Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Kamis, 10 Juli 2008

AYO BERJUANG...!!!



Hik...hik...bisa gak ya...??? PENELITIAN KAPAN KELAR...???!!!

Minggu, 06 Juli 2008

Bila Semangat Meredup



Sikap lemah yang timbul pada diri seseorang ketika ia melakukan ibadah, setelah sebelumnya ia bersemangat, disebut juga dengan istilah futur, seperti apa yang dialami oleh Nisa diatas. Salah satu bentuk futur adalah rasa malas beribadah atau bahkan meninggalkannya sama sekali. Sikap lemah tersebut ditimbulkan oleh renggangnya hubungan seorang hamba dengan Penciptanya. Kesibukan yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas ibadah, banyaknya maksiat atau dosa kepada Allah, akan menyebabkan seseorang merasakan kesempitan dalam urusan dan kegelisahan dalam hatinya. Saat itulah hubungan seorang hamba dan Sang Pencipta merenggang.

Hassan Al-Bashri mengatakan : „Kebaikan itu merupakan cahaya dalam kalbu. Cahaya kalbu yang akan memberikan kekuatan pada tubuh. Sedangkan keburukan itu merupakan kegalapan kalbu, kegelapan yang akan menimbulkan kelemahan tubuh."

Latar belakang timbulnya futur

Futur dapat disebabkan antara lain oleh :

1. Maksiat kapada Allah

Perbuatan maksiat yang diiringi dengan sikap tenang ketika melakukannya (tanpa merasa bersalah & tidak diiringi dengan istighfar) praktis dapat merusak hubungan seseorang dengan Allah swt. Dosa-dosa kecil yang diremehkan seseorang akan semakin menumpuk. Dalam sebuah haditsnya Rasulullah pernah melukiskan, bahwa seorang mukmin yang melakukan dosa, maka dosa itu seperti satu noda hitam dalam hatinya. Jika ia beristighfar, maka hatinya akan mengkilat kembali. Bila tidak, maka noda hitam itu akan menutupi hatinya seperti yang difirmankan Allah :

Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka. (QS. 83:14)

Hati yang diliputi noda hitam itu, kata Rasulullah, akan menjadi hitam legam sehingga tidak dapat membedakan antara kebenaran dan keburukan. Urwah bin Zubair, salah seorang ulama tabi’in pernah mengatakan : „Bila kalian menyaksikan seseorang melakukan kebaikan, ketahuilah bahwa kebaikan itu memiliki saudara-saudaranya yang lain bagi orang tersebut. Bila kalian lihat seseorang melakukan keburukan, ketahuilah bahwa keburukan itu mempunyai saudara-saudaranya yang lain bagi orang tersebut. Karena sesungguhnya kabaikan itu menunjukkan saudaranya, dan demikian pula keburukan menunjukkan saudaranya."

Memang benar, bahwa seseorang yang berbuat dosa akan cenderung untuk melakukan dosa lainnya. Sebaliknya seseorang yang melakukan satu kebaikan akan cenderung untuk melakukan kebaikan berikutnya. Keburukan akan merembet pada sikap buruk lainnya, demikian pula kebaikan.

2. Sikap terlalu berlebihan terhadap hal-hal yang dibolehkan (mubah)

Allah memerintahkan untuk melakukan segala sesuatu secara seimbang dan tanpa melampaui batas. Allah berfirman :

... makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS. 7:31)

Abu Sulaiman ad-Darani mengatakan bahwa seseorang yang makan terlalu kenyang akan ditimpa 6 jenis penyakit, yang salah satunya adalah perasaan malas untuk beribadah. Logis memang. Bukankah orang yang merasa perutnya kenyang lebih suka tidur daripada berlama-lama berdiri diwaktu shalat atau duduk untuk berdzikir dan bertafakkur ? Tentu saja berlebihan yang dimaksud bukan hanya berlebihan dalam hal makan.

3. Tenggelam dalam kenikmatan dunia

Artinya, terlalu mengutamakan dunia atau tenggelam dalam aktivitas pencarian harta dan kenikmatan dunia. Dr. Mushtafa as-Siba’i pernah menuliskan dalam bukunya sesuatu yg patut kita renungkan : „Ada dua cinta yang tidak pernah bersamaan dalam satu waktu pada jiwa seseorang, yaitu cinta Allah & cinta maksiat ...".

Bagaimana seseorang bisa mencintai Allah, sedangkan perbuatan maksiatnya itu menjauhkannya dari Allah ? Atau bagaimana seseorang bisa melakukan maksiat, sedangkan ia sangat cinta kepada Allah ? Tepatlah apa yang dikatakan oleh Dr. Mushtafa bahwa kedua cinta ini tidak akan pernah tumbuh bersamaan.

Masing-masing ada saatnya
Fenomena futur ini sebenarnya merupakan satu hal yang wajar. Rasulullah bersabda : „Setiap amal itu ada masa semangat dan masa lemahnya. Barang siapa yang pada masa lemahnya ia tetap dalam sunnah (petunjuk) ku, maka ia telah beruntung. Namun barang siapa yang beralih kepada selain itu berarti ia telah celaka." (HR. Ahmad)

Satu hari seorang juru tulis Rasulullah, Abu Rub’i Hanzalah, pernah datang pada Rasulullah dan mengadu : „Wahai Rasulullah, Hanzalah telah berbuat nifak ...". „Apa yang kalian maksud dengan nifak itu ?" tanya Rasulullah. „Wahai Rasul, ketika kami bersama-sama anda dan anda mengingatkan kami akan neraka dan surga, seolah-olah keduanya ada di pelupuk mata kami. Akan tetapi jika kami tidak bersamamu, kami dilalaikan oleh anak, istri serta tanah ladang kami yang menjadikan kami banyak lupa." Kemudian Rasulullah bersabda : „Demi Dzat yang diriku ada ditanganNya, sekiranya kalian terus-menerus dalam keadaan sebagaimana ketika kalian bersamaku, dan selalu dalam keadaam berdzikir, niscaya malaikat akan menyalamimu ketika kalian berada di kasur dan di jalanan. Akan tetapi wahai Hanzalah, masing-masing itu ada saatnya." (HR. Muslim)

Seimbang & realistis

Namun demikian, dua hadits diatas tidak dapat melegalisir sikap kita ketika mengalami kelemahan dalam beribadah. Tapi minimal ada tiga hal yang dapat kita gali dari dua hadits tersebut :

Pertama, bahwa Rasulullah sendiri menganggap fenomena futur itu sebagai hal yang wajar, manakala pada saat lemah itu seseorang tetap memelihara kewajiban dan perintah Allah serta sunnah Rasulullah. Sebagaimana manusia diciptakan dengan kapasitas terbatas, kelemahan & kelelahan dalam beribadah adalah salah satu tabiatnya. Kini tinggal bagaimana mereka mengisi saat-saat lemah itu dengan tindakan yang tidak mengabaikan tuntunan Islam. Ibadah mempunyai cakupan yang luas dan tidak terbatas pada aktivitas tertentu yang dapat menjemukan. Ucapan Rasulullah pada Hanzalah : „Masing-masing itu ada saatnya," menunjukkan bahwa bermain dan bercengkerama dengan keluarga atau mencari nafkah adalah hal yang diperbolehkan dan bahkan sangat dianjurkan dalam Islam, asalkan semuanya itu dilakukan dengan tidak berlebihan.

Kedua, sikap futur yang ditolelir oleh Islam adalah futur yang terjadi pada batas waktu tertentu dan tidak terus-menerus. Jangan karena menganggap fenomena futur itu wajar, seseorang bersikap „santai-santai" saja ketika ia menyadari bahwa ia sedang futur hingga berlarut-larut. Tetapi segeralah mengambil sikap seperti yang dicontohkan dalam hal ketiga berikut ini. .

Ketiga, adanya sikap sensitif para salafusshalih dalam meraba kesalahan yang dilakukan dan upaya untuk memelihara diri dari kesalahan tersebut, seperti yang dicontohkan oleh sikap Hanzalah. Mereka senantiasa menjaga kesinambungan amal shalih yang mereka lakukan. Kelemahan manusiawi memang tetap ada. Namun hal itu tidak membuat mereka lalai terhadap kewajiban mereka terhadap Allah.
Bersama-sama menanggulangi

Kadangkala seseorang tidak mengetahui kekurangan dan kesalahannya atau bahkan tidak sadar bahwa dirinya sedang mengalami futur, kecuali lewat teguran dan nasihat orang lain. Karena itulah, menanggulangi kasus futur dengan segala fenomenanya menjadi tanggung jawab bersama dan tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri.

... dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya .menetapi kesabaran. (QS. 103:3)

Al-qiyadah wal jundiyah (Resume buku)



A. Kewajiban beramal jamai

Karakter dakwah islamiyah pada saat ini mewajibkan setiap muslim bergerak dan berusaha mewujutkan seluruh tuntutan islam. Setiap muslim wajib mewujudkan dan menegakan kembali daulah Islamiyah amaliyah, suatu negara yang bersifat internasionbal. Karena itu perjuangan melalui amal juma’I yang di gerakan sebuah jama’ah islam harus tersusun rapi dan kuat tujuan tersebut tidak akan mungkin akan tercapai hanya dengan usaha perorangan, tanpa gerakan bersama yang tekoordinasi.
Dan setiap muslim berkewajiban untuk mewujudkan tujuan ini dan ia hanya akan dapat di capai melalui amal jama’I dan hukum beramal jama’I di sini adalah wajib. Rasulullah pun telah mencontohkan untuk beramal jama’I, Rasul bersama jamaahnya menegakan daulad islamiyah pertama dan kemudian di ikuti oleh khulafaur rosyidin dengan menggunakan manhaj yang di contohkan oleh rasul jadi amal jama’I mengucapkan salah satu prinsip gerakan islam yang telah di contohkan oleh Rasul SAW.

B. Jama’ah harus memiliki manhaj pimpinan dan anggota.

Suatu jama’ah akan dapat mencapai tujuan bila ia memiliki manhaj dan bergerak menurut manhaj tersebut.
Jama’ah pun tidak mungkin dapat bergerak tanpa pemimpin yang mengatur seluruh geraknya, menentukan tujuan dan sasaran serta sarana mengawasi dan mengontrol pelaksanaan programnya. Dan pemimpin pun dapat menjadi rujukan terhadap masalah-masalah yang di hadapi oleh jama’ah nya pemimpin pun harus dapat menghilangkan perselisihan yang timbul di antara anggota jama’ah karenanya anggota jama’ah harus taat dan mengikuti arah pemimpin, mendukung dan meluruskan perjalanannya dengan cara memberi saran dan musyawarah sikap yang baik dan kewibawaan seorang pemimpin sangat menentukan ketaatan para anggotanya. Sebab tiddak mungkin seorang pemimpin dapat di taati dan di segani bila kewibawaan tidak ada dalam dirinya dan bagai mana mungkin seorang pemimpin dapat bergerak dan mencapai tujuan jika kondisinya seperti ini.

Pemimpin dalam suatu jama’ah ibarat kepala dalam suatu tubuh, ialah yang menentukan seluruh tujuan dan ialah tempat berkumpulnya segala macam informasi, pemimpin bertugas memikirkan mengkaji setiap masalah yang di hadapi kekuatan, kesadaran dan kemampuan prima seorang pemimpin sangat menentukan kekuatan gerakan aktivitas, produktivitas dan keselamatan perjalanan para jama’ah nya sebaliknya kelemahan suatu jama’ah dan ketidak mampuannya dalam mencapai tujuanya dalam mencapai tujuannya berkaitan erat dengan kelemahan dan ketidak mampuan pemimpinnya.
Pemimpin dalam suatu jama’ah juga merupakan lambang kekuatan persatuan, kesatuan dan disiplin shaff persatuan dalam suatu jama’ah melambangkan suatu kekuatan bergerak dalam suatu jama’ah adalah tugas tanggung jawab dan amanah yang harus idi pikul tanpa harus melihat tingkat kepemimpinan pada dasarnya semua tingkat kepemimpinan dari yang etrtinggi sampai yang terendah sama-sama harus memikulnya sesuai dengan kepentingan kedudukan tugas tersebut dan menurut kepentingan gerakan dan usaha yang berkaitan dengannya.

Kita harus berhati-hatidalm memilih calon pemimpin jama’ah rasulpun menganjurkan pada kita untuk dapat berhati-hati dan tidak pilih kasih dalam memilih pemimpin serti dalam sabdanya :
Dan ibu abas ; rasul bersabda :
Barang siapa yang mengangkat seorang laki-laki (untuk suatu jabatan) berdasarkan sikap pilih kasih padahal ada kalangan mereka orang-orang yang lebi di ridhai Allah darinya maka sesunggunhnya ia telah menghianati Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman
Dan Rasul pun memperingati kita untuk tidak memberikan jabatan tertentu pada orang yang memintanya dengan ambisius, dari abu musa ia berkata :
Aku masuk menemui Rasulullah SAW bersama dua orang laki-laki sepupuku. Setelah dari seorang berkata “wahai Rasulullah angkatlah kami sabagai pemenang salah satu jabatan yang di serahkan Allah pada mu”. Yang lainnya meminta pula seperti itu lalu rasulullah bersabda “demi Allah aku tidak akan menyerahkan jabatan tersebut pada orang-orang memintanya dan berambisi untuk memegangnya.
Jabatan dalam dakwah bukanlah bukanlah jabatan keduniaan, pemerintahan ataupun dalam suatu organisasi yang hanya mengejar jabatan, pengaruh, kekuasaan, harta dan sebagainya namun pimpinan dalam jama’ah adalah tanggung jawab dan amanah yang di pertanggung jawabkan di hadapan Allah, ia akan menghadapkan kesengsaraan dan penyesalan pada hari akhir.

C. Keanggotaan
Pada dasarnya kaum muslim merupakan satu angkatan yang bergerak dan berjuang bersama untuk islam hakikatnya setiap muslim mempunyai cita-cita nilai, tas hawwur dan akhlak yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Sunnah karenanya setiap pribadi muslim menjadi anggota yang berhasil guna dalam menunjukan kesatuan umat dan menegakkan daulah Islamiyah.

D. Amanah dan tanggung jawab pemimpin.
Apapun kedudukan jabatan peringkatnya seorang pemimpin tetap di bebani amanah dan berbagai tanggung jwab sebab pemimpin islam mempunyai tanggung jawab yang lebih besar dan berat karena ia bergerak dalam lingkup yang lebih luas dan penting.
Dalam suatu jama’ah pimpinan mempunyai amanah dan beban yang sangat berat setiap anggota dan pemimpin jama’ah harus menyadari betapa beratnya amanah dan beban tersebut, oleh karena itu sangat di butuhkan saling bantu dalam jama’ah dan kesadaran diri untuk dapat memikiul beban tersebut secara bersama.
Beban ini akan bertambah berat sejalan dengan berkembangnya gelanggang pergerakan dan bertambahnya cabang jama’ah besar dan beratnya tanggung jawab pimpinan di tentukan oleh besarnya cita-cita dan tjuan yang akan di capai. Cita-cita adalah menegakkan Dinullah di bumi dengan membangun daulah Islamiyah seduania (alamiyah) yang di pimpin oleh khilafah Islamiyah.
Amanah yang pikul oleh seorang pemimpin akan lebih berat bila luas daerah dan medan pergerakannya berkembang terus, setiap persoalan memerlukan usaha pemecahan serius jihad dan pengorbanan dan semua itu kita lakukan masih dalam fase dakwah belum daulah bahkan kita masih di cengkram berbagai kesulitan dan harapan kita pun masih mendapat tekanan dan penindasan dan fitnahan dari musuh-musuh islam

E. Hal-hal yang membantu terlaksananya tugas pemimpin
1. ikhlas hanya karena Allah, serta selalu banar dan jujur kepada-Nya merupakan hal yang paling penting, karena keikhlasan dan kejujuran merupakan syarat untuk mendapatkan taufik dan pertolongan Allah.
2. Pemimpin harus peka terhadap pengawasan dan penjagaan Allah yang harus terus terhadap seluruh waktu dan amal usahanya.
3. Memohon pertolongan dan perlindungan Allah dalam seluruh keadaan dan aktivitasnya.
4. Pemimpin harus memiliki rasa tanggung jawab yang dapat mendorongnya untuk selalu menjaga diri dalam memegang amanah.
5. Pemimpin harus memberikan perhatian, pemimpin harus berusaha membagi pembentukan pribadi dalam jama’ah.
6. Terjalinnya rasa kasih sayang dan ukhuawah yang tulus diantara para jama’ah khusunya antara anggota dan pimpinan jama’ah ini akan membantu terlaksanannya tugasn dan kewajipan pemimpin.
7. Pemimpin harus benar-benar merencanakan program yang tepat, menentukan tujuan tahapan, cara, sarana, persiapan-persiapan sesuai dengan kemampuan.
8. Para pimpinan pada tingkat cabang atau daerah atau setiap anggota jama’ah harus merasakan bagaimana beratnya amanah dan tanggung jawab pimpinan pusat dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya hal ini dapat mendorong untuk menciptkan rasa tanggung jawab dalam melaksanakan kewajiban di hati para anggotanya.
9. Pimpinan harus selalu bersungguh-sungguh menyatakan cita-cita menggunakan tekad dang membangkitan harapan di kalangan anggota jama’ah pemimpin harus dapat melindungi para anggota dan rasa pesimisme dalam menghadapi mihroh, cobaan dan rintangan .

F. Akhlak dan sifat-sifat yang harus di miliki pemimpin
1. senantiasa mengharapkan akhirat dengan ikhlas karena Allah semata
2. berdaya ingat kuat, bijak, cerdas berpengalam luas, berpandangan jauh dan tajam berwawasan luas dan mampu menganalisis berbagai persoalan.
3. Berperangai penyantun kasih sayang lemah lembut dan ramah.
4. Bersahabat
5. Berani dan sportif, tidak pengecut dan tidak membabi buta
6. Shidig benar dalam berkata, bersikap dan berbuat.
7. Tawadhu, merendahkan diri dan tidak mendambahkan diri kepada manusia.
8. Memaafkan, menahan amarah dan berlaku ikhlas
9. Menepati janji dan sumpah setia
10. Sabar, seornag pemimpin harus memiliki rasa sabar karena jalan dakwah adalah jalan yang amat panjang sulit dan penuh dengan berbagai persoalan yang berlawanan dengan kehendak hawa nafsu
11. Iffah dan kiram, ialah dua sipat terpuji yang harus di miliki anggota jama’ah khususnya para pemimpin gerakan, karena dengan sifat ini pemimpin tidak menjadi gila harta.
12. Warna dan zuhud dua sipat yang menjauhkan seseorang dari hal yang subhad dan meninggalkan hal-hal yang mengandung dosa karena takut terjerumus kedalam dosa\.
13. Jujur dan adil
14. Tidak mengungkit-ungkit dan menyombongkan diri
15. Memelihara hal-hal yang di muliakan oleh Allah
16. Berlapang dada dan tidak melayani pengumpat dan pengadu domba
17. Tekad bulat, tawakal dan yakin
18. Sederhana dalam segala hal
19. Bertahan dalam kebenaran dengan teguh dan pantang mundur
20. Menjauhi sikap pesimistis dab over estimsi

G. Tabiat gerakan dan medannya
Sehubungandengan tabiat gerakan dan medannya seorang pemimpin jama’ah harus memperhatikan hal-hal berikut.
1. harus beriltizom dengan tujuan dirinya dan jama’ahnya adalah tegaknya din Allah di bumi dengan membangun daulah Islamiyah alamiyah secara utuh dan menyeluruh waktu lama dan berhadapan dengan berbagai rintangan
2. memilih ke universalan tujuan medan gerakan dengan seluruh kunsekuensinya tanpa melupakan salah satu aspeknya.
3. Perlu menjaga tabiat terhadap dakwah Islamiyah dengan segala tuntutannya
4. Kewajipan memberi perhatian serius terhadap tebiat di setiap perangkat.
5. Memperhatiak seluruh aktivitas politik, peranan jama’ah dalam bidang poloitik harus di sesuaikan dengan kemampuannya
6. Harus mengawasi sikap jama’ah dan jama’ah-jama’ah lainnya
7. Tahap perjuangan akan datang akan di tekankan pada bentuk jihad dan menegakkan hukum Allah di seluruh aspek kehidupan.
8. Mempersiapkan seluruh masyarakat untuk menjadi asas kuat bagi tegaknya hukum dan pemerintah islam yang mantap utuh tegaknya hukum dan pemerintah islam yang mantap dan utuh
9. Wanita muslima dapat memaikan peranan penting dalam amal islami ia untuk tiang negara rumah tangga islam dan sebagai pondasi tegaknya pembinaan dan pembangunan daulah Islamiyah.
10. Memperhatikan generasi muda dengan memperhatikan pendidikan keperibadian Islamiyah agar dapat berkembang di atas keistiqomahan yang dapat melindunginya dari berbagai fitnah dan penyelewengan yang membinasakan mesir.
11. Seorang pemimpin harus berusaha sungguh-sungguh mewariskan dakwah ini pada generasi mendatang dan segala kemurnian ke aslian dan keuniversalan dan pengalamannya.
12. Gerakan dakwah ini meliputi berbagai nagara dan warna kulit dan karenanya harus memperhatikan bahasa-bahasa mereka supa aktivitas gerakan dapat mereka dan terjadi kerja sama.
13. Dana adalah urat nadi amal islami di perlukan untuk menggerakan segala aktivitas
14. Pemimpin harus pandai memanfaatkan pengalaman dan menambah pemikiran dalam kegiatan perencanaan, penyusunan, penyatuan dan sebagainya.

H. Beberapa peunjuk dalam bergerak
1. pemimpin harus memberikan perhatian penyeluruh tugas dan tanggung jawab
2. memilih kepercayaan kuat terhadap tugasnya
3. setiap penanggung jawab harus menyusun program kerja yang lengkap mencakup sasara, tujuan, tahapan, jaln, cerai, persiapan, kemungkinan-kemungkinan penentuan perlengkapan.
4. Tepat dalam memilih tugas
5. Pemimpin di tuntut mengatur waktu dan urusannya seefektif mungkin
6. Sadar dan tanggap demi terjaminnya perjalanan gerakan
7. Memilih kecakapan dan kekuatan tekat
8. Seorang pemimpin harus menampakkan perhatian-perhatiannya kepada usaha yang sangat di perlukan dalam pelaksanaan tudak perlu banyak diskusi
9. Penanggung jawab menghindari dari memberikan pendapat yang berkait dengan syariat islam di dalam masalah furuiyah yang berbentuk khilafiyah
10. Pemimpin berkewajiban menjauhkan jama’ah dari terjermus ke dalam permusuhan golongan
11. Pemimpin harus mendorong anggota untuk maju terus mencapai keberhasilan
12. Seorang pemimpin harus percaya atas ketinggian moral anggotanya.
13. Pemimpin tidak boleh membatasi aktivitasnya sementara untuk masa sekarang.
14. Pemimpin harus benar-benar meningkatkan cara kerja dan mengembangkan sarana untuk mencapai tujuan dalam meniggikan mutu dakwah.
15. Pemimpin bertanggung jawab dalam menilai dan mengeluarkan amal dan hasil setiap saat.
16. Pemimpin tidak boleh membanggakan dirinya sendiri
17. Pemimpin tidak wajar mengkonsentrasikan kegiatannya dalam urusan administrasi sementara dan menyampingkan aktivitas dan mentalitas yang menjadi dasar perjuangan.
18. Dalam suasana krisis pemimpin harus memiliki kelayakan untuk memudahkan peraturan rada ke pemimpinan dan amal usaha
19. Ukuran ketuhanan dan kekompakan ke pemimpinnan adalah kekuatan jama’ah dan kepercayaan anggota terhadap ke pemimpinan nya.
20. Pemimpin harus menjauhkan konflik terhadap orang lain selama dapat di hindari.
21. Semangat pemuda harus di pelihara dan di arahkan serta selalu di kotrol
22. Pemimpin harus melindungi jama’ah dari pemikiran yang bertentangan dengan khithah jama’ah
23. Pemimpin tidak di benarkan membiarkan terbentuknya kelompok yang berdasarkan suka kedaerahan dan sebagainya.
24. Pemimpin menyelesaikan dengan tenang dan tuntas dalam menyelesaikan keributan dalam saff
25. Jika terdapa seseorang yang lebih mampu dan baik seorang pemimpin dapat saya menyerahkan kpemimpinan dari segala-galanya.

I. Beberapa petunjuk pergaulan antara pemimpin dengan anggota
1. pemimpin harus pandai memilih orang yang layak dalam memegang jabatan
2. tidak boleh bersikap pesimis dan buruk sangka sehingga melihat semua orang dari kekurangannya saja di samping itu ia juga tidak boleh terlalu optimis dan oleh estimasi sehingga sifat kepercayaannya tidak boleh di manfaatka oleh kaum optimis
3. pemimpin bergaul rapat dengan para pembantu dan anggotanya
4. memperbaiki perbaikan tugas dan menentukan spesipikasi supaya tidak menjadi tumpang tindih wewenang.
5. Menentukan, mengatur dan memudahkan kejalur komonikasi di setiap perangkat dn bagian
6. Pemimpin harus berusaha sungguh-sungguhmeningkatkan posisi kepemimpinan dan melatih anggota sesuai dengan bidangnya masing-masing
7. Membentuk ke bebasan kepada pemimpinan tingkat cabang untuk untuk memilih sarana dan cara yang paling baik untuk melaksanakan tugasnya.
8. Pemimpin selalu membangkitkan semangat kerja sama di kalangan para pemimpin cabang.
9. Pemimpin harus membiasakan diri bermusyawara dengan para pembantu sebelum mengeluarkan keputusan penting
10. Dalam menentukan keputusan hendaknya di jelaskan tujuan dan sasaran yang hendak di capai
11. Untuk menyelaraskan kegiatan dan kerja sama perlu di lakukan pertemuan-pertemuan rutin dengan para petugas yang berkait
12. Pemimpin harus memperhatikan setiap rangkaian dalam komonikasi dan penyampaian perintah.
13. Supaya pera petugas tidak terkena hukuman di luar kemampuannya maka pemimpin harus memperingatkan dan mengatur petugas-petugas yang melakukan kesalahan
14. Pemimpin harus selalu waspada dalam menjalankan suatu tindakan permasalahan
15. Pemimpin harus memperhatikan setiap orang yang di beri tugas memikul amanah dan cepat menegur petugas yang melakukan kesalahan
16. Selain menegur kesalahan yang di lakukan anggota pemimpin juga mendorong dalam meningkatkan semangat anggota dalam menjalankan tugasnya
17. Pemimpin berkewajiban memperhatikan para anggota dengan memberikan pengarahan bimbingan dan mengingatkan mereka pada Allah.
18. Pemimpin harus memiliki pengetahuan lengkap tentang perjalanan pergerakan pelaksanaan dan aktivitas yang di lakukan para pelaksana.
19. Pemimpin perlu meminta pandangan dan saran-saran anggota tertentu untuk memperbaiki keklancaran gerakan
20. Pemimpin tidak lupat dari kesalahan karenanya ia perlu kritikan orang lain
21. Semangat yang berkobar-kobar di kalangan angota bukan berarti bukti kekuatan iman dan kehebatan daklam berjuang dan berkorban
22. Pemimpin harus segerah meningkatkan moral anggotanya jika terjadi suatu peristiwa dasyat atau kalah dalam pertarungan dengan musuh.



Keanggotaan dan tuntutannya beberapa persyaratan pokok seorang aktivis
1. Memahami benar arti kometmennya kepada islam
2. Mengenai karakter terhadap dakwah yang sedang di jalaninya dengan segala tuntutannya.
3. Menyakini seyakin-yakinnya bahwa kembali kepada kitabullah dan sunah rasululluah saw.
4. Yakindan kewajiban bergerak membangkitkan iman di dalam jiwa manusia
5. Seorang muslim harus mengetahui sejelas-jelasnya bahwa amal usaha menegakan daulah islamiyah adalah kewajiban setiap muslim dan muslimah
6. Mengetahui bahwa kewajiban ini tidak mungkin terlaksana dan tercapai hanya dengan usaha perseorangan atau sendiri-sendiri.
7. Mengingat kaidah ushul fiqih
8. Kemudian seorang muslim harus menyadari perlunya memilih jama’ah yang akan di masukinya.
9. Sterusnya seorang muslim harus mengetahu bahwa islam adalah kesatuan kata dan shaff
10. Dalam memilih jamaah seorang muslim harus dengan kesadaran sendiri
11. Harus mengetahui bahwa amal jama’i memiliki sayratdan keiltizaman yang harus di ketehuinya.
12. Dasar beramal dalam gelanggang ini hanyalah semata-mata karena allah
13. Setiap anggota jamaah harus menyadari akan kebaikan yang tak ternilai
14. Setiap muslim harus mengetahui bahwa persoalan terpenting di jalan dakwah ialah kesadaran terhadap pengawasan allah.

Aturan dan adap pergaulan pimpinan dan anggota
1. Saling menghormati dan menghargai
Suasana antarapeminpin dengan anggota harus bersifat saling menghormati dan menghargai
2. Adab pergaulan dan perbincangan
Suatu persoalan yang tidak mungkin di elakkan adalah perbincangan antara pimpinan dan anggota dalam masalah dakwah dan berhak.
3. Saling mempercayai berbaik sangka suasana saling mempercayai dan berbaik sangka anatara pimpinan dan anggota merupakan persoalan asasi untuk memastikan kebaikan gerakan di dalam jamaah
4. Saling menasehati
5. Saling mencintai dan bersaudara
6. Mempererat hubungan antara pemimpin dan anggota hal pergantian pimpinan
7. Tunduk di bawah hukum allah dan rasul-nya
8. Mengkaji berbagai harakah dan mengembangkan pengalaman.

Selasa, 01 Juli 2008

AKU INGIN BERJUANG


Seorang pemuda belia dari kabilah Aslam sedang termenung sendirian agaknya dia sedang sibuk memikirkan sesuatu yang membebani hatinya. Pemuda itu bertubuh kuat, gagah, penuh gairah untuk menghadapi masa depan yang penuh berbagai tantangan. Badannya tegap dan kuat, sanggup untuk dihadapkan pada perjuangan seperti yang sedang dilakukan oleh yang lain, jihad fisabilillah. Adakah jalan yang lebih afdol dan lebih mulia dari jihad fisabilillah..? Rasa-rasanya tak ada. Sebab itulah satu-satunya jalan jika memang benar-benar telah menjadi tujuan dan niat suci untuk mencari restu dan ridho Allah SWT. "Demi Allah, inilah satu kesempatan yang sangat baik", kata hati pemuda itu. Yah,.....sebab disana, serombongan kaum muslimin sedang bersiap menuju juang jihad fisabilillah. Sebagian sudah berangkat, sebagian lagi baru datang, dan akan segera berangkat. Semuanya menampakan wajah yang senang, pasrah, dan tenang dengan satu iman yang mendalam. Wajah-wajah mereka membayangkan suatu keyakinan penuh, bahwa sebelum ajal berpantang mati. Maut akan menimpa diman pun kita berada. yakin bahwa umur itu satu. kapan kan sampai batasnya, hanya Allah yang maha tahu. Bagaimana sebab dan kejadianya, takdir Allah lah yang menentukan.

Maut, adalah sesuatu yang tak dapat dihindari manusia. Dia pasti datang menjemput manusia. Entah disaat manusia sedang duduk, diam di rumah, atau mungkin berada dalam perlindungan benteng yang kokoh, mungkin pula sedang bersembunyi ditempat persembunyiannya, di gua yang gelap, di jalan raya yang ramai, ataukah di medan peperangan. Bahkan bukan mustahil maut akan menjemput kala manusia sedang tidur, di atas temapt tidurnya. Semua itu hanya Allah lah yang berkuasa, dan berkehendak atasnya.

Menunggu kedatangan maut memang masa-masa yang paling mendebarkan jiwa. Betapa tidak? Hanya sendirilah yang dapat dibawa menghadap penguasa yang Esa kelak. Medan juang fisabillah tersedia bagi mereka yang kuat. Penuh keberanian dan keikhlasan mencari ridho Allah semata. Mereka yang berjiwa suci ditengah-tengah tubuh yang perkasa. Angan-angan ikhlas yang disertai hati yang bersih. Memang, saat itu keberanian telah menjiwai setiap kalbu kaum muslimin. Panggilan dan dengungan untuk jihad fisabilillah merupakan angan-angan dan tujuan harapan mereka. Mereka yakin, dibalik hiruk-pikuknya peperangan Allah telah menjanjikan imbalan yang setimpal baginya. Selain dengan itu dia dapat membersihkan jiwanya dari berbagi noda. Baik itu berupa noda-noda aqidah, niat-niat jahat, berbagi dosa perbuatan ataupun kekotoran muamalah yang lain. Pengorbanan mereka yang mulia itu menunjukan kepribadian yang baik dan luhur. Semua sesuai dengan ajaran agama yang murni. Pantas menjadi contoh dan teladan, bahkan sebagai mercu suar yang menerangi dunia dan isi alam semesta.

Itulah renungan hati pemuda Aslam yang gagah itu. Sepenuh hati dia berkata seolah kepada diri sendiri. "Harus ! harus dan mesti aku berbut sesuatu. Jangan kemiskinan dan kefakiran ini menjadi hamabtan dan penghalang mencapai tujuanku."
Mantap, penuh keyakinan dan semangat yang tinggi pemuda tersebut ini menggabungkan diri dengan pasukan kaum muslimin. Usia pemuda itu memang masih belia, namun cara berfikir dan jiwanya cukup matang, kemauanya keras, ketangkasan dan kelincahan menjadi jaminan kegesitanya di medan juang. Namun mengapa pemuda yang begitu bersemangat itu tak dapat ikut serta dalam barisan pejuang? Seababnya hanya satu. Dia tidak mempunyai bekal dan senjata apa-apa yang dapat dipakainya untuk berperang karena kemiskinan dan kefakiranya. Sebab pikirnya, tidak mungkin untuk terjuan ke medan perjuangan tanpa senjata apapun. Tanpa senjata dia tidak mampu melakukan apapun. Bahkan dia tidak akan berfungsi apa-apa. Mungkin untuk menyelamatkan diri saja, dia tidak mampu. Inilah yang menjadikan pemuda itu berfikir panjang lebar. Otaknya bekerja keras agar hasratnya yang besar berjuang dapat tercapai.
Setelah tidak juga dicapainya pemecahan, dia pergi menghadap Rasulullah SAW. Diceritakan semua keadaan dan penderitaan serta keinginannya yang besar. Dia memang miskin, fakir dan menderita, namun dia tidk mengharapkan apa-apa dari keikutsertaanya berjuang. Dikatakannya kepada Rasulullah SAW, bahwa dia tidak meminta berbagai pendekatan duniawi kepada Rasulullah; Dia hanya menginginkan bagaimana caranya agar dia dapat masuk barisan pejuang fisabilillah. Mendengar hal demikian, Rasulullah bertanya, setelah dengan cermat meneliti dan memandang pemuda tersebut: "Hai pemuda, sebenarnya apa yang engkau katakan itu dan apa pula yang engkau harapkan?".

"Saya ingin berjuang, ya Rasulullah!" jawab pemuda itu. "Lalu apa yang menghalangimu untuk melakukan itu", tanya Rasulullah SAW kemudian. "Saya tidak mempunyai perbekalan apa-apa untuk persiapan perjuangan itu ya Rasulullah", jawab pemuda tersebut terus terang. Alangkah tercengangnya Rasulullah mendengar jawaban itu. Cermat diawasinya wajah pemuda tersebut. Wajah yang berseri-seri, tanpa ragu dan penuh keberanian menghadap maut, sementara disana banyak kaum munafikin yang hatinya takut dan gentar apabila terdengar panggilan seruan untuk berjaung jihad fisabilillah.

Demi Allah! jauh benar perbedaan pemuda itu dengan para munafiqin di sana. Kaum munafiqin yang dihinggapi rasa rendah diri, selalu mementingkan diri-sendiri. Mereka tidak suka dan tidak mau memikul beban dan tanggung jawab demi kebenaran yang hakiki. Kaum yang tidak senang hidup dalam alam kedamaian dan ketentraman dalam ajaran agama yang benar. Mereka lebih suka berada dalam hidup dan suasana kegelapan dan kekalutan. Ibarat kuman-kuman kotor, yang hidupnya hanya untuk mengacau dan menghancurkan apa saja. Celakalah mereka yang besar dan tegap badan serta tubuhnya namun licik dan kerdil pikiran serta hatinya.
Kebanggaanlah bagimu yang tepat hai pemuda! semogalah Allah banyak menciptakan manusia-manusia sepertimu. Yang dapat menjadi generasi penerusmu. Yang akan menjunjung tinggi kemulyaan Islam, budi pekerti yang mulia menuju alam yang bahagia sejahtera lahir batin.
Benar, kaum muslimin sangat memerlukan jiwa yang demikian. Jiwa yang besar penuh keyakinan, dan juga keberanian yang mantap. Sepantasnya pemuda seperti dari kabilah Aslam itu mendapat segala keperluan serta keinginanya untuk melaksanakan hasrat cita-cita keinginan itu. Rasulullah SAW akhirnya berkata kepada pemuda Aslam tersebut: "Pergilah engkau kepada si Fulan! Dia yang sebenarnya sudah siap lengkap dengan perlatan berperang tapi tidak jadi berangkat karena sakit. Nah pergilah kepadanya dan mintalah perlengkapan yang ada padanya."
Pemuda itu pun bergegas menemui orang yang ditunjukan Rasulullah SAW tadi. Katanya kepada si Fulan: "Rasulullah SAW menyampaikan salam padamu juga pesan. Beliau berpesan agar perlengkapan perang yang engkau miliki yang tidak jadi engkau pakai pergi berperang agar diserahkan kepadaku." Orang yang tidak jadi berperang itu penuh hormat menjalankan perintah Rasulullah SAW sambil mengucapkan: "Selamat datang wahai utusan Rasulullah! Saya hormati dan taati segala perintah Rasulullah SAW."
Segera dia menyuruh istrinya untuk mengambil pakaian dan peralatan perang yang tidak jadi dipakainya. Diserahkan semua itu pada pemuda kabilah Aslam. Sambil mengucapkan terima kasih pemuda tersebut menerima perlengkapan itu. Sebelum dia berangkat dan meninggalkan rumah itu, pemuda tersebut sempat berucap: "Terima kasih sebesar-besarnya. Anda telah menghilangkan seluruh duka dan keputusasaanku. Bagimu pahala Allah yang besar tiada taranya. Terima kasih.........Terima kasih."
Pemuda suku Aslam itu kemudian keluar dengan riang. Wajahnya bersinar gembira. Dengan berlari-lari dia meningalkan rumah orang yang tidak jadi berperang itu. Di tengah jalan pemuda tersebut bertemu dengan salah satu temanya yang keheranan dan bengong. Tanyanya: "Hai, hendak kemana engkau?", "Aku akan menuju janntul firdaus yang selebar langit dan bumi", jawab pemuda itu dengan singkat dan tepat.

Oleh :
Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia