagi hamba pada hari kiamat. Puasa
berkata, 'Ya Rabbi, aku mencegahnya makanan dan syahwat, maka berilah aku syafaat
karenanya.' Al-Qur'an berkata, 'Aku mencegahnya tidur pada malam hari, maka
berilah aku syafaat karenanya'. Beliau bersabda, 'Maka keduanya diberi syafaat',”
(Diriwayatkan Ahmad)
Semoga Al-Qur'an dan puasa memintakan syafaat bagi kita pada hari kiamat kelak. Amin.
Waktu melatih diri hampir selesai. Masuklah kita kepada praktek sehari-hari. Mampukah kita mempertahankan bahkan meningkatkan prestasi kita yang telah kita raih di Ramadhan? Apakah kita kembali lagi menjadi pecundang (loosers), orang yang kalah?
Jika kita kalah, bagaimana mengharapkan orang lain untuk menang?
Sedih rasanya melihat ketidak mampuan kita untuk mengenda diri. Kita lihat wakil-wakil rakyat yang berperilaku seperti anak-anak. Dimana hilangnya kesabaran kita? Kemana larinya kemampuan kita untuk melakukan puasa dan shalat lail? Ternyata kita hanya menjadi seorang Ramadhani saja, yaitu orang yang mengingat Allah kala Ramadhan saja. Dalam sebuah ceramahnya, Syaikh Al-Qardhawy mengatakan bahwa barangsiapa yang menyembah bulan Ramadhan, sesungguhnya bulan Ramadhan itu telah mati dan berlalu. Sementara Allah tidak pernah mati dan senantiasa hidup. Diantara orang salaf ada yang berkata:
“Seburuk-buruk orang ialah yang tidak mengenal Allah kecuali pada bulan Ramadhan.
Maka jadikanlah diri anda seorang Rabbani, dan jangan menjadi Ramadhani.”
Mudah-mudahan kita termasuk orang yang lebih baik dari itu. Mudah-mudahan Ramadhan ini membekas di hati kita dan kebiasaan-kebiasaan baik yang telah kita lakukan di bulan Ramadhan ini menjadi tetap. Jika tidak 100% melekat, mungkin sekian persen saja. Mudah-mudahan kita masih diberi kesempatan untuk melakukan sekolah Ramadhan lagi di tahun depan. Dan mudah-mudahan kita dapat lebih baik lagi
Senin, 14 September 2009
Satu Bulan Penuh Arti...
Banyak kisah…terlalu banyak kisah untuk diceritakan dalam satu bulan terakhir…
Mobilitas Bandar Lampung-Kotabumi setiap hari Sabtu-Minggu yang kujalani menyiratkan berjuta hikmah dan warna dalam episode perjalanan hidup ini. Di dalam bus, di terminal, dalam angkot, ketika silaturahim dan menginap di rumah beberapa teman (**Nomaden^^). Disaat itulah tanpa sengaja (**tp ku yakin ini adalah skenario Allah untuk memberikan pelajaran berarti bagiku dalam hidup) ku memperhatikan sikap dan gerak-gerik orang2 yang ada di sana, belajar banyak dari beberapa kehidupan keluarga yang berbeda-beda, karakter2 yang memberikan pelajaran bagaimana ku harus bersikap, serta pribadi-pribadi yang unik dan kehidupan dunia yang sebenarnya… Semakin kusadar berjuta pelajaran terserak dimana-mana, hanya terkadang kita tak pandai mengambil dan menangkap itu semua..Semoga kita tetap bisa menjadi pembelajar sejati dalam kampus kehidupan ini..
Pengalaman adalah guru termahal dalam hidup..”Fa bi ayyi ala Irabbikuma tukadzibaan”..Aku merasa Allah begitu sayang padaku, skenario ini begitu indah, walau terkadang ku lupa untuk sekedar mengucapkan kata syukur... Kesempatan itu selalu ada untuk menjadi baik dan berbuat kebaikan.
Kotabumi, 15 September 2009/25 Ramadhan 1430 H
7:22 AM
Mobilitas Bandar Lampung-Kotabumi setiap hari Sabtu-Minggu yang kujalani menyiratkan berjuta hikmah dan warna dalam episode perjalanan hidup ini. Di dalam bus, di terminal, dalam angkot, ketika silaturahim dan menginap di rumah beberapa teman (**Nomaden^^). Disaat itulah tanpa sengaja (**tp ku yakin ini adalah skenario Allah untuk memberikan pelajaran berarti bagiku dalam hidup) ku memperhatikan sikap dan gerak-gerik orang2 yang ada di sana, belajar banyak dari beberapa kehidupan keluarga yang berbeda-beda, karakter2 yang memberikan pelajaran bagaimana ku harus bersikap, serta pribadi-pribadi yang unik dan kehidupan dunia yang sebenarnya… Semakin kusadar berjuta pelajaran terserak dimana-mana, hanya terkadang kita tak pandai mengambil dan menangkap itu semua..Semoga kita tetap bisa menjadi pembelajar sejati dalam kampus kehidupan ini..
Pengalaman adalah guru termahal dalam hidup..”Fa bi ayyi ala Irabbikuma tukadzibaan”..Aku merasa Allah begitu sayang padaku, skenario ini begitu indah, walau terkadang ku lupa untuk sekedar mengucapkan kata syukur... Kesempatan itu selalu ada untuk menjadi baik dan berbuat kebaikan.
Kotabumi, 15 September 2009/25 Ramadhan 1430 H
7:22 AM
JENUH
Belakangan apa yang kurasakan membuat gelisah tersendiri di hati..
Jenuh…kata-kata yang mungkin ingin ku hindari, tapi kini ku tak bisa menolaknya untuk menghampiri diri..
Aku pun tak tahu dan mungkin tak punya alasan kenapa ku harus jenuh dengan semua ini..hingga terlintas dalam pikiran dan akhirnya tertuang dalam sebuah kata “ Aku ingin mengundurkan diri dari organisasi ini..!”..Bukan ungkapan sesaat atau sekedar pelampiasan kekesalan tapi itulah yang kurasakan. Selama ini ku hanya ingin jujur pada diri sendiri….Sungguh semua kenyataan ini membuat ku jenuh..!
Entahlah mungkin karena ku terlalu cinta dengan organisasi ini (**ku malu jika harus bilang “bahwa ku cinta dengan dakwah ini”). Kurangnya respon dari yang lain sejak awal, tiada keseriusan dalam pengelolaan, alas an kesibukan personel yang ‘luar biasa’ yang membuat kesan semua ini hanya dijadikan sebagai tempat ‘mampir’ mengisi waktu luang, disinilah masalahnya..!!, dan kenyataan inilah yang membuat aku jenuh, tapi ku tak mampu mengungkapkan kpd mereka…(serta seabrek “alasan” lain yang terlalu pribadi untuk diungkapkan disini).
Mungkin semangat yang membara pada diri ini diawal2 kepengurusan kini tinggal kepingan2 kekecewaan, sebuah mimpi yang sudah di konsep bersama terasa tak ada artinya lagi, luluh lantak bersama kepingan semangat yang mulai padam..Bukankah sebuah bangunan itu akan kokoh apabila setiap tiang2 penyangga bersatu, kuat menopang bersama-sama???..Bisa dibayangkan apabila hanya satu atau dua tiang saja yang bersemangat menopang sedangkan yang lain lemah (*mungkin tepatnya ‘melemahkan diri’)..??, maka sang bangunan akan miring, dan lama-kelamaan sang tiang yang kokoh itupun akan berangsur lelah menahan beban itu sendiri..
Kembali ku bercermin pada diri sendiri….Mungkin ada niatan yang salah dalam diri, ‘kekecewaan’ dan ‘kejenuhan’ itu tidak akan muncul ketika Allah menjadi satu-satunya tujuan dalam setiap aktivitas. Wallahualam bi shawab, sampai kinipun ku masih berusaha meluruskan niat kembali, mencoba menyusun & merekatkan serpihan semangat itu, mengokohkan diri agar kata-kata itu jangan sampai tersampaikan…Sekali lagi kuingin bilang, mungkin karena ku terlalu cinta dengan organisasi ini (**aku masih terlalu malu pada Mu ya Rabb untuk bilang bahwa ku cinta dengan aktivitas dakwah Mu ini**)
Aktivitas ini yang menghubungkan kembali aku dengan saudara-saudara seperjuangan, yang menyimpan sejuta kenangan indah masa-masa perjuangan di kampus, yang sedikit banyak telah mendidik dan membesarkanku dalam aktivitas dakwah yang penuh warna, dan ukhuwah indah yang tak terlukiskan…Aaah…benar-benar ku terlalu cinta dengan ini semua, dan ini yang membuat ku tak ingin meninggalkannya…Dan semoga cinta ini membuat ku masih bisa bertahan, memberi kekuatan untuk menepis segala jenuh dan kekecewaan……
Ya Rabb ampuni hambamu ini, karena Engkau lebih tau apa yang ada di hati ini…Amiin.
Kotabumi, 15 September 2009/25 Ramadhan 1430 H
6:48 AM
Jenuh…kata-kata yang mungkin ingin ku hindari, tapi kini ku tak bisa menolaknya untuk menghampiri diri..
Aku pun tak tahu dan mungkin tak punya alasan kenapa ku harus jenuh dengan semua ini..hingga terlintas dalam pikiran dan akhirnya tertuang dalam sebuah kata “ Aku ingin mengundurkan diri dari organisasi ini..!”..Bukan ungkapan sesaat atau sekedar pelampiasan kekesalan tapi itulah yang kurasakan. Selama ini ku hanya ingin jujur pada diri sendiri….Sungguh semua kenyataan ini membuat ku jenuh..!
Entahlah mungkin karena ku terlalu cinta dengan organisasi ini (**ku malu jika harus bilang “bahwa ku cinta dengan dakwah ini”). Kurangnya respon dari yang lain sejak awal, tiada keseriusan dalam pengelolaan, alas an kesibukan personel yang ‘luar biasa’ yang membuat kesan semua ini hanya dijadikan sebagai tempat ‘mampir’ mengisi waktu luang, disinilah masalahnya..!!, dan kenyataan inilah yang membuat aku jenuh, tapi ku tak mampu mengungkapkan kpd mereka…(serta seabrek “alasan” lain yang terlalu pribadi untuk diungkapkan disini).
Mungkin semangat yang membara pada diri ini diawal2 kepengurusan kini tinggal kepingan2 kekecewaan, sebuah mimpi yang sudah di konsep bersama terasa tak ada artinya lagi, luluh lantak bersama kepingan semangat yang mulai padam..Bukankah sebuah bangunan itu akan kokoh apabila setiap tiang2 penyangga bersatu, kuat menopang bersama-sama???..Bisa dibayangkan apabila hanya satu atau dua tiang saja yang bersemangat menopang sedangkan yang lain lemah (*mungkin tepatnya ‘melemahkan diri’)..??, maka sang bangunan akan miring, dan lama-kelamaan sang tiang yang kokoh itupun akan berangsur lelah menahan beban itu sendiri..
Kembali ku bercermin pada diri sendiri….Mungkin ada niatan yang salah dalam diri, ‘kekecewaan’ dan ‘kejenuhan’ itu tidak akan muncul ketika Allah menjadi satu-satunya tujuan dalam setiap aktivitas. Wallahualam bi shawab, sampai kinipun ku masih berusaha meluruskan niat kembali, mencoba menyusun & merekatkan serpihan semangat itu, mengokohkan diri agar kata-kata itu jangan sampai tersampaikan…Sekali lagi kuingin bilang, mungkin karena ku terlalu cinta dengan organisasi ini (**aku masih terlalu malu pada Mu ya Rabb untuk bilang bahwa ku cinta dengan aktivitas dakwah Mu ini**)
Aktivitas ini yang menghubungkan kembali aku dengan saudara-saudara seperjuangan, yang menyimpan sejuta kenangan indah masa-masa perjuangan di kampus, yang sedikit banyak telah mendidik dan membesarkanku dalam aktivitas dakwah yang penuh warna, dan ukhuwah indah yang tak terlukiskan…Aaah…benar-benar ku terlalu cinta dengan ini semua, dan ini yang membuat ku tak ingin meninggalkannya…Dan semoga cinta ini membuat ku masih bisa bertahan, memberi kekuatan untuk menepis segala jenuh dan kekecewaan……
Ya Rabb ampuni hambamu ini, karena Engkau lebih tau apa yang ada di hati ini…Amiin.
Kotabumi, 15 September 2009/25 Ramadhan 1430 H
6:48 AM
Rabu, 02 September 2009
My First Bisnis
Sebenaranya bukan bisnis yang pertama sih...sebelumnya juga sudah pernah mencba untuk memulai, walaupun ternyata di tengah jalan berhenti...Atau sering pula keinginan bisnis itu hanya sampai pada tahap konsep..hhe..
My First Bisnis...yah, inilah pertama kali kuingin serius dalam memulai bisnis..Bukan profit yang dicari tapi pembelajaran, mental seorang pengusaha itu yang ingin ku cari...Dengan niatan mulia...Bismillahirrohmaniirohim..ku memulai...Ya Allah mudahkanlah.....amiin...
My Dreamland^^
Setelah baca beberpa kisah orang-orang sukses, rata-rata menyebutkan bahwa impian itu harus digambarkan...Harus punya target waktu pencapaian...Lalu ku coba mendeskripsikan, walaupun mungkin gambar ini belum mampu mewakili begitu banyak impian dan harapan yang ingin kuraih dalam hidup ini...Sebuah impian duniawi yang harus bisa menghantarkan menuju kebahagiaan ukhrawi...Itulah impian yang sejati...Biiznillah...Semua atas campur tangan Mu ya Rabb...
BERJUTA HIKMAH DALAM 20 MENIT PENANTIAN
Setelah memesan tiket aku langsung beranjak masuk ke dalam bus yang masih ‘ngetem’ menunggu penumpang yang lain. Biasanya setelah memesan tiket aku pasti menyempatkan diri untuk duduk di deretan kursi panjang di ruang tunggu ‘Pool’ ini, sekedar memperhatikan lalu lalang, hilir mudik orang yang datang dan pergi. Selama hampir 5 tahun bolak-balik B.Lampung-Kotabumi aku tidak prnah berfikir untuk pindah berlangganan bus dari pool ini. Entahlah mungkin karena sudah terbiasa dan merasa nyaman dengan bus AC yang satu ini, jadi tidak berniat untuk pindah ke lain hati.
Tapi hari ini tubuh terasa sangat lelah untuk sekedar memperhatikan dan duduk di deretan kursi panjang ini, lalu kuputuskan segera masuk dalam bus dengan harapan aku dapat beristirahat sejenak di dalam bus yang ‘adem’ ini smbil menikmati tayangan TV yang di suguhkan didalamnya.
Rabb, mengapa tubuh ini terasa sangat lelah…Mungkin bukan hanya karena aktivitas yang padat hari ini tapi karena beban fikiran yang juga sedang membelenggu. Kusandarkan punggung dan meluruskan kaki dibawah jok kursi. Aaah, alhamdulillah sejenak kurasakan kenyamanan menyelimuti tubuh ini..Ku coba menambah kenyaman itu dengan menikmati tayangan TV yang terus berputar, sebuah acara kuis tebak judul lagu dan melanjutkan syair. Beberapa menit mataku tak beranjak dari layar itu..Mencoba menikmati…
5 menit penatian…
Kulirik jam tanganku. Kenapa blm berangkat juga ya?. Aku juga masih duduk sendiri. Bus tampak sepi, mungkin karena hari ini bukanlah hari libur jadi sedikit orang yang bepergian ke luar kota. Menunggu, hal yang paling membosankan dalam hidup! ..Ku lempar pandangan keluar dibalik kaca jendela (* tempat favorit ku dalam mobil yaitu didekat jendela, karena dengan duduk disana aku bisa menikmati pemandangan yang disuguhkan di sepanjang perjalanan..dan tentunya tidak akan membuat ku bosan)..Sebuah pemandangan ‘riweh’ terminal yang ramai yang ada di pandanganku saat ini..Orang-orang yang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing..
Bus ini diparkir menghadap sebuah rumah makan yang berada di seberang ‘pool’ ini. Aku duduk di bagian kanan dekat jendela di barisan kedua dibelakang sopir. Kembali kulempar pandangan ke luar jendela dengan kelelahan pikiran & fisik yang masih saja membelai…Bus ini berada di sebelah sebuah aliran air yang terdapat di terminal ini. Kondisi air ini tidak pernah berubah…Kotor, berwarna dan sampah..Beberapa enceng gondok turut menghiasi dengan hijaunya..Pasti tak ada ikan yang mau hidup di air itu atau mungkin hanya nyamuk yang mau tinggal disana. Ku alihkan pandangan ke seorang ibu yang sedang ’dikejar-kejar’ oleh tukang ojek.. Beberapa kali ibu ini menggelengkan kepalanya dan melambaikan tangannya kepada tukang ojek itu, tapi tetap saja tukang ojek itu mengikutinya..Sampai ibu itu memasang wajah marah dan berkata sesuatu kepada si tukang ojek itu barulah tukang ojek itu menggiring motornya meninggalkan sang ibu... Hmm, bisa kutebak apa yang di katakan oleh ibu itu…Aku tersenyum,, lagian maksa sih…syukurin kena omel ama tuh ibu…hhe..
Masih dengan tatapan dibalik jendela…Kosong…sedangkan pikiran ku sedang melanglang buana entah kemana..Begitu banyak hal yang sedang mengganggu pikiran.. Kekecewaan yang memaksa untuk segera mengambil keputusan. Kekecewaan yang menyebabkan ketidaknyamanan hadir dalam kerja-kerja dakwah yang sedang ku pikul saat ini serta kebingungan untuk melampiaskan kekecewaan ini pada siapa. Sebuah kejujuran hati itu yang ingin kucoba selalu hadirkan pada diri ini..Aku tidak bisa membohongi diri sendiri..Aku belum bisa menerima kesalahn2 itu, walaupun mungkin dahulu aku juga pernah hampir melakukan kesalahan yang sama. Tapi kenyataan2 yang baru kutemui ini sungguh telah menambah kekecewaan2 baru. Kemudian ku teringat kembali sebuah pesan dari seorang sahabat hasil diskusi panjangku dengannya semalam..”Ingatkah…pernah suatu hari almarhum Ustad Rahmad Abdullah datang kepada sekumpulan para aktvis dakwah dengan muka marah kemudian menggebrak meja dengan sangat keras dan berkata “Janganlah karena maksiat2 yang antum lakukan dan antum anggap kecil ini kemudian menjadi penyebab bobrok/rusaknya tatanan dakwah yang telah dengan susah payah dibangun oleh para pendahulu kita..?!”..Sebuah ketidaknyamanan yang sangat dirasakan oleh Ustad Rahmad Abdullah yang dianggapnya sangat mengancam berlangsungnya perjuangan dakwah ini… Tapi apakah lantaran dengan kekecewaan/ketidaknyamanan itu kemudian ustad Rahmad Abdullah meninggalkan mereka dan dakwah ini??, jawabannya adalah TIDAK..!!”…Aku kembali terpekur…hati kecilku kembali membela diri…’Toh aku bukanlah seorang ustad Rahmad Abdullah, jauh….jauuuh sangat..!!.. Aku hanya seorang insan yang juga memiliki banyak kesalahan, namun lantaran Allah masih menutupi aib2 ini dengan kasih sayangNya, sehingga aku masih bisa bernafas dengan lega…Aah entahlah, mungkin aku hanya butuh waktu untuk mengkondisikan diri dari berita2 yang baru kudengar belakangan ini.. Berita yang membuatku tidak lagi nyaman bekerja di dalam kumpulan orang2 yang ada di dalamnya.
Lain hal dengan ini…Kembali terdengar kata-kata itu jelas hinggap di telingaku..Beberapa fitnah yang hadir akibat ke ‘eksis’an keberadaan diriku pada salah satu layanan jejaring sosial.. Aaaaaaahh, ingin sekali rasanya ku menjerit, aku sungguh lelah, lelah mendengar semua itu…Ternyata jamaah ini belum cukup memberikan arti ukhuwah pada diriku..Ku sadar jamaah ini bukan lah jamaah malaikat, tetap saja jamaahnya para manusia. Tapi Rabb, Ghibah, fitnah, sungguh sangat menyakitkan…!. Bukan hanya tentang diriku…..Ku dengar, kulihat, ku amati di sekitarku, banyak sekali yang masih membicarakan keburukan saudaranya yang lain, entah berita itu benar atau salah.. Kemudian ku teringat sebuah kalimat yang pernah dikatakan seorang ‘guru’ ketika di awal2 aku belajar di kampus ini… ‘Cari seribu satu’alasan untuk tetap bisa berhusnudzon dengan saudara kita yang lain…Sungguh terdengar begitu indah bukan??... Hati kecilku bicara, seandainya mereka tau betapa kesendirian ini sangat membelenggu dan untuk saat ini hanya dengan itu ku bisa menghibur diri dari kesendirianku..Untuk saat ini hanya dengan itu ‘pencerahan2’ itu kudapat, untuk saat ini hanya dengan itu silaturahim terjalin, dan untuk saat ini hanya dengan itu diskusi2 itu tertuang..Lalu apakah aku salah???? …Ya Rabb, sungguh hanya Engkau yang maha mengetahui.. Ku berlindung kepadaMu dari keburukan sikap dan tingkah laku serta kata2 ini.. Sebuah doa andalan Abu Bakar As-Shiddiq begitu indah aku kumandangkan saat itu “ Ya Allah ampunilah aku tentang apa yang tidak mereka ketahui tentang diriku… Ya Allah jadikanlah hamba lebih baik dari apa yang mereka duga tentang diriku”. Beberapa tetes air bening jatuh menghantarkan doa ini…….Segera kusambut dengan tangan, kuhapus. malu bila ada yang melihat……Hhhuuuffff….Ku hela nafas cukup panjang… Ku paksa diriku untuk merasakan kembali kenyamanan beristirahat..
10 menit penantian…
Kulempar pandanganku kembali keluar jendela…Kucoba menyatukan mata, hati dan pikiran untuk hadir bersama.. Sebuah kesadaran yang sempurna..
Masih dengan suasana keramaian terminal yang kurang kusuka..Beberapa mobil angkot berhenti, menaikkan penumpang, kemudian berangkat…digantikan dengan angkot yang lain yang melakukan sesuatu yang sama..begitu seterusnya…..
Pandangan ku beralih menatap dari kejauhan seorang nenek tua dengan buntelan kain yang ia sangkutkan di bawah lengan kirinya…Tangan kanannya memegang sebuah mangkok kecil berwarna hijau yang ia sodorkan ke beberapa orang yang ia hampiri..Pakaiannya begitu lusuh, kebaya yang ia kenakan kusam berwarna coklat. bagian kaki yang tidak tertutupi kain panjangnya terlihat jelas kerutan2nya..Kulit itu begitu kering, mungkin karena terlalu akrab berteman dengan sinar matahari. Beberapa orang memasukkan koin2 kecil dalam mangkoknya, namun ada pula dengan wajah tidak suka langsung melambaikan tangannya ketika si nenek baru akan melangkah mendekatinya…Ku menatap dengan iba dari kejauhan, mencoba mengikuti setiap langkah ringkih kakinya..Kemanakah anak2nya, atau mungkin para cucunya? Sehingga membiarkan nenek dengan usia tuanya ini melangkah sendiri di tengah suasana panas terminal yang ganas. Ku jadi teringat sebuah acara berita di salah satu stasiun TV beberapa hari lalu yang membahas tntang Fatwa MUI yang mengharamkan mengemis, disana sang reporter menunjukkan sebuah rumah cukup bagus dengan lantai keramik dan pintu ukiran, sbuah bangunan baru tampaknya, kemudian sang reporter berkata “Siapa yang menyangka rumah yang ada di belakang saya ini adalah rumah dari seorang pengemis”..Weeww, hebat juga tuh pengemis bisa bangun rumah setara dengan rumahnya para PNS pikirku saat itu…^^, kemudian sang reporter kembali melaporkan hasil beberapa survey dari jumlah penghasilan para pengemis “Tahukah Anda para pengemis bisa berpenghasilan Rp.3-6 juta per bulannya, dan penghasilan mencapai puncaknya pada bulan Ramdhan hingga Hari Raya bisa mencapai Rp.10 juta per bulan..Wuuuiiih…keren kan??.. Bener2 ngalahin gaji PNS..!!. Tapi kalau melihat nenek tadi rasanya berbeda nasib dengan cerita itu…Wallahualam..Rabb, beliau hambamu, tidak ada satupun makhluk yang luput dari perhatianmu, maka lindungilah dan berikanlah yang terbaik kepada nenek itu…amiin..
15 menit penantian…
Look who’s there..!! Hatiku berseru…Seorang anak kecil…hmm mungkin kuperkirakan umurnya sekitar 7-8 tahun, beralas sandal jepit warna hijau, memakai kaos lusuh berwarna merah dengan celana panjang selutut menyita perhatianku kemudian… Sebenarnya sejak ku melempar pandangan ke luar jendela sejak tadi pula kulihat anak itu, tapi dia luput dari perhatianku…Ku kira dia hanyalah seorang anak kecil peminta-minta yang memang biasa mangkal di daerah ini…Tapi ternyata dia berbeda..!.
Ku perhatikan gerak-geriknya.. Kini ia bersandar pada salah satu tiang yang turut mengokohkan bangunan itu.. Ia menatap ke depan dan memegang erat tas kecil yang sejak tadi ia sangkutkan di pundaknya..Tak lama kemudian melintas sebuah mobil angkot berwarna coklat susu dan berhenti di depannya. Aku tak melihat anak itu lagi karena tubuhnya yang kecil tertutupi oleh badan angkot. Sopir angkot turun kemudian melambaikan tangan memanggil seseorang… Gerak langkah kaki kecil nan lincah dengan senyum kemudian menghampiri. Ooh ternyata yang dipanggil adalah anak kecil yang ku perhatikan tadi..Sang sopir angkot memegang pundak sang anak, sambil tangan yang satunya lagi menunjuk ke arah bagian dalam mobilnya..tampak seperti sedang memberikan instruksi kepada sang anak ini. Anak itu hanya mengangguk-anggukkan kepalanya beberapa kali, tanda mengerti mungkin.. Setelah itu sang anak membuka tasnya dan mengeluarkan sapu kecil tanpa gagang dari dalam tasnya yang ia pegang erat sejak tadi..kemudian masuk ke dalam mobil angkot itu.. Masih terlihat dari balik kaca gerak-geriknya…Ia membongkok-bongkokkan badannya mengais kolong-kolong jok penumpang dalam angkot dengan sapunya. Kemudian sekali-kali mengusap bagian atas jok itu dengan bajunya..Ia terus mengais-ngais dengan sapunya hingga sampai pada bagian pintu angkot itu.. Setelah selesai kemudian ia menghampiri sang sopir angkot yang sejak tadi sedang asyik ngobrol dengan sopir angkot yang lain. Sang sopir merogoh kantung bajunya dan mengeluarkan 1 keping uang koin limaratusan kemudian menyerahkn kepada anak itu. Anak itu menyambut dengan senyumnya. Kemudian ia segera berlari menghampiri angkot yang baru saja tiba dan di parkir tepat di belakang angkot yang ia sapu tadi, ia melakukan hal yang sama, mengeluarkan sapunya dan masuk ke dalam angkot dengan gerak-gerik yang sama, mengais2 debu dengan sapu kecil tanpa gagangnya..
Ku perhatikan hingga mobil angkot yang ketiga…Ia melakukan hal yang sama dan para sopir itupun memberikan sekeping uang yang sama.. satu keping uang limaratus rupiah..!. Mataku berkaca-kaca melihat itu semua, terharu, iba, bangga,..Subhanallah…anak itu hanyalah seorang tukang sapu angkot, di usia nya yang sekecil itu ia pasti telah mengerti arti kehidupan yang sebenarnya..Masih terlalu dini baginya untuk merasakan kerasnya hidup. Ia masih kecil tapi telah mampu makan dengan keringatnya sendiri. Masa indah kanak-kanaknya mungkin telah tenggelam diseret arus gelombang kehidupan. Dimataku saat itu ia adalah seorang ‘pahlawan’ kecil kehidupan..Yang mampu menyelamatkan diri dan bertahan dari ganasnya dunia nyata. Saat ia memutuskan untuk menjadi seorang tukang sapu angkot ketimbang meminta-minta seperti banyak anak seusianya di terminal ini sungguh ia telah menjadi pahlawan kecil kehidupan..!!. Sebuah cermin yang membuatku sangat malu menatap bayangan diriku sendiri… malu….sangat malu…
20 menit penantian…
Ku kembali melirik jam yang melingkari pergelangan tanganku.. Ya Allah sudah hampir 20 menit aku menunggu dalam bus ini…Tanpa sadar ternyata sudah cukup banyak yang mengisi bangku-bangku yang sejak tadi kosong.. Seorang ibu (seusia mama) kemudian menghampiriku, ia melihat tiketnya dan mencocokkan dengan nomor kursi “ini no 7 ya nak?” tanyanya kepadaku. Aku mengangguk “iya bu” sambutku dengan senyum (*Aku duduk di kursi no 8). Kubantu ibu itu meletakkan bungkusan plastik hitam besar miliknya di bawah jok mobil tepat disebelah kakiku.. Ia tersenyum kemudian duduk di sebelahku..”Alhamdulillah” lirihnya..Aku tersenyum, kemudian kembali menatap keluar dibalik jendela kaca ini..Aah, masih pemandangan yang sama, aku lelah….sangat lelah…Aku pejamkan mata beberapa detik, untuk kembali mengumpulkan tenaga dan kesadaran yang sejak tadi membawaku mengembara. Kubuka mata kemudian ku hela nafas panjang… Hhhuufff… Kurasakan relung-relung damai mulai menghampiri kembali…Ku coba tersenyum pada diriku sendiri…Sebuah senyum optimis untuk menghadapi semua tantangan yang ada di depanku saat ini… Tantangan kehidupan…..
Teguran petugas penarik retribusi terminal menyadarkanku dari ‘duniaku’ sendiri.. Segera ke buka tas ku dan kuambil satu keping uang limaratus rupiah..Ku lihat ibu yang duduk di sebelahku, ia tampak sibuk membongkar tasnya mencari uang kecil tampaknya..Kurogoh kembali tasku, ku tukar uang limaratus dengan satu lembar uang seribu dari dalam tasku..Kemudian kuserahkan kepada petugas retribusi itu, seraya berkata kepada ibu disebelah ku “Pake ini aja bu” kataku…Ibu itu tersenyum ‘Ooh ya, makasih ya… Ibu lagi gak ada duit kecil” katanya sambil tersenyum kepadaku.. “Iya bu” balasku dengan senyum juga..
Setelah itu terjadi obrolan antara aku dan ibu itu...Obrolan ‘perkenalan’ mungkin tepatnya..
Suara mesin mobil menghentikan obrolan kami “Alhamdulillah” desisku…”akhirnya bus ini berangkat juga”…Kembali kulirik jam, Ya Rabb, ternyata 20 menit persis aku menunggu dalam bus ini. Bus mulai bergerak, putaran-putaran roda mulai kurasakan. Bismillahirrahmanirrohim…Bismillahitawakaltu Allallahi lahawlawala quwwata illah billah…
Kulemparkan kembali pandangan dari balik kaca jendela… Masih berupa pemandangan yang sama, pemandangan terminal Rajabasa yang ramai dan sibuk. Ramai dengan para manusia yang mengejar perputaran waktu..Tapi kini pemandangan itu sedikit berbeda, kini ia bergerak, berubah dan berganti mengikuti irama perputaran roda bus yang mulai berlari meninggalkan sisa-sisa jejak yang tergores dalam tapak-tapak bumi, tanpa perduli bahwa jejak itu akan terhapus dan tergantikan dengan jejak-jejak baru…
Kulafazkan lirih “Fabiayyi ala irabbikuma tukadzibaan”…Sungguh tidak ada satu nikmat-Mu pun yang pantas hamba dustakan ya Rabb…Ampuni hamba atas segala keluhan yang tak pantas karena begitu banyak nikmat yang Kau berikan kepada hamba…Jadikanlah hamba seorang pembelajar sejati yang mampu mengambil hikmah dari setiap detik, menit dan jam yang telah dilewati, untuk semakin baik dalam setiap detik, menit dan jam yang akan dihadapi..Amin ya Rabbal aamin..
Semakin lama roda itu kurasa semakin cepat berputar, tapi aku hanya diam disini.. Mencoba mengikuti irama putarannya dan membiarkan ia membawaku mengikutinya.. Tapi aku tidak boleh diam terlalu lama, aku juga akan turut menorehkan jejak diatas tapak-tapak bumi ini. Sebuah jejak penuh makna, tanpa harus takut dan khawatir dengan jejak-jejak lain yang akan menutupinya. Karena jejak adalah sebuah sejarah, walaupun mungkin sejarah itu hanya akan dinikmati sendiri, tapi kuyakin bumi tidak akan mengahapus jejaknya, ia tetap akan merasakan sisa dari jejak-jejak itu dan akan mencatatnya sebagai bagian dari sejarah dirinya…..
Earthcity, 1 September 2009/ 11 Ramadhan 1430H
Pukul 23.25 WIB
Tapi hari ini tubuh terasa sangat lelah untuk sekedar memperhatikan dan duduk di deretan kursi panjang ini, lalu kuputuskan segera masuk dalam bus dengan harapan aku dapat beristirahat sejenak di dalam bus yang ‘adem’ ini smbil menikmati tayangan TV yang di suguhkan didalamnya.
Rabb, mengapa tubuh ini terasa sangat lelah…Mungkin bukan hanya karena aktivitas yang padat hari ini tapi karena beban fikiran yang juga sedang membelenggu. Kusandarkan punggung dan meluruskan kaki dibawah jok kursi. Aaah, alhamdulillah sejenak kurasakan kenyamanan menyelimuti tubuh ini..Ku coba menambah kenyaman itu dengan menikmati tayangan TV yang terus berputar, sebuah acara kuis tebak judul lagu dan melanjutkan syair. Beberapa menit mataku tak beranjak dari layar itu..Mencoba menikmati…
5 menit penatian…
Kulirik jam tanganku. Kenapa blm berangkat juga ya?. Aku juga masih duduk sendiri. Bus tampak sepi, mungkin karena hari ini bukanlah hari libur jadi sedikit orang yang bepergian ke luar kota. Menunggu, hal yang paling membosankan dalam hidup! ..Ku lempar pandangan keluar dibalik kaca jendela (* tempat favorit ku dalam mobil yaitu didekat jendela, karena dengan duduk disana aku bisa menikmati pemandangan yang disuguhkan di sepanjang perjalanan..dan tentunya tidak akan membuat ku bosan)..Sebuah pemandangan ‘riweh’ terminal yang ramai yang ada di pandanganku saat ini..Orang-orang yang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing..
Bus ini diparkir menghadap sebuah rumah makan yang berada di seberang ‘pool’ ini. Aku duduk di bagian kanan dekat jendela di barisan kedua dibelakang sopir. Kembali kulempar pandangan ke luar jendela dengan kelelahan pikiran & fisik yang masih saja membelai…Bus ini berada di sebelah sebuah aliran air yang terdapat di terminal ini. Kondisi air ini tidak pernah berubah…Kotor, berwarna dan sampah..Beberapa enceng gondok turut menghiasi dengan hijaunya..Pasti tak ada ikan yang mau hidup di air itu atau mungkin hanya nyamuk yang mau tinggal disana. Ku alihkan pandangan ke seorang ibu yang sedang ’dikejar-kejar’ oleh tukang ojek.. Beberapa kali ibu ini menggelengkan kepalanya dan melambaikan tangannya kepada tukang ojek itu, tapi tetap saja tukang ojek itu mengikutinya..Sampai ibu itu memasang wajah marah dan berkata sesuatu kepada si tukang ojek itu barulah tukang ojek itu menggiring motornya meninggalkan sang ibu... Hmm, bisa kutebak apa yang di katakan oleh ibu itu…Aku tersenyum,, lagian maksa sih…syukurin kena omel ama tuh ibu…hhe..
Masih dengan tatapan dibalik jendela…Kosong…sedangkan pikiran ku sedang melanglang buana entah kemana..Begitu banyak hal yang sedang mengganggu pikiran.. Kekecewaan yang memaksa untuk segera mengambil keputusan. Kekecewaan yang menyebabkan ketidaknyamanan hadir dalam kerja-kerja dakwah yang sedang ku pikul saat ini serta kebingungan untuk melampiaskan kekecewaan ini pada siapa. Sebuah kejujuran hati itu yang ingin kucoba selalu hadirkan pada diri ini..Aku tidak bisa membohongi diri sendiri..Aku belum bisa menerima kesalahn2 itu, walaupun mungkin dahulu aku juga pernah hampir melakukan kesalahan yang sama. Tapi kenyataan2 yang baru kutemui ini sungguh telah menambah kekecewaan2 baru. Kemudian ku teringat kembali sebuah pesan dari seorang sahabat hasil diskusi panjangku dengannya semalam..”Ingatkah…pernah suatu hari almarhum Ustad Rahmad Abdullah datang kepada sekumpulan para aktvis dakwah dengan muka marah kemudian menggebrak meja dengan sangat keras dan berkata “Janganlah karena maksiat2 yang antum lakukan dan antum anggap kecil ini kemudian menjadi penyebab bobrok/rusaknya tatanan dakwah yang telah dengan susah payah dibangun oleh para pendahulu kita..?!”..Sebuah ketidaknyamanan yang sangat dirasakan oleh Ustad Rahmad Abdullah yang dianggapnya sangat mengancam berlangsungnya perjuangan dakwah ini… Tapi apakah lantaran dengan kekecewaan/ketidaknyamanan itu kemudian ustad Rahmad Abdullah meninggalkan mereka dan dakwah ini??, jawabannya adalah TIDAK..!!”…Aku kembali terpekur…hati kecilku kembali membela diri…’Toh aku bukanlah seorang ustad Rahmad Abdullah, jauh….jauuuh sangat..!!.. Aku hanya seorang insan yang juga memiliki banyak kesalahan, namun lantaran Allah masih menutupi aib2 ini dengan kasih sayangNya, sehingga aku masih bisa bernafas dengan lega…Aah entahlah, mungkin aku hanya butuh waktu untuk mengkondisikan diri dari berita2 yang baru kudengar belakangan ini.. Berita yang membuatku tidak lagi nyaman bekerja di dalam kumpulan orang2 yang ada di dalamnya.
Lain hal dengan ini…Kembali terdengar kata-kata itu jelas hinggap di telingaku..Beberapa fitnah yang hadir akibat ke ‘eksis’an keberadaan diriku pada salah satu layanan jejaring sosial.. Aaaaaaahh, ingin sekali rasanya ku menjerit, aku sungguh lelah, lelah mendengar semua itu…Ternyata jamaah ini belum cukup memberikan arti ukhuwah pada diriku..Ku sadar jamaah ini bukan lah jamaah malaikat, tetap saja jamaahnya para manusia. Tapi Rabb, Ghibah, fitnah, sungguh sangat menyakitkan…!. Bukan hanya tentang diriku…..Ku dengar, kulihat, ku amati di sekitarku, banyak sekali yang masih membicarakan keburukan saudaranya yang lain, entah berita itu benar atau salah.. Kemudian ku teringat sebuah kalimat yang pernah dikatakan seorang ‘guru’ ketika di awal2 aku belajar di kampus ini… ‘Cari seribu satu’alasan untuk tetap bisa berhusnudzon dengan saudara kita yang lain…Sungguh terdengar begitu indah bukan??... Hati kecilku bicara, seandainya mereka tau betapa kesendirian ini sangat membelenggu dan untuk saat ini hanya dengan itu ku bisa menghibur diri dari kesendirianku..Untuk saat ini hanya dengan itu ‘pencerahan2’ itu kudapat, untuk saat ini hanya dengan itu silaturahim terjalin, dan untuk saat ini hanya dengan itu diskusi2 itu tertuang..Lalu apakah aku salah???? …Ya Rabb, sungguh hanya Engkau yang maha mengetahui.. Ku berlindung kepadaMu dari keburukan sikap dan tingkah laku serta kata2 ini.. Sebuah doa andalan Abu Bakar As-Shiddiq begitu indah aku kumandangkan saat itu “ Ya Allah ampunilah aku tentang apa yang tidak mereka ketahui tentang diriku… Ya Allah jadikanlah hamba lebih baik dari apa yang mereka duga tentang diriku”. Beberapa tetes air bening jatuh menghantarkan doa ini…….Segera kusambut dengan tangan, kuhapus. malu bila ada yang melihat……Hhhuuuffff….Ku hela nafas cukup panjang… Ku paksa diriku untuk merasakan kembali kenyamanan beristirahat..
10 menit penantian…
Kulempar pandanganku kembali keluar jendela…Kucoba menyatukan mata, hati dan pikiran untuk hadir bersama.. Sebuah kesadaran yang sempurna..
Masih dengan suasana keramaian terminal yang kurang kusuka..Beberapa mobil angkot berhenti, menaikkan penumpang, kemudian berangkat…digantikan dengan angkot yang lain yang melakukan sesuatu yang sama..begitu seterusnya…..
Pandangan ku beralih menatap dari kejauhan seorang nenek tua dengan buntelan kain yang ia sangkutkan di bawah lengan kirinya…Tangan kanannya memegang sebuah mangkok kecil berwarna hijau yang ia sodorkan ke beberapa orang yang ia hampiri..Pakaiannya begitu lusuh, kebaya yang ia kenakan kusam berwarna coklat. bagian kaki yang tidak tertutupi kain panjangnya terlihat jelas kerutan2nya..Kulit itu begitu kering, mungkin karena terlalu akrab berteman dengan sinar matahari. Beberapa orang memasukkan koin2 kecil dalam mangkoknya, namun ada pula dengan wajah tidak suka langsung melambaikan tangannya ketika si nenek baru akan melangkah mendekatinya…Ku menatap dengan iba dari kejauhan, mencoba mengikuti setiap langkah ringkih kakinya..Kemanakah anak2nya, atau mungkin para cucunya? Sehingga membiarkan nenek dengan usia tuanya ini melangkah sendiri di tengah suasana panas terminal yang ganas. Ku jadi teringat sebuah acara berita di salah satu stasiun TV beberapa hari lalu yang membahas tntang Fatwa MUI yang mengharamkan mengemis, disana sang reporter menunjukkan sebuah rumah cukup bagus dengan lantai keramik dan pintu ukiran, sbuah bangunan baru tampaknya, kemudian sang reporter berkata “Siapa yang menyangka rumah yang ada di belakang saya ini adalah rumah dari seorang pengemis”..Weeww, hebat juga tuh pengemis bisa bangun rumah setara dengan rumahnya para PNS pikirku saat itu…^^, kemudian sang reporter kembali melaporkan hasil beberapa survey dari jumlah penghasilan para pengemis “Tahukah Anda para pengemis bisa berpenghasilan Rp.3-6 juta per bulannya, dan penghasilan mencapai puncaknya pada bulan Ramdhan hingga Hari Raya bisa mencapai Rp.10 juta per bulan..Wuuuiiih…keren kan??.. Bener2 ngalahin gaji PNS..!!. Tapi kalau melihat nenek tadi rasanya berbeda nasib dengan cerita itu…Wallahualam..Rabb, beliau hambamu, tidak ada satupun makhluk yang luput dari perhatianmu, maka lindungilah dan berikanlah yang terbaik kepada nenek itu…amiin..
15 menit penantian…
Look who’s there..!! Hatiku berseru…Seorang anak kecil…hmm mungkin kuperkirakan umurnya sekitar 7-8 tahun, beralas sandal jepit warna hijau, memakai kaos lusuh berwarna merah dengan celana panjang selutut menyita perhatianku kemudian… Sebenarnya sejak ku melempar pandangan ke luar jendela sejak tadi pula kulihat anak itu, tapi dia luput dari perhatianku…Ku kira dia hanyalah seorang anak kecil peminta-minta yang memang biasa mangkal di daerah ini…Tapi ternyata dia berbeda..!.
Ku perhatikan gerak-geriknya.. Kini ia bersandar pada salah satu tiang yang turut mengokohkan bangunan itu.. Ia menatap ke depan dan memegang erat tas kecil yang sejak tadi ia sangkutkan di pundaknya..Tak lama kemudian melintas sebuah mobil angkot berwarna coklat susu dan berhenti di depannya. Aku tak melihat anak itu lagi karena tubuhnya yang kecil tertutupi oleh badan angkot. Sopir angkot turun kemudian melambaikan tangan memanggil seseorang… Gerak langkah kaki kecil nan lincah dengan senyum kemudian menghampiri. Ooh ternyata yang dipanggil adalah anak kecil yang ku perhatikan tadi..Sang sopir angkot memegang pundak sang anak, sambil tangan yang satunya lagi menunjuk ke arah bagian dalam mobilnya..tampak seperti sedang memberikan instruksi kepada sang anak ini. Anak itu hanya mengangguk-anggukkan kepalanya beberapa kali, tanda mengerti mungkin.. Setelah itu sang anak membuka tasnya dan mengeluarkan sapu kecil tanpa gagang dari dalam tasnya yang ia pegang erat sejak tadi..kemudian masuk ke dalam mobil angkot itu.. Masih terlihat dari balik kaca gerak-geriknya…Ia membongkok-bongkokkan badannya mengais kolong-kolong jok penumpang dalam angkot dengan sapunya. Kemudian sekali-kali mengusap bagian atas jok itu dengan bajunya..Ia terus mengais-ngais dengan sapunya hingga sampai pada bagian pintu angkot itu.. Setelah selesai kemudian ia menghampiri sang sopir angkot yang sejak tadi sedang asyik ngobrol dengan sopir angkot yang lain. Sang sopir merogoh kantung bajunya dan mengeluarkan 1 keping uang koin limaratusan kemudian menyerahkn kepada anak itu. Anak itu menyambut dengan senyumnya. Kemudian ia segera berlari menghampiri angkot yang baru saja tiba dan di parkir tepat di belakang angkot yang ia sapu tadi, ia melakukan hal yang sama, mengeluarkan sapunya dan masuk ke dalam angkot dengan gerak-gerik yang sama, mengais2 debu dengan sapu kecil tanpa gagangnya..
Ku perhatikan hingga mobil angkot yang ketiga…Ia melakukan hal yang sama dan para sopir itupun memberikan sekeping uang yang sama.. satu keping uang limaratus rupiah..!. Mataku berkaca-kaca melihat itu semua, terharu, iba, bangga,..Subhanallah…anak itu hanyalah seorang tukang sapu angkot, di usia nya yang sekecil itu ia pasti telah mengerti arti kehidupan yang sebenarnya..Masih terlalu dini baginya untuk merasakan kerasnya hidup. Ia masih kecil tapi telah mampu makan dengan keringatnya sendiri. Masa indah kanak-kanaknya mungkin telah tenggelam diseret arus gelombang kehidupan. Dimataku saat itu ia adalah seorang ‘pahlawan’ kecil kehidupan..Yang mampu menyelamatkan diri dan bertahan dari ganasnya dunia nyata. Saat ia memutuskan untuk menjadi seorang tukang sapu angkot ketimbang meminta-minta seperti banyak anak seusianya di terminal ini sungguh ia telah menjadi pahlawan kecil kehidupan..!!. Sebuah cermin yang membuatku sangat malu menatap bayangan diriku sendiri… malu….sangat malu…
20 menit penantian…
Ku kembali melirik jam yang melingkari pergelangan tanganku.. Ya Allah sudah hampir 20 menit aku menunggu dalam bus ini…Tanpa sadar ternyata sudah cukup banyak yang mengisi bangku-bangku yang sejak tadi kosong.. Seorang ibu (seusia mama) kemudian menghampiriku, ia melihat tiketnya dan mencocokkan dengan nomor kursi “ini no 7 ya nak?” tanyanya kepadaku. Aku mengangguk “iya bu” sambutku dengan senyum (*Aku duduk di kursi no 8). Kubantu ibu itu meletakkan bungkusan plastik hitam besar miliknya di bawah jok mobil tepat disebelah kakiku.. Ia tersenyum kemudian duduk di sebelahku..”Alhamdulillah” lirihnya..Aku tersenyum, kemudian kembali menatap keluar dibalik jendela kaca ini..Aah, masih pemandangan yang sama, aku lelah….sangat lelah…Aku pejamkan mata beberapa detik, untuk kembali mengumpulkan tenaga dan kesadaran yang sejak tadi membawaku mengembara. Kubuka mata kemudian ku hela nafas panjang… Hhhuufff… Kurasakan relung-relung damai mulai menghampiri kembali…Ku coba tersenyum pada diriku sendiri…Sebuah senyum optimis untuk menghadapi semua tantangan yang ada di depanku saat ini… Tantangan kehidupan…..
Teguran petugas penarik retribusi terminal menyadarkanku dari ‘duniaku’ sendiri.. Segera ke buka tas ku dan kuambil satu keping uang limaratus rupiah..Ku lihat ibu yang duduk di sebelahku, ia tampak sibuk membongkar tasnya mencari uang kecil tampaknya..Kurogoh kembali tasku, ku tukar uang limaratus dengan satu lembar uang seribu dari dalam tasku..Kemudian kuserahkan kepada petugas retribusi itu, seraya berkata kepada ibu disebelah ku “Pake ini aja bu” kataku…Ibu itu tersenyum ‘Ooh ya, makasih ya… Ibu lagi gak ada duit kecil” katanya sambil tersenyum kepadaku.. “Iya bu” balasku dengan senyum juga..
Setelah itu terjadi obrolan antara aku dan ibu itu...Obrolan ‘perkenalan’ mungkin tepatnya..
Suara mesin mobil menghentikan obrolan kami “Alhamdulillah” desisku…”akhirnya bus ini berangkat juga”…Kembali kulirik jam, Ya Rabb, ternyata 20 menit persis aku menunggu dalam bus ini. Bus mulai bergerak, putaran-putaran roda mulai kurasakan. Bismillahirrahmanirrohim…Bismillahitawakaltu Allallahi lahawlawala quwwata illah billah…
Kulemparkan kembali pandangan dari balik kaca jendela… Masih berupa pemandangan yang sama, pemandangan terminal Rajabasa yang ramai dan sibuk. Ramai dengan para manusia yang mengejar perputaran waktu..Tapi kini pemandangan itu sedikit berbeda, kini ia bergerak, berubah dan berganti mengikuti irama perputaran roda bus yang mulai berlari meninggalkan sisa-sisa jejak yang tergores dalam tapak-tapak bumi, tanpa perduli bahwa jejak itu akan terhapus dan tergantikan dengan jejak-jejak baru…
Kulafazkan lirih “Fabiayyi ala irabbikuma tukadzibaan”…Sungguh tidak ada satu nikmat-Mu pun yang pantas hamba dustakan ya Rabb…Ampuni hamba atas segala keluhan yang tak pantas karena begitu banyak nikmat yang Kau berikan kepada hamba…Jadikanlah hamba seorang pembelajar sejati yang mampu mengambil hikmah dari setiap detik, menit dan jam yang telah dilewati, untuk semakin baik dalam setiap detik, menit dan jam yang akan dihadapi..Amin ya Rabbal aamin..
Semakin lama roda itu kurasa semakin cepat berputar, tapi aku hanya diam disini.. Mencoba mengikuti irama putarannya dan membiarkan ia membawaku mengikutinya.. Tapi aku tidak boleh diam terlalu lama, aku juga akan turut menorehkan jejak diatas tapak-tapak bumi ini. Sebuah jejak penuh makna, tanpa harus takut dan khawatir dengan jejak-jejak lain yang akan menutupinya. Karena jejak adalah sebuah sejarah, walaupun mungkin sejarah itu hanya akan dinikmati sendiri, tapi kuyakin bumi tidak akan mengahapus jejaknya, ia tetap akan merasakan sisa dari jejak-jejak itu dan akan mencatatnya sebagai bagian dari sejarah dirinya…..
Earthcity, 1 September 2009/ 11 Ramadhan 1430H
Pukul 23.25 WIB
Langganan:
Postingan (Atom)