Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Sabtu, 31 Mei 2008

Surat terbuka : Manakah yang lebih Prioritas...?? (Sebuah ungkapan hati)

Apakah kamu mengira kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah orang-orang bersamanya:bilakah datangnya pertolongan Allah? Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.” (QS.2:214)

”Hai orang-orang beriman, janganlah kamu, mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan juga janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (QS. 8:27)

Salah satu perilaku dan pengajaran tertinggi di dalam Islam adalah diwajibkannya sifat amanah, yang ini merupakan perbendaharaan agama Islam, kekayaan yang sangat mendasar dan bahkan agama itu merupakan amanah.

Ana mohon maaf dan pengertiannya kepada ikhwahfillah yang menawarkan sebuah proyek besar berupa amanah dakwah kepada ana. Sungguh luar biasa berat bagi ana untuk tidak menerima amanah itu. Namun di satu sisi ana harus menyelesaikan amanah kuliah ana (karena dituntut untuk menyelesaikannya dengan segera oleh yang memberi amanah yaitu orang tua). Demi Allah, ana tidak menolak amanah itu karena bisa jadi amanah itu merupakan kemuliaan bagi ana. Namun jika dituntut untuk tidak lulus (-wisuda) selama mengemban amanah itu, jujur ana tidak bisa...Bukankah akademik harus di nomor satukan sedangkan amanah dakwah harus diutamakan..??

Kuliah dalam rangka menuntut ilmu juga merupakan perintah Allah Swt. Seperti terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-Mujaadilah ayat 11, “…niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Bahkan ketika ada yang bilang..”Ukhti siap yach melanjutkan kepengurusan tahun besok (jadi presidium), anti masih lama kan lulusnya..??”.Jujur, ana bingung mendapat pertanyaan seperti ini, sedangkan di satu sisi mereka sudah sama2 tahu bahwa ana telah melaksanakan seminar usul, bahkan saat ini sedang penelitian..Artinya tinggal beberapa tahap lagi tentunya ana akan menyelesaikan studi ana..Saat ana bilang seperti itu justru ukhti tersebut bertanya kembali “Anti yakin bisa lulus di bulan itu..??, Bisa tidak diundur dulu hingga tahun depan,,??”. Puff...Ana tidak habis fikir, apakah memang kuliah tidak lagi menjadi prioritas..??. Apakah ana harus mengcancel kelulusan ana dan tentu saja akan mengecewakan orangtua yang bersusah payah membiayai kuliah ana..??. Yang ana harapkan adalah support, dukungan agar ana dapat menyelesaikan studi ana tersebut pada bulan yang memang menjadi target ana, tapi ana sedikit kecewa dengan kata-kata ukhti tadi karena itu hanya membuat ke”pesimis”-an terhadap diri ana sendiri. Ana tahu bahwa Allah lah yang menentukan segalanya,.Memang jika Allah belum mengizinkan pasti ana tidak akan lulus pada bulan itu, Tapi tentunya Allah akan melihat usaha dan realita..

Ana tidak bermaksud menolak amanah itu,..!!.Tapi ada hal lain yang menuntut ana, bahkan tuntutan itu lebih besar bagi ana. Apapun amanah yang akan diberikan kepada ana, ana tsiqoh karena ana yakin amanah itu hakikatnya adalah dari Allah. Bagi ana kuliah merupakan bagian dari dakwah ana,.Dakwah bagi orangtua, bagi teman2 dan orang2 disekita ana..Karena jika kuliah bisa dijalankan dengan baik sehingga nilai akademik yang diperoleh juga bagus, kemudian bisa lulus dengan cepat maka hal ini juga bisa mendukung dakwah itu sendiri.

‘Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu [kebahagiaan] negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari [keni'matan] duniawi dan berbuat baiklah [kepada orang lain] sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di [muka] bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.[28:77]‘

Saatnya mengkontruksi ulang semangat dakwah yang hidup dalam jiwa kita. Mengambil kesempatan yang masih tersedia untuk berhimpun dalam kemuliaan dakwah. Jika tawazun di pandang dari segi yang lain, maka seruan dakwah juga harus berorientasi terhadap bagaimana seseorang akan mampu membagi pemenuhan kebutuhan dunia dan akhiratnya secara seimbang. Nabi pernah mengatakan bahwa carilah dunia ini seakan engkau akan hidup selamanya, dan carilah akhirat ini seakan engkau akan mati esok. Artinya dunia dan akhirat keduanya harus dicari secara sungguh-sungguh. firman Allah dalam surat Ali-‘Imran ayat 104, ”Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.”

To mb Emil, mb any n ukhtifillah yg senantiasa mendukung ana..Afwan jiddan dan Jazakumullah atas kepercayaan yang telah diberikan kepada ana, tentunya sebuah proses Regenerasi dalam dakwah itu patut dilakukan agar pergerakan dakwah itu senantiasa baru dan segar..!!

Rabu, 28 Mei 2008

Dunia dakwah kita juga merupakan kompetesi. Hanya mereka yang terperdayakan yang senantiasa siap memikul dakwah. Beban dakwah hanya sanggup dipikul oleh mereka yang mengerti tentang apa dan bagaimana dakwah itu. Tim dakwah membutuhkan anggota tim yang cerdas, qowi, matin, dan bertanggung jawab. Karakter tersebut hanya didapatkan dengan pembinaan diri. Artinya, kita memiliki kesempatan untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik.

Kebutuhan perpolitikan dakwah membutuhkan komitmen yang jelas. . Yang mengharuskan kita berdakwah bukan dengan figure tetapi dengan dakwah itu sendiri.

Kita adalah batu bata penyusun tembok tinggi peradaban, tak peduli kita berada dimana, diatas atau dibawah, atau bahkan sebagian diri kita terpotong untuk mengganjal dan melengkapi lubangan tembok peradaban itu. Sudah selayaknya kita bersabar, kesabaran untuk proses kita menuju tercapainya kebangkitan islam yang kita idam-idamkan. Pada dasarnya dalam semua lingkungan dan ranah manapun kita bisa berdakwah, dalam hal ini tentunya memerlukan kader yang mempunyai spesifikasi dan kualifikasi yang memadai untuk diterjunkan dalam amanah dan wasilah serta wajihah tertentu. Oleh karena itu bukan hanya sekedar keaktifan ia di wasilah tertentu tetapi kadar keislaman dan kepemahaman syumulatul dien yang ia punyai. Aktivitas di medan dakwah memerlukan orang-orang yang komitmen dan sekaligus “paham”. Tanpa keduanya seseorang dalam menjalankan amanahnya akan cenderung fluktuatif dan unprogresif. Karena yang ia punyai hanya sebatas semangat tanpa diiringi kepehaman yang bersumber dari ilmu dien yang benar. apasih untungnya menyendiri dalam pergerakan dakwah ini. semua butuh penataan dan system, ada kalanya system teramat rumit dan elegan untuk kita jangkau.. Sistem sendiri sudah benar, hanya saja orang-orang yang berada didalamnya pembuat kebijaksanaan yang kadang kala tidak memuaskan Namun kekecewaaan dan ketidakpuasan sering kita terhadap system jangan pernah melunturkan semangat kita untuk berdakwah, bukan begitu saudaraku?

Ingatlah domba yang sendirian lebih mudah tertekam singa, daripada domba yang bergerombol. Barisan ini adalah barisan yang ditata, bukan barisan yang bergerombol tak beraturan. Bukankah kebenaran yang tidak terorganisir akan dikalahkan oleh kejahatan yang terorganisir. Sehingga kita selalau dituntut untuk menjadi orang yang beriman dan bertaqwa bukan untuk orang lain melainkan untuk kita sendiri. Perbaikan diri menuju yang lebih baik juga merupakan jihad. Sesungguhnya jika engkau berjihad, maka jihadmu adalah untuk dirimu sendiri.

“Sesungguhnya orang yang terbaik di antara kalian adalah yang paling bertaqwa” (Al Hujurat: 13).

Senin, 26 Mei 2008

PENELITIAN KU

Pengaruh Lama Fermentasi dan Jumlah Inokulum terhadap Produksi Tepung Ubi Kayu Berprotein dengan Menggunakan Kapang Tempe

Oleh :

Evi Desiana 0414051006

Provinsi Lampung merupakan salah satu daerah yang banyak menghasilkan komoditi ubi kayu (Mohinot esculenta Cranzt. Ubi kayu merupakan komoditi pertanian yang mudah rusak. Oleh karena itu ubi kayu segar perlu diolah menjadi bahan antara lain seperti diolah menjadi tepung ubi kayu (Suismono dkk, 2006). Pengolahan ubi kayu menjadi tepung bertujuan untuk memperpanjang masa simpan, meningkatkan nilai tambah tanaman ubi kayu, diversifikasi makanan, dan sebagai bahan substitusi dalam industri pangan (Setyono dkk, 1990).

Ubi kayu merupakan sumber karbohidrat (34,70-37,90 g/100 g ubi kayu) sehingga dapat digunakan sebagai makanan pokok terutama di daerah pedesaan, namun kandungan protein ubi kayu sangat rendah (0,80-1,20 g/100 g ubi kayu) (Direktorat Gizi Depkes RI, 1981). Untuk meningkatkan kandungan nutrisi ubi kayu maka perlu dicari alternatif memperkaya ubi kayu dengan penambahan sumber protein. Salah satunya adalah dengan cara memfermentasi ubi kayu dengan kapang tempe (Rhizophus sp).

Rhizopus sp memproduksi enzim protease dan amilase yang dapat menghidrolisis protein dan amilosa menjadi asam-asam amino dan glukosa. Menurut Mien (1990), Rhizopus oligosporus dan Rhizopus oryzae merupakan genus utama yang digunakan dalam proses fermentasi tempe di Indonesia. Enzim yang berperan dalam hal ini yaitu proteolitik yang dapat menguraikan protein menjadi asam amino dan amilolitik yang dapat menguraikan polisakarida menjadi gula sederhana (Purwanto, 1990).

Fermentasi merupakan proses yang melibatkan mikroorganisme sehingga kualitas produk fermentasi sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor selama proses fermentasi itu berlangsung. Lama fermentasi merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan keberhasilan fermentasi suatu bahan. Contohnya pada fermentasi tempe kedelai dengan sifat yang baik dihasilkan dengan lama fermentasi 1-2 hari (Jay, 2000) dan jika waktu fermentasi lebih lama maka akan dihasilkan tempe dengan sifat yang tidak disukai konsumen. Soccol et al (1994) juga melaporkan bahwa Rhizopus sp dapat tumbuh pada ubi kayu. Pada lama fermentasi 48 jam, protein ubi kayu meningkat dari 1,75% hingga 11,3% dengan proses fermentasi menggunakan isolat Rhizopus sp sebanyak 2x109 spora. Tekstur dan komponen ubi kayu berbeda dari kedelai yang merupakan bahan baku tempe. Berdasarkan hal tersebut maka lama fermentasi ubi kayu menggunakan kapang tempe perlu dicari sehingga dapat dihasilkan tepung berprotein dengan karakteristik yang baik.

Selain lama fermentasi, jumlah inokulum yang ditambahkan juga merupakan faktor penting dalam proses fermentasi. Fardiaz (1987) menyatakan bahwa jumlah starter yang ditambahkan akan mempengaruhi fase adaptasi pertumbuhan mikroba. Oleh karena itu perlu dicari jumlah inokulum dari kapang tempe yang tepat sehingga dapat menghasilkan produk dengan mutu yang baik.

Pelaksanaan penelitian dan analisis akan dilaksanakan pada bulan Mei 2008-Juli 2008. Perlakuan disusun secara faktorial dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap dengan tiga kali ulangan. Percobaan terdiri atas dua faktor yaitu lama fermentasi dan jumlah inokulum dari kapang tempe. Faktor pertama yaitu lama fermentasi (A) terdiri dari 3 taraf yaitu: 36 jam (a1), 48 jam (a2), dan 60 jam (a3). Faktor kedua ialah jumlah inokulum kapang tempe (B) terdiri dari 4 taraf yaitu 1,5 g/kg (b1); 2,0 g/kg (b2); 2,5 g/kg (b3); dan 3 g/kg (b4); serta kontrol yaitu ubi kayu tanpa penambahan kapang tempe. Data yang diperoleh di uji kesamaanragamnya dengan uji Barlett dan kemenambahan data di uji dengan uji Tuckey. Data kemudian diuji lanjut dengan uji perbandingan dan polynomial orthogonal pada taraf nyata 1% dan 5%.

Umbi kayu difermentasi dengan menggunakan kapang tempe dengan jumlah inokulum dan lama fermentasi yang telah ditentukan. Masing- masing perlakuan dicampurkan dengan 4,75 g KH2PO4, 9,30 g (NH4)2SO4, 2,3 g urea dan 96 ml air aquades sebagai tambahan sumber nutrisi pertumbuhan kapang (Soccol dkk, 1993). Pengamatan dilakukan dalam 2 tahap yaitu pengamatan selama fermentasi dan pengamatan pada tepung. Pengamatan selama fermentasi terdiri dari Penghitungan Total Kapang dan Penampakan Hifa secara visual. Sedangkan Pengamatan pada tepung terdiri dari Kadar Protein, Kadar Air, Kadar Abu, Derajat Putih, Kadar Pati dan Gula Reduksi.


Disampaikan pada Kolokium Jum'at, 23 Mei 2008