Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Rabu, 28 April 2010

Dahulu....bukan lagi milikku....

Aku rindu diriku yang dulu..
Yang merasa sibuk setiap saat
Mempunyai sedikit waktu dengan tugas yang menumpuk...

Terkadang masih juga aku rindu diriku yang dulu..
Dengan seabrek aktivitas sebagai tuntutan amanah

Dulu aku pernah menjadi orang nomor satu...
Dulu aku pernah mendapat julukan ’aktivis kampus’
Dulu aku termasuk orang yang disegani karena prestasiku...
Dulu...
Dulu...
Aaah tapi itu dulu...!!

Kini, mengapa begitu banyak waktuku yang terasa terbuang
Berjuta potensi terabaikan
Bingung, lunglai, lemah, serasa tak ada artinya semua itu...

Berjuta penyesalan atas langkah yang salah......

Tapi kusadar...
Tak perlu terbayang-bayang ’kegemilangan’ masa lalu
Karena kutahu yang kupunya saat ini adalah hari ini dan esok…

Bukankah kehidupan itu ibarat roda??
Dulu aku pernah diatas,
Mungkin sekarang Ia sedang memposisikanku di bawah
Agar kubisa merasakan betapa nikmatnya perjuangan kehidupan..

Aah kehidupan......
Jangan kau buat aku untuk mengeluh
karena kupastikan posisi ini takkan berlangsung lama
Hanya sebagai ’lecutan’ tajam agar ku semakin cepat melangkah...

Bagai anak panah, yang dilepaskan dari busurnya,
Bukankah ia harus ditarik kebelakang terlebih dahulu
Agar bisa melesat ke depan...??

Dan aku lah anak panah itu...!!
Biarkan aku melangkah mundur beberapa langkah
Saat ini....
Dan
Nantikanlah aku akan kembali....!!!!!



Kotabumi, 28 April 2010
19:09 diruang peradaban


*** Ya Rabb senantiasa karuniakan kebahagiaan di hati hamba dengan syukur dan sabar.... amiin...

Jumat, 23 April 2010

MISI HIDUP DALAM SEBUAH KERJA

Seorang wanita tua, bertubuh gemuk,
dengan senyum jenaka di sela-sela pipinya yang bulat,
duduk menggelar nasi bungkus dagangannya.
Segera saja beberapa pekerja bangunan
dan kuli angkut yang sudah menunggu sejak tadi mengerubungi
dan membuatnya sibuk meladeni. Bagi mereka menu dan rasa bukan soal,
yang terpenting adalah harganya yang luar biasa murah.

Hampir-hampir mustahil ada orang
yang bisa berdagang dengan harga sedemikian rendah.
Lalu apa untungnya? Wanita itu terkekeh menjawab,
"Bisa numpang makan dan beli sedikit sabun."
Tapi bukankah ia bisa menaikkan harga sedikit?
Sekali lagi ia terkekeh, "Lalu bagaimana kuli-kuli itu bisa beli?
Siapa yang mau menyediakan sarapan buat mereka?"
katanya sambil menunjukkan para lelaki yang kini berlompatan
ke atas truk pengantar mereka ke tempat kerja.

Ah! Betapa cantiknya, bila sebongkah misi hidup dipadukan dalam sebuah kerja.
Orang-orang yang memahami benar kehadiran karyanya,
sebagaimana wanita tua di atas,
yang bekerja demi setitik kesejahteraan hidup manusia,
adalah tiang penyangga yang menahan langit agar tak runtuh.
Merekalah beludru halus yang membuat jalan hidup yang tampak keras berbatu ini
menjadi lembut bahkan mengobati luka. Bukankah demikian tugas kita dalam kerja:
"menghadirkan secercah kesejahteraan bagi sesama"


Sebuah tulisan yang sangat memberikan inspirasi bagiku...Bahwa hidup haruslah bisa memberikan manfaat kepada orang lain, walau dengan mengorbankan sedikit ’kehidupannya’..Sebuah niatan tulus aku tekadkan untuk mencontoh kehidupan wanita tua itu.. Bahwa dimanapun kita berada, misi hidup harus terus ada....

Tak pernah terbayang sebelumnya, bahkan akupun tak pernah bercita-cita untuk menjadi seorang ’Laboran’, apalagi di ’mantan’ sekolahku sendiri. Suatu hari tepatnya tanggal 29 Januari 2010, aku berangkat seperti biasa menuju sebuah sekolah (SMA koe tempoe doeloe...^.^) untuk mengisi kajian mentoring sekolah... Ngobrol2 dengan guru-guru...eh ditawarin untuk ’part time’ di Laboratorium sekolah...Di setiap lailku, hanya satu doa yang kupanjatkan pada Mu ”Ya Rabb, mohon tunjukkan aku suatu jalan dimana hamba bisa mengoptimalkan segala potensi yang Engkau karuniakan kepada hamba”....Bismillah, akhirnya keputusan aku ambil..baiklah untuk kali ini tawaran diterima.... (sebelumnya pernah ada beberapa tawaran kerja yg sebenarnya jauh lebih menarik dari segi materi, tapi dengan beberapa pertimbangan semua ditolak dengan alasan tidak sesuai dengan hati....*halah gaya ya.....hihi*)


Sangat terasa berat diawal, maklumlah fase adaptasi.....Dan Allah menunjukkan inilah dunia nyata sebenarnya..Jauh dari kondisi yang nyaman..Selalu berada di kondisi ’aman’ (bc:berada dalam komunitas ikhwah) terkadang memang melalaikan, hingga tak ayal kita terkadang tersentak ketika berada di dunia nyata. Kaku, bingung, dll ditambah pandangan ’asing’ terhadap jilbab lebar, baju longgar dan kaos kaki..!. Dan ketika itu hati kecil ini berkata : ”Nah inilah ladangmu...!!!”

Pernah ada seorang guru berkata kepada saya (*kebetulan sang guru memang pernah mengajar saya waktu sekolah disini*). ”Yang sabar aja lah vie, memang gaji disini yah kalau diitung-itung tidak sesuai untuk seorang sarjana”.. Glek..!!.. Secara guru-guru pun tahu bahwa saya termasuk murid yang berprestasi ketika SMA dulu (ceile....eh, bener loh :D), pernah pada saat ngobrol2 mereka cerita tentang teman-teman saya yang sudah sukses *dlm ukuran duniawi tentunya*, padahal waktu SMA mereka adalah orang biasa-biasa saja dalam kapasitas akademik.. Manusiawi mungkin ketika saya merasa ’malu’ untuk hanya bekerja sebagai seorang ’tenaga honorer’, dan tahukah diantara karyawan disana aku yang mempunyai pendidikan S1, yang lain diisi D1 atau D3. Kalau sisi negatifnya diri saya bilang ”Kasian banget ya, sudah sekolah tinggi2 tapi kok ya jatuhnya honor juga ...”..hiks...hiks...

Ouuupsss....cerita tidak sampai disitu. Ternyata Allah menjawab semua keluh kesah saya. Dari segi materi, selama ini saya sudah merasa cukup dengan gaji yang saya terima. Walaupun di dompet hanya ada uang Rp3 ribu rupiah sekalipun, entah kenapa saya tidak pernah merasa khawatir karenanya (**hmmm...karena ada ATM dan Kartu Kredit dunk....hehe...)..Bukan...bukan..bukan karena ada ATM ataupun kartu kredit tapi saya juga tak tahu mengapa..Bukankah ketenangan itu dari Allah??..Bisa saja ini merupakan ’efek samping’ dari misi yang sedang dijalankan.. Kalau saat ini saya bandingkan diri saya yang dulu ketika masih jadi anak kost, punya uang Rp.50 ribu di dompet sudah ketar-ketir, gelisah, kira2 bakal cukup gak nih uang dalam sehari dua hari..hihi..bahkan gaji saya sekarang adalah jatah kiriman saya selama 1 minggu yah paling lama 2 minggu, tidak lebih...!..Tapi sekarang masalahnya bukan pada hitung-hitungan materi, InsyaAllah Allah telah mencukupkannya untukku... (***cukuuup banget maksudnya alias ’mepet’...hehehe)..Bukankah ketenangan itu tidak bisa dibeli dengan harga berapapun???..Itulah yang membuatku merasa sangat bersyukur.....^_^

Ku ingin merasakan betapa cantiknya, bila sebongkah misi hidup dipadukan dalam sebuah kerja.
Mencontoh orang-orang yang memahami benar kehadiran karyanya,
yang menjadi tiang penyangga yang menahan langit agar tak runtuh.
Merekalah beludru halus yang membuat jalan hidup yang tampak keras berbatu ini
menjadi lembut bahkan mengobati luka. Bukankah demikian tugas kita dalam kerja:
"menghadirkan secercah kesejahteraan bagi sesama"


Walaupun mungkin yang kulakukan ini belumlah seberapa, karena kumerasa belumlah memiliki apa-apa...
Kuingin pastikan tangan ini nanti tidak hanya untuk berada diatas, apalagi di bawah...tapi tangan ini adalah untuk menggemgam tangan yang lain untuk terkepal bersama..

Ya Allah aku ingin mencintaiMu semampuku..
Dengan dakwah ’kecil-kecilan’ sebagai pengabdianku
Walau hanya dengan gerak dan sikap
Pakaian dan prilaku
Tanpa harus banyak berucap....
Karena ucapan terkadang bisa dikalahkan oleh pandangan

Ya Allah hamba ingin mencintaiMu semampuku
Masih dengan ’seruan’ kecil-kecilan sebagai pengabdianku..
Dengan hanya menutup hidung ketika asap rokok memenuhi ruangan kerjaku
Atau sentilan ’kecil’ dari lisanku setiap pagi ”wah, pagi2 sudah sarapan rokok nih..!!”
walau mereka hanya merespon dengan tersenyum dan menjauhkan rokoknya dariku...

Ya Allah hamba ingin mencintaiMu semampuku
Lagi-lagi dengan ’ajakan’ kecil-kecilan sebagai pengabdianku
Hanya dengan ucapan ”Ayo...ayo...sholat...!” ketika seruan azan dzuhur di tempat kerjaku
Yang sampai saat ini hanya mereka jawab dengan senyuman dan kata-kata ”Nanti, dirumah saja mbak” (**sedangkan pulang dari sekolah aja sudah pukul. 14.00 WIB)

Ya Allah hamba ingin mencintaiMu semampuku
Belum bisa lebih dari pengabdian kecil-kecilanku...
Dengan cara membina beberapa kelompok mentoring
Memberikan solusi permasalahan organisasi dakwah sekolah
Walaupun masih sangat terbatas...

Ya Allah bantu kuatkan tulang punggung dan bahuku..
Untuk terus mengabdi....mengabdi dan mengabdi dengan segala keterbatasan yang aku miliki...
Hamba hanya bisa memberikan pengabdian ’kecil-kecilan’ kepadaMu
Yang membuatku semakin malu dengan karuniaMu yang teramat besar... T_T

Kotabumi, 22 April 2010
06.41 am


KETIKA TARBIYAH DIJADIKAN MAHAR....


bukan karena tidak ada pilihan tetapi karena Allah yang memilihkan


“Wanita dinikahi karena empat hal; karena harta, keturunan, kecantikan dan karena agamanya. Maka pilihlah wanita yang punya agama, jangan berpaling kepada yang lainnya semoga dapat berkah” (HR Bukhari dan Muslim).

Hadist diatas berlaku juga bukan buat para akhwat dalam memilih pasangan hidupnya *suami*..???..Artinya yang harus menjadi pertimbangan dan kriteria utama adalah ’AGAMA’..

Maka ada sebuah kisah seorang akhwat yang dilamar seorang laki-laki non tarbiyah (bc : tidak tarbiyah), kemudian ia menjadikan Tarbiyah suaminya sebagai maharnya. Ia ingin meniru kisah seorang wanita mulia : Ummu Sulaim yang menjadikan keislaman suaminya (Abu Thalhah) sebagai mahar. Dan beliaulah wanita dengan mahar termahal..

Ummu Sulaim, sohabiyah yang termahal maharnya. Beliau mau menerima pinangan Abu Thalhah yang dengan syarat keislaman Abu Thalhah sebagai maharnya. Insya Allah Ummu Sulaim tidak begitu saja menerima begitu saja kalau tidak yakin dengan kesungguhan dan komitmen Abu Thalhah untuk berislam. Dan ternyata setelah masuk Islam, Abu Thalhah menjadi salah satu sahabat Rasulullah yang istimewa.

Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bekata, “Abu Thalhah menikahi Ummu Sulaim. Maharnya keislaman Abu Thalhah. Ummu Sulaim telah masuk Islam sebelum Abu Thalhah, maka Abu Thalhah melamarnya. Ummu Sulaim mengatakan,’Saya telah masuk Islam, jika kamu masuk Islam aku akan menikah denganmu.’ Abu Thalhah masuk Islam dan menikah dengan Ummu Sulaim dan keislamannya sebagai maharnya.” (HR. An-Nasa’I : 3288)

Memang tidak mudah untuk menjadi Ummu Sulaim karena suami yang akan menjadi kepala rumah tangga nantinya, yang akan lebih dominan. Begitupun dengan seorang akhwat yang harus memutuskan untuk menikah dengan seorang laki-laki non tarbiyah sedangkan sang akhwat adalah orang yang telah malang-melintang di dunia tarbiyah.

Tidak mudah memutuskan menjadikan Tarbiyah sebagai mahar, karena bisa menimbulkan kemungkinan-kemungkinan. Ada beberapa kisah akhwat yang sebelum menikah dia sudah tertarbiyah dan aktif dalam dakwah kemudian menikah dengan seorang ikhwan hanif dengan harapan nantinya sang suami biasa diajak ikut tarbiyah dan dakwah, tetapi ternyata kenyataanya tak seindah impiannya, sang suami ga mau ngaji apalagi dakwah dan sang istri pun akhirnya juga tak lagi berada dalam barisan dakwah. Tetapi jika memang calon suami punya komitmen dan sungguh-sungguh untuk perbaikan diri dan mau bergabung dalam barisan dakwah sebagaimana Abu Thalhah maka tidak ada salahnya juga menjadi seorang Ummu Sulaim.

Dengan pertimbangan-pertimbangan itu memang kita bisa menentukan pilihan. Tapi alangkah baiknya jika kita bertawakal kepada Allah, biarlah Allah yang memilihkan untuk kita, karena Dia-lah yang Maha Tahu yang terbaik untuk diri kita. Bisa jadi yang kita anggap baik adalah buruk menurut-Nya, begitu pula sebaliknya.

Kenapa harus dengan yang tarbiyah??

Tarbiyah memang bukan segala-galanya, tapi segala-galanya bisa jadi berawal dari tarbiyah...Memang sih tidak menutup kemungkinan juga ikhwan tarbiyah kapasitas keislamanannya juga tidak lebih baik dari ikhwan non tarbiyah (note : tidak liqo’, bukan bahasan perbedaan harokah loh). Tapi yang pasti ketika sama-sama tarbiyah maka ada pemahaman yg sama, ada sesuatu yg menjadi kesamaan,,,atau bahkan ada cita2 yg sama...sehingga akan lebih mudah disatukan.

Jadi, tidak salahkan ketika ada seorang akhwat yang menjadikan Tarbiyah sebagai maharnya???..tapi masih dengan catatan harus yakin dengan kesungguhan dan komitmen sungguh-sungguh sang calon untuk perbaikan diri dan mau bergabung dalam barisan dakwah sebagaimana Abu Thalhah, atau dengan kata lain setelah menikah tetep terbina tarbiyahnya ^_^

Ya Allah ya Tuhanku…
Pasrahkanlah aku dengan takdirMu
Sesungguhnya apa yang telah Engkau takdirkan
Adalah yang terbaik buatku
Karena Engkau Maha Mengetahui
Segala yang terbaik buat hambaMu ini

Ya Allah…
Cukuplah Engkau saja yang menjadi pemeliharaku
Di dunia dan di akhirat
Dengarlah rintihan dari hambaMu yang daif ini
—————————————-
Jangan Engkau biarkan aku sendirian
Di dunia ini maupun di akhirat
—————————————-
Menjuruskan aku ke arah kemaksiatan dan kemungkaran
Maka kurniakanlah aku seorang pasangan yang beriman
Supaya aku dan dia dapat membina kesejahteraan hidup
Ke jalan yang Engkau ridhai
Dan kurniakanlah padaku keturunan yang soleh
Amin… Ya Rabbal ‘Alamin

Kotabumi, 23 April 2010
10.46 am

(*dalam perenungan, di ruang peradaban, detik-detik menjelang mengisi mentoring ^^)

Rabu, 14 April 2010

LELAKI PILIHAN (Inspirasi bwt kaum hawa, tp blh dbaca olh para adam ^_^)

"Seperti apa lelaki pilihanmu??"
Seringkah mndapat pertanyaan sprti itu?..
Jujur...
Qt slalu kehilangan kata2 utk menjawabny...
Atw kesulitan menemukan kalimat utk mendeskripsikannya...

Seperti apa?...
Yg idealiskah?
atau yg realistis?...
Pilihan...

Apakah msih bs memilih?
Bgmna klw pertanyaanny diganti? "Seperti apa lelaki yg kau harapkan?"

Ya...harapan lbih bersahabat dripada pilihan..
Berharap pdNya agar dipilihkan yg terbaik,
Menerima seseorang yg tlh dipilihNya, akan terasa lbih nyaman drpd memilih seseorang yg blm tentu dipilihkan Allah untukku...

Klw blh memilih, dia mencintaiku & hrs membuktikannya dg jalan yg tlh Allah tunjukkan, jalan yg Ia ridhoi..

Bgmna membuktikanny??
Dengan kecerdasan & pemahaman agama yg baik, dg ibadah sholih, dg akhlakul karimah, dg kelembutan hati, ia akn menunjukkan cintany dg cara yg baik...

Bgmna dg fisik??
Aq tdk munafik, manusiawi jk manusia menyukai keindahan..
Tp adakah ciptaan Allah yg buruk??

Lelaki pilihan itu tampan karena ia dicintai bkn mencintai krn tampan..

Ia gagah krn kekuatan & usahanya utk melindungi..
Bkn melindungi krn kegagahanny...

Ia lembut krn ia mencintai, tp mjd kuat ktk ia dicintai..

Ia sabar krn tak ingin menyakiti...

Terakhir, Allah lah yg akan memilihnya utkku...
Itu lelaki pilihanku.... ^_^

sumber : unknow