Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Sabtu, 27 Desember 2008






SAVE OUR PALESTINE...!!!

Karena mereka SAUDARA kita...

Sudah lama juga ya gak nulis....
Abiz sibuk ngurusin penelitian nih...
Alhamdulillah penelitian yang complicated tu dah selesai...

Pengen sih posting tulisan lagi...
tapi belakangan ini fokus nulis skripsi dulu ya... ^_^
Lagi gak punya ide mau posting apa...???

Hayoo....semangat...Skripsi cepat kelar yak...!!!

Senin, 13 Oktober 2008

We Have The Same Hours


A great opportunity
(Kesempatan besar)
await those who give more than what is asked
(menanti mereka yang memberi lebih dari yang diminta)
Put the uncommon touch
(Lakukanlah penanganan yang luar biasa)
on even the most common tasks
(meskipun pada hal-hal yang sangat biasa)
One of God’s greatest gifts
(Salah satu anugerah terbesar dari Tuhan )
is to enable ordinary people
(adalah memberi kemampuan kepada orang biasa)
To do extraordinary things
(untuk melakukan hal-hal yang luar biasa)
We may never have the opportunity
(Kita mungkin tak pernah punya kesempatan)
to do great things in a great way
(untuk melakukan hal-hal besar secara luar biasa)
But we all have the chance
(tapi kita semua punya kesempatan)
to do small things in a great way
(untuk melakukan hal-hal kecil secara luar biasa)
If at the end of a day
(Jika di penghujung hari)
you feel dog-tired
(anda merasa sangat lelah)
maybe it’s because
(mungkin itu dikarenakan)
you growled all day
(anda mengeluh sepanjang hari)
The men and women who change the world
(Orang-orang yang bisa mengubah dunia)
don’t have any more hours a day
(tidak memiliki jumlah jam yang lebih banyak dalam sehari)
than you and I
(daripada apa yang anda dan saya miliki)
(by: Jackson Brown)

WANTED...!!!


Dicari..!! Akhwat CAKEP n’ Ikhwan GANTENG tuk menjadi generasi penerus Peradaban...dg kriteria :

AKHWAT CAKEP
Confidence alias PeDe >> Melangkah dengan optimis tanpa keraguan coz dia punya visi n misi yang jelas.
Adroit,Tangkas >> ligat, cepat n penuh semngat
Kindness >> ramah, murah senyum n bersahabat..
Exclaim (Menyerukan). Aslih nafsaka, wad’u ghairaka >> coz dia adalah seorang dai’yah
Patient >> Sabar, tetap ikhlas mengahadpi semua tantangan dan ujian


IKHWAN GANTENG
(G) Gesit dalam dakwah
(A) Atensi pada jundi
(N) No reason, demi menolong
(T) Tanggap dengan masalah
(E) Empati
(N) Nahkoda yang handal
(G) Gentle

Antum/na memenuhi kriteria diatas, segera bergabung dlm Generasi Dakwah Pembangun Peradaban Islam...!!!.Dengan imbalan Jannah-Nya Insya Allah... Diri kita kah yang sedang di cari...???

AYO MEMBACA...!!!



“Aku tahu, setiap kali aku membuka sebuah buku,
Aku akan bisa menguak sepetak langit.
Dan jika aku membaca sebuah kalimat baru,
Aku akan sedikit lebih banyak tahu dibandingkan sebelumnya.
Dan segala yang kubaca akan membuat dunia
dan diriku menjadi lebih besar dan luas”

- Jostein Gaarder dan Klaus Hagerup -
Perpustakaan Ajaib Bibbi Bokken

Selasa, 07 Oktober 2008

NAFSUL MUTHMAINNAH (Misteri terdalam hati manusia)


Menjaga hati itu tak mudah,
sungguh, kalaupun aku bisa, belum tentu dengan dia.
Kalaupun kami telah begitu percaya diri untuk mampu,
bukankah masih ada orang lain yang berprasangka??

Ingin ku katakan pada semua orang bahwa
'tak ada apa pun antara kami'
Tapi bisakah mulut bicara demikian, bila hati berkata lain?
Lalu siapa yang mampu menjamin bisa menjaga hati banyak orang?

Ya, begitulah rahasia cinta dan hati.
Sungguh sering kali kita kolaps bukan karena sakit,
bukan karena miskin, tapi karena sesuatu yang besar
telah terjadi pada lautan hati kita...

Allah, jangan biarkan layar itu kembali terkembang.
Aku ingin menggulungnya...
Menghempasnya dalam lautan cinta-Mu saja.
Hingga ia tenggelam..
Dan aku tak kepayahan karenanya...

Allah, jika sekarang masih terlarang, jangan Kau hadirkan siapapun...
Jagalah sepotong daging ini,
sebagaimana Engkau memfungsikannya sebagai penawar racun...

(Dikutip dari Novel "NAFSUL MUTHMAINNAH". Novel spiritual ttg rahasia cinta dan hati...mewakili byk hati yang terjadi di sekitar kita.Mungkin, diantaranya adalah kita sendiri...)
So,referensi yg bagus bwt para aktivis yang belajar menjaga hati..

Selasa, 16 September 2008

Berfikir sederhana



Terpetik sebuah kisah, seorang pemburu berangkat ke hutan dengan membawa busur dan tombak. Dalam hatinya dia berkhayal mau membawa hasil buruan yang paling besar, yaitu seekor rusa. Cara berburunya pun tidak pakai anjing pelacak atau jaring penyerat, tetapi menunggu di balik sebatang pohon yang memang sering dilalui oleh binatang-binatang buruan.

Tidak lama ia menunggu, seekor kelelawar besar kesiangan terbang hinggap di atas pohon kecil tepat di depan si pemburu. Dengan ayunan parang atau pukulan gagang tombaknya, kelelawar itu pasti bisa diperolehnya. Tetapi si pemburu berpikir, "untuk apa merepotkan diri dengan seekor kelelawar? Apakah artinya dia dibanding dengan seekor rusa besar yang saya incar?"

Tidak lama berselang, seekor kancil lewat. Kancil itu sempat berhenti di depannya bahkan menjilat-jilat ujung tombaknya tetapi ia berpikir, "Ah, hanya seekor kancil, nanti malah tidak ada yang makan, sia-sia." Agak lama pemburu menunggu. Tiba-tiba terdengar langkah-langkah kaki binatang mendekat, pemburupun mulai siaga penuh,tetapi ternyata, ah... kijang. Ia pun membiarkannya berlalu. Lama sudah ia menunggu, tetapi tidak ada rusa yang lewat, sehingga ia tertidur.

Baru setelah hari sudah sore, rusa yang ditunggu lewat. Rusa itu sempat berhenti di depan pemburu, tetapi ia sedang tertidur. Ketika rusa itu hampir menginjaknya, ia kaget. Spontan ia berteriak, Rusa!!!" sehingga rusanya pun kaget dan lari terbirit-birit sebelum sang pemburu menombaknya. Alhasil ia pulang tanpa membawa apa-apa.

Banyak orang yang mempunyai idealisme terlalu besar untuk memperoleh sesuatu yang diinginkannya. Tawaran dan kesempatan-kesempatan kecil dilewati begitu saja, tanpa pernah berpikir bahwa mungkin di dalamnya ia memperoleh sesuatu yang berharga. Tidak jarang orang orang seperti itu menelan pil pahit karena akhirnya tidak mendapatkan apa-apa.
Tetaplah mempunyai mimpi dengan tidak menganggap remeh kesempatan-kesempatan yang ada di sekitar kita. Karena seorang pemenang adalah orang yang mengenal lingkungannya. Berpikir sederhana untuk menciptakan sebuah kontribusi besar...!!!

AMANAH = JABATAN…???


Samakah antara amanah dakwah dengan jabatan..??. Tentunya pertanyaan ini sangat penting ditanyakan kepada para aktivis apalagi pada momen-momen sosialisasi kepengurusan baru yang saat ini sedang hangat terjadi di kampus kita. Bukan hanya para aktivis yang mendapat amanah di LDK tapi juga di lembaga-lembaga kemahasiswaan lainnya (ammah). Karena pada hakikatnya dimanapun kita ditempatkan, ada sebuah titel mulia yang membedakan kita berbeda dari aktivis lainnya yaitu menjadi seorang ‘aktivis dakwah’.

“Dimanapun bumi di pijak disana dakwah dijunjung”. Sebuah slogan yang sempat dicetuskan oleh seorang ukhti (tp ana lupa siapa..??) pada awal-awal memasuki dunia dakwah di kampus yang ana cintai ini. Sebuah slogan sederhana namun cukup bermakna yang sampai saat ini senantiasa mengingatkan ana tentang keberadaan kita (-yang mengaku dirinya sebagai “pejuang dakwah kampus”).

Ketika kita menyamakan amanah dakwah itu adalah sebuah jabatan. Tentunya kita akan merasa sangat kecewa ketika suatu hari kita di tempatkan pada posisi yang ‘lebih rendah’ dari posisi sebelumnya yang pernah kita emban. Yang akhirnya bisa menimbulkan produktivitas kerja yang menurun, atau lebih parahnya berakibat kepada timbulnya ketidakpercayaan kepada para pimpinan (-yang menempatkan posisi tersebut) dan akhirnya mencoba mencari pelarian kepada “jabatan” lainnya tanpa melalui mekanisme yang ada.

Dalam konteks Qiyadah wal Jundiyah, sikap terbaik yang harus dimiliki oleh seorang jundi (para aktivis dakwah) adalah ia harus siap ditempatkan dimana saja. Ana teringat kata seorang ukhti (ana inget namanya tp dirahasiakan saja ya..). Beliau mengatakan “Diri kita (-para pejuang dakwah) adalah bukan hanya milik kita pribadi, tapi kita adalah milik umat” so kita tidak bisa seenaknya memilih amanah yang kita inginkan. Karena hakikatnya kita adalah jundi yang harus siap ditempatkan dimana saja apapun posisinya dan dimanapun kita berada karena yakin disanalah kita dibutuhkan. Ana sepakat, namun suatu sikap yang salah juga ketika seorang qiyadah memutuskan tanpa melihat kondisi jundi yang akan ia tempatkan. Selain pertimbangan kapasitas, skill ataupun kemampuan (dilihat dari sisi internal qiyadah), pertimbangan2 pribadi dari seorang jundi pun idealnya harus juga didengarkan. Barangkali ada satu sisi yang tidak diketahui oleh seorang qiyadah yang itu nantinya akan memberikan “efek” terhadap kerja2nya ke depan. Jadi harus ada sikap bijak dan ikhlas dari kedua pihak dalam mengkondisikan pos2 agar bisa terisi dengan orang2 yang tepat. Dan yang paling penting tidak memperpanjang barisan sakit hati dalam dakwah ini...

“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan Rasul-Nya jika menyeru kamu sekalian terhadap sesuatu yang dapat menghidupkan (hati)-mu. Dan ketahuilah bahwa Allah yang menghalangi diantara seseorang dengan hatinya dan hanya kepada-Nyalah kamu sekalian akan dikembalikan”
(QS.Al-Anfal :24).

Tulisan ini dilatarbelakangi oleh beberapa kasus yang ana lihat dan juga pengalaman yang ana rasakan. Beberapa kasus yang membuat ana berfikir bahwa mau tidak mau suka tidak suka hal ini menjadi fenomena tersendiri yang terjadi di sekitar kita. ‘Ketidaksiapan kader’ dalam mengemban amanah serta ketidak’legowo’an dalam menerima amanah sering kali terjadi. Lalu dimana yang salah ?? Apakah kaderisasi yang kita lakukan saat ini belum optimal sehingga belum bisa menghasilkan kader yang “sami’na wa ato’na’ terhadap keputusan jamaah ..???
Kadangkala beberapa orang di antara kita sering menerima amanah yang tidak kita sukai. Kita merasa itu bukan keahlian kita. Kita pada awalnya memang menolaknya, tapi kemudian terpaksa menerimanya. Hari-hari selanjutnya dipenuhi rasa tanggung jawab akan sesuatu yang berat tanpa ada keyakinan dari dalam diri dan akhirnya performa kerja kita jadi jauh dari yang seharusnya kita capai.. Tanpa ada persangkaan baik terhadap Allah. We make our own failure. Sebenarnya, bukan karena tidak bisa melaksanakan tugas dengan baik, tapi karena merasa tidak bisa. Kita tidak boleh menolak amanah jika itu ternyata sudah menjadi keputusan syuro. Yakinlah, bahwa amanah ini dari Allah. Konsekuensinya, yakinlah bahwa kita mampu menyelenggarakan amanah ini dengan sebaik-baiknya. So, don’t limit yourself. We can if we think we can.
Tidak akan ada istilah “turun pangkat” ataupun “naik pangkat” ketika kita menilai bahwa apapun amanah yang kita terima pada hakikatnya adalah sebuah kemuliaan bagi diri kita, karena kita masih dipercaya Allah SWT untuk menjadi salah satu “pejuang dakwahnya’. Menjadi pejuang di jalan-Nya hendaknya bukan dari kacamata kita, tetapi dari kacamata Allah SWT. Alangkah ruginya bila kita menganggap diri sebagai pejuang, padahal dalam pandangan Allah SWT kita tak ada apa-apanya. Maka, bersama-sama kita memuhasabahi diri, agar cinta kita kepada-Nya bukan hanya angan semata karena pembuktian cinta haruslah mengikuti dengan keinginan yang dicinta. Cinta sejati, tidak hanya dimulut dan disimpan di dalam dada saja, tetapi harus dibuktikan, agar sang kekasih percaya bahwa kita mencintainya. Kita mencintai-Nya dan Dia pun mencintai kita.

Sesungguhnya keistiqomahan dalam berjuang, itulah indikasi keimanan sang pejuang yang sebenarnya. Pejuang yang sabar menapaki hari-hari dengan mengibarkan panji Illahi Rabbi. Teguh pendirian. Tak kenal henti. Hingga terminal akhir, surga. So, berikan kontribusi terbaik apapun dan dimanapun posisi kita saat ini...!!

“Berbahagialah hamba yang menuntun kendali untanya di jalan Allah, kepala dan kakinya berdebu, jika ia bertugas jaga maka ia melaksanakan (dengan baik dan ikhlas) dan jika sebagai pengawal pasukan di belakang ia melaksanakan pengawalan (baik dan ikhlas)” HR. Bukhari.


SAATNYA BEKERJA...TEMAN..!!!


Ditulis :
Rabu, 30 Agustus 2008 Pkl. 21.30 WIB
Di kamar kostan tercinta...

Kamis, 10 Juli 2008

AYO BERJUANG...!!!



Hik...hik...bisa gak ya...??? PENELITIAN KAPAN KELAR...???!!!

Minggu, 06 Juli 2008

Bila Semangat Meredup



Sikap lemah yang timbul pada diri seseorang ketika ia melakukan ibadah, setelah sebelumnya ia bersemangat, disebut juga dengan istilah futur, seperti apa yang dialami oleh Nisa diatas. Salah satu bentuk futur adalah rasa malas beribadah atau bahkan meninggalkannya sama sekali. Sikap lemah tersebut ditimbulkan oleh renggangnya hubungan seorang hamba dengan Penciptanya. Kesibukan yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas ibadah, banyaknya maksiat atau dosa kepada Allah, akan menyebabkan seseorang merasakan kesempitan dalam urusan dan kegelisahan dalam hatinya. Saat itulah hubungan seorang hamba dan Sang Pencipta merenggang.

Hassan Al-Bashri mengatakan : „Kebaikan itu merupakan cahaya dalam kalbu. Cahaya kalbu yang akan memberikan kekuatan pada tubuh. Sedangkan keburukan itu merupakan kegalapan kalbu, kegelapan yang akan menimbulkan kelemahan tubuh."

Latar belakang timbulnya futur

Futur dapat disebabkan antara lain oleh :

1. Maksiat kapada Allah

Perbuatan maksiat yang diiringi dengan sikap tenang ketika melakukannya (tanpa merasa bersalah & tidak diiringi dengan istighfar) praktis dapat merusak hubungan seseorang dengan Allah swt. Dosa-dosa kecil yang diremehkan seseorang akan semakin menumpuk. Dalam sebuah haditsnya Rasulullah pernah melukiskan, bahwa seorang mukmin yang melakukan dosa, maka dosa itu seperti satu noda hitam dalam hatinya. Jika ia beristighfar, maka hatinya akan mengkilat kembali. Bila tidak, maka noda hitam itu akan menutupi hatinya seperti yang difirmankan Allah :

Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka. (QS. 83:14)

Hati yang diliputi noda hitam itu, kata Rasulullah, akan menjadi hitam legam sehingga tidak dapat membedakan antara kebenaran dan keburukan. Urwah bin Zubair, salah seorang ulama tabi’in pernah mengatakan : „Bila kalian menyaksikan seseorang melakukan kebaikan, ketahuilah bahwa kebaikan itu memiliki saudara-saudaranya yang lain bagi orang tersebut. Bila kalian lihat seseorang melakukan keburukan, ketahuilah bahwa keburukan itu mempunyai saudara-saudaranya yang lain bagi orang tersebut. Karena sesungguhnya kabaikan itu menunjukkan saudaranya, dan demikian pula keburukan menunjukkan saudaranya."

Memang benar, bahwa seseorang yang berbuat dosa akan cenderung untuk melakukan dosa lainnya. Sebaliknya seseorang yang melakukan satu kebaikan akan cenderung untuk melakukan kebaikan berikutnya. Keburukan akan merembet pada sikap buruk lainnya, demikian pula kebaikan.

2. Sikap terlalu berlebihan terhadap hal-hal yang dibolehkan (mubah)

Allah memerintahkan untuk melakukan segala sesuatu secara seimbang dan tanpa melampaui batas. Allah berfirman :

... makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS. 7:31)

Abu Sulaiman ad-Darani mengatakan bahwa seseorang yang makan terlalu kenyang akan ditimpa 6 jenis penyakit, yang salah satunya adalah perasaan malas untuk beribadah. Logis memang. Bukankah orang yang merasa perutnya kenyang lebih suka tidur daripada berlama-lama berdiri diwaktu shalat atau duduk untuk berdzikir dan bertafakkur ? Tentu saja berlebihan yang dimaksud bukan hanya berlebihan dalam hal makan.

3. Tenggelam dalam kenikmatan dunia

Artinya, terlalu mengutamakan dunia atau tenggelam dalam aktivitas pencarian harta dan kenikmatan dunia. Dr. Mushtafa as-Siba’i pernah menuliskan dalam bukunya sesuatu yg patut kita renungkan : „Ada dua cinta yang tidak pernah bersamaan dalam satu waktu pada jiwa seseorang, yaitu cinta Allah & cinta maksiat ...".

Bagaimana seseorang bisa mencintai Allah, sedangkan perbuatan maksiatnya itu menjauhkannya dari Allah ? Atau bagaimana seseorang bisa melakukan maksiat, sedangkan ia sangat cinta kepada Allah ? Tepatlah apa yang dikatakan oleh Dr. Mushtafa bahwa kedua cinta ini tidak akan pernah tumbuh bersamaan.

Masing-masing ada saatnya
Fenomena futur ini sebenarnya merupakan satu hal yang wajar. Rasulullah bersabda : „Setiap amal itu ada masa semangat dan masa lemahnya. Barang siapa yang pada masa lemahnya ia tetap dalam sunnah (petunjuk) ku, maka ia telah beruntung. Namun barang siapa yang beralih kepada selain itu berarti ia telah celaka." (HR. Ahmad)

Satu hari seorang juru tulis Rasulullah, Abu Rub’i Hanzalah, pernah datang pada Rasulullah dan mengadu : „Wahai Rasulullah, Hanzalah telah berbuat nifak ...". „Apa yang kalian maksud dengan nifak itu ?" tanya Rasulullah. „Wahai Rasul, ketika kami bersama-sama anda dan anda mengingatkan kami akan neraka dan surga, seolah-olah keduanya ada di pelupuk mata kami. Akan tetapi jika kami tidak bersamamu, kami dilalaikan oleh anak, istri serta tanah ladang kami yang menjadikan kami banyak lupa." Kemudian Rasulullah bersabda : „Demi Dzat yang diriku ada ditanganNya, sekiranya kalian terus-menerus dalam keadaan sebagaimana ketika kalian bersamaku, dan selalu dalam keadaam berdzikir, niscaya malaikat akan menyalamimu ketika kalian berada di kasur dan di jalanan. Akan tetapi wahai Hanzalah, masing-masing itu ada saatnya." (HR. Muslim)

Seimbang & realistis

Namun demikian, dua hadits diatas tidak dapat melegalisir sikap kita ketika mengalami kelemahan dalam beribadah. Tapi minimal ada tiga hal yang dapat kita gali dari dua hadits tersebut :

Pertama, bahwa Rasulullah sendiri menganggap fenomena futur itu sebagai hal yang wajar, manakala pada saat lemah itu seseorang tetap memelihara kewajiban dan perintah Allah serta sunnah Rasulullah. Sebagaimana manusia diciptakan dengan kapasitas terbatas, kelemahan & kelelahan dalam beribadah adalah salah satu tabiatnya. Kini tinggal bagaimana mereka mengisi saat-saat lemah itu dengan tindakan yang tidak mengabaikan tuntunan Islam. Ibadah mempunyai cakupan yang luas dan tidak terbatas pada aktivitas tertentu yang dapat menjemukan. Ucapan Rasulullah pada Hanzalah : „Masing-masing itu ada saatnya," menunjukkan bahwa bermain dan bercengkerama dengan keluarga atau mencari nafkah adalah hal yang diperbolehkan dan bahkan sangat dianjurkan dalam Islam, asalkan semuanya itu dilakukan dengan tidak berlebihan.

Kedua, sikap futur yang ditolelir oleh Islam adalah futur yang terjadi pada batas waktu tertentu dan tidak terus-menerus. Jangan karena menganggap fenomena futur itu wajar, seseorang bersikap „santai-santai" saja ketika ia menyadari bahwa ia sedang futur hingga berlarut-larut. Tetapi segeralah mengambil sikap seperti yang dicontohkan dalam hal ketiga berikut ini. .

Ketiga, adanya sikap sensitif para salafusshalih dalam meraba kesalahan yang dilakukan dan upaya untuk memelihara diri dari kesalahan tersebut, seperti yang dicontohkan oleh sikap Hanzalah. Mereka senantiasa menjaga kesinambungan amal shalih yang mereka lakukan. Kelemahan manusiawi memang tetap ada. Namun hal itu tidak membuat mereka lalai terhadap kewajiban mereka terhadap Allah.
Bersama-sama menanggulangi

Kadangkala seseorang tidak mengetahui kekurangan dan kesalahannya atau bahkan tidak sadar bahwa dirinya sedang mengalami futur, kecuali lewat teguran dan nasihat orang lain. Karena itulah, menanggulangi kasus futur dengan segala fenomenanya menjadi tanggung jawab bersama dan tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri.

... dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya .menetapi kesabaran. (QS. 103:3)

Al-qiyadah wal jundiyah (Resume buku)



A. Kewajiban beramal jamai

Karakter dakwah islamiyah pada saat ini mewajibkan setiap muslim bergerak dan berusaha mewujutkan seluruh tuntutan islam. Setiap muslim wajib mewujudkan dan menegakan kembali daulah Islamiyah amaliyah, suatu negara yang bersifat internasionbal. Karena itu perjuangan melalui amal juma’I yang di gerakan sebuah jama’ah islam harus tersusun rapi dan kuat tujuan tersebut tidak akan mungkin akan tercapai hanya dengan usaha perorangan, tanpa gerakan bersama yang tekoordinasi.
Dan setiap muslim berkewajiban untuk mewujudkan tujuan ini dan ia hanya akan dapat di capai melalui amal jama’I dan hukum beramal jama’I di sini adalah wajib. Rasulullah pun telah mencontohkan untuk beramal jama’I, Rasul bersama jamaahnya menegakan daulad islamiyah pertama dan kemudian di ikuti oleh khulafaur rosyidin dengan menggunakan manhaj yang di contohkan oleh rasul jadi amal jama’I mengucapkan salah satu prinsip gerakan islam yang telah di contohkan oleh Rasul SAW.

B. Jama’ah harus memiliki manhaj pimpinan dan anggota.

Suatu jama’ah akan dapat mencapai tujuan bila ia memiliki manhaj dan bergerak menurut manhaj tersebut.
Jama’ah pun tidak mungkin dapat bergerak tanpa pemimpin yang mengatur seluruh geraknya, menentukan tujuan dan sasaran serta sarana mengawasi dan mengontrol pelaksanaan programnya. Dan pemimpin pun dapat menjadi rujukan terhadap masalah-masalah yang di hadapi oleh jama’ah nya pemimpin pun harus dapat menghilangkan perselisihan yang timbul di antara anggota jama’ah karenanya anggota jama’ah harus taat dan mengikuti arah pemimpin, mendukung dan meluruskan perjalanannya dengan cara memberi saran dan musyawarah sikap yang baik dan kewibawaan seorang pemimpin sangat menentukan ketaatan para anggotanya. Sebab tiddak mungkin seorang pemimpin dapat di taati dan di segani bila kewibawaan tidak ada dalam dirinya dan bagai mana mungkin seorang pemimpin dapat bergerak dan mencapai tujuan jika kondisinya seperti ini.

Pemimpin dalam suatu jama’ah ibarat kepala dalam suatu tubuh, ialah yang menentukan seluruh tujuan dan ialah tempat berkumpulnya segala macam informasi, pemimpin bertugas memikirkan mengkaji setiap masalah yang di hadapi kekuatan, kesadaran dan kemampuan prima seorang pemimpin sangat menentukan kekuatan gerakan aktivitas, produktivitas dan keselamatan perjalanan para jama’ah nya sebaliknya kelemahan suatu jama’ah dan ketidak mampuannya dalam mencapai tujuanya dalam mencapai tujuannya berkaitan erat dengan kelemahan dan ketidak mampuan pemimpinnya.
Pemimpin dalam suatu jama’ah juga merupakan lambang kekuatan persatuan, kesatuan dan disiplin shaff persatuan dalam suatu jama’ah melambangkan suatu kekuatan bergerak dalam suatu jama’ah adalah tugas tanggung jawab dan amanah yang harus idi pikul tanpa harus melihat tingkat kepemimpinan pada dasarnya semua tingkat kepemimpinan dari yang etrtinggi sampai yang terendah sama-sama harus memikulnya sesuai dengan kepentingan kedudukan tugas tersebut dan menurut kepentingan gerakan dan usaha yang berkaitan dengannya.

Kita harus berhati-hatidalm memilih calon pemimpin jama’ah rasulpun menganjurkan pada kita untuk dapat berhati-hati dan tidak pilih kasih dalam memilih pemimpin serti dalam sabdanya :
Dan ibu abas ; rasul bersabda :
Barang siapa yang mengangkat seorang laki-laki (untuk suatu jabatan) berdasarkan sikap pilih kasih padahal ada kalangan mereka orang-orang yang lebi di ridhai Allah darinya maka sesunggunhnya ia telah menghianati Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman
Dan Rasul pun memperingati kita untuk tidak memberikan jabatan tertentu pada orang yang memintanya dengan ambisius, dari abu musa ia berkata :
Aku masuk menemui Rasulullah SAW bersama dua orang laki-laki sepupuku. Setelah dari seorang berkata “wahai Rasulullah angkatlah kami sabagai pemenang salah satu jabatan yang di serahkan Allah pada mu”. Yang lainnya meminta pula seperti itu lalu rasulullah bersabda “demi Allah aku tidak akan menyerahkan jabatan tersebut pada orang-orang memintanya dan berambisi untuk memegangnya.
Jabatan dalam dakwah bukanlah bukanlah jabatan keduniaan, pemerintahan ataupun dalam suatu organisasi yang hanya mengejar jabatan, pengaruh, kekuasaan, harta dan sebagainya namun pimpinan dalam jama’ah adalah tanggung jawab dan amanah yang di pertanggung jawabkan di hadapan Allah, ia akan menghadapkan kesengsaraan dan penyesalan pada hari akhir.

C. Keanggotaan
Pada dasarnya kaum muslim merupakan satu angkatan yang bergerak dan berjuang bersama untuk islam hakikatnya setiap muslim mempunyai cita-cita nilai, tas hawwur dan akhlak yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Sunnah karenanya setiap pribadi muslim menjadi anggota yang berhasil guna dalam menunjukan kesatuan umat dan menegakkan daulah Islamiyah.

D. Amanah dan tanggung jawab pemimpin.
Apapun kedudukan jabatan peringkatnya seorang pemimpin tetap di bebani amanah dan berbagai tanggung jwab sebab pemimpin islam mempunyai tanggung jawab yang lebih besar dan berat karena ia bergerak dalam lingkup yang lebih luas dan penting.
Dalam suatu jama’ah pimpinan mempunyai amanah dan beban yang sangat berat setiap anggota dan pemimpin jama’ah harus menyadari betapa beratnya amanah dan beban tersebut, oleh karena itu sangat di butuhkan saling bantu dalam jama’ah dan kesadaran diri untuk dapat memikiul beban tersebut secara bersama.
Beban ini akan bertambah berat sejalan dengan berkembangnya gelanggang pergerakan dan bertambahnya cabang jama’ah besar dan beratnya tanggung jawab pimpinan di tentukan oleh besarnya cita-cita dan tjuan yang akan di capai. Cita-cita adalah menegakkan Dinullah di bumi dengan membangun daulah Islamiyah seduania (alamiyah) yang di pimpin oleh khilafah Islamiyah.
Amanah yang pikul oleh seorang pemimpin akan lebih berat bila luas daerah dan medan pergerakannya berkembang terus, setiap persoalan memerlukan usaha pemecahan serius jihad dan pengorbanan dan semua itu kita lakukan masih dalam fase dakwah belum daulah bahkan kita masih di cengkram berbagai kesulitan dan harapan kita pun masih mendapat tekanan dan penindasan dan fitnahan dari musuh-musuh islam

E. Hal-hal yang membantu terlaksananya tugas pemimpin
1. ikhlas hanya karena Allah, serta selalu banar dan jujur kepada-Nya merupakan hal yang paling penting, karena keikhlasan dan kejujuran merupakan syarat untuk mendapatkan taufik dan pertolongan Allah.
2. Pemimpin harus peka terhadap pengawasan dan penjagaan Allah yang harus terus terhadap seluruh waktu dan amal usahanya.
3. Memohon pertolongan dan perlindungan Allah dalam seluruh keadaan dan aktivitasnya.
4. Pemimpin harus memiliki rasa tanggung jawab yang dapat mendorongnya untuk selalu menjaga diri dalam memegang amanah.
5. Pemimpin harus memberikan perhatian, pemimpin harus berusaha membagi pembentukan pribadi dalam jama’ah.
6. Terjalinnya rasa kasih sayang dan ukhuawah yang tulus diantara para jama’ah khusunya antara anggota dan pimpinan jama’ah ini akan membantu terlaksanannya tugasn dan kewajipan pemimpin.
7. Pemimpin harus benar-benar merencanakan program yang tepat, menentukan tujuan tahapan, cara, sarana, persiapan-persiapan sesuai dengan kemampuan.
8. Para pimpinan pada tingkat cabang atau daerah atau setiap anggota jama’ah harus merasakan bagaimana beratnya amanah dan tanggung jawab pimpinan pusat dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya hal ini dapat mendorong untuk menciptkan rasa tanggung jawab dalam melaksanakan kewajiban di hati para anggotanya.
9. Pimpinan harus selalu bersungguh-sungguh menyatakan cita-cita menggunakan tekad dang membangkitan harapan di kalangan anggota jama’ah pemimpin harus dapat melindungi para anggota dan rasa pesimisme dalam menghadapi mihroh, cobaan dan rintangan .

F. Akhlak dan sifat-sifat yang harus di miliki pemimpin
1. senantiasa mengharapkan akhirat dengan ikhlas karena Allah semata
2. berdaya ingat kuat, bijak, cerdas berpengalam luas, berpandangan jauh dan tajam berwawasan luas dan mampu menganalisis berbagai persoalan.
3. Berperangai penyantun kasih sayang lemah lembut dan ramah.
4. Bersahabat
5. Berani dan sportif, tidak pengecut dan tidak membabi buta
6. Shidig benar dalam berkata, bersikap dan berbuat.
7. Tawadhu, merendahkan diri dan tidak mendambahkan diri kepada manusia.
8. Memaafkan, menahan amarah dan berlaku ikhlas
9. Menepati janji dan sumpah setia
10. Sabar, seornag pemimpin harus memiliki rasa sabar karena jalan dakwah adalah jalan yang amat panjang sulit dan penuh dengan berbagai persoalan yang berlawanan dengan kehendak hawa nafsu
11. Iffah dan kiram, ialah dua sipat terpuji yang harus di miliki anggota jama’ah khususnya para pemimpin gerakan, karena dengan sifat ini pemimpin tidak menjadi gila harta.
12. Warna dan zuhud dua sipat yang menjauhkan seseorang dari hal yang subhad dan meninggalkan hal-hal yang mengandung dosa karena takut terjerumus kedalam dosa\.
13. Jujur dan adil
14. Tidak mengungkit-ungkit dan menyombongkan diri
15. Memelihara hal-hal yang di muliakan oleh Allah
16. Berlapang dada dan tidak melayani pengumpat dan pengadu domba
17. Tekad bulat, tawakal dan yakin
18. Sederhana dalam segala hal
19. Bertahan dalam kebenaran dengan teguh dan pantang mundur
20. Menjauhi sikap pesimistis dab over estimsi

G. Tabiat gerakan dan medannya
Sehubungandengan tabiat gerakan dan medannya seorang pemimpin jama’ah harus memperhatikan hal-hal berikut.
1. harus beriltizom dengan tujuan dirinya dan jama’ahnya adalah tegaknya din Allah di bumi dengan membangun daulah Islamiyah alamiyah secara utuh dan menyeluruh waktu lama dan berhadapan dengan berbagai rintangan
2. memilih ke universalan tujuan medan gerakan dengan seluruh kunsekuensinya tanpa melupakan salah satu aspeknya.
3. Perlu menjaga tabiat terhadap dakwah Islamiyah dengan segala tuntutannya
4. Kewajipan memberi perhatian serius terhadap tebiat di setiap perangkat.
5. Memperhatiak seluruh aktivitas politik, peranan jama’ah dalam bidang poloitik harus di sesuaikan dengan kemampuannya
6. Harus mengawasi sikap jama’ah dan jama’ah-jama’ah lainnya
7. Tahap perjuangan akan datang akan di tekankan pada bentuk jihad dan menegakkan hukum Allah di seluruh aspek kehidupan.
8. Mempersiapkan seluruh masyarakat untuk menjadi asas kuat bagi tegaknya hukum dan pemerintah islam yang mantap utuh tegaknya hukum dan pemerintah islam yang mantap dan utuh
9. Wanita muslima dapat memaikan peranan penting dalam amal islami ia untuk tiang negara rumah tangga islam dan sebagai pondasi tegaknya pembinaan dan pembangunan daulah Islamiyah.
10. Memperhatikan generasi muda dengan memperhatikan pendidikan keperibadian Islamiyah agar dapat berkembang di atas keistiqomahan yang dapat melindunginya dari berbagai fitnah dan penyelewengan yang membinasakan mesir.
11. Seorang pemimpin harus berusaha sungguh-sungguh mewariskan dakwah ini pada generasi mendatang dan segala kemurnian ke aslian dan keuniversalan dan pengalamannya.
12. Gerakan dakwah ini meliputi berbagai nagara dan warna kulit dan karenanya harus memperhatikan bahasa-bahasa mereka supa aktivitas gerakan dapat mereka dan terjadi kerja sama.
13. Dana adalah urat nadi amal islami di perlukan untuk menggerakan segala aktivitas
14. Pemimpin harus pandai memanfaatkan pengalaman dan menambah pemikiran dalam kegiatan perencanaan, penyusunan, penyatuan dan sebagainya.

H. Beberapa peunjuk dalam bergerak
1. pemimpin harus memberikan perhatian penyeluruh tugas dan tanggung jawab
2. memilih kepercayaan kuat terhadap tugasnya
3. setiap penanggung jawab harus menyusun program kerja yang lengkap mencakup sasara, tujuan, tahapan, jaln, cerai, persiapan, kemungkinan-kemungkinan penentuan perlengkapan.
4. Tepat dalam memilih tugas
5. Pemimpin di tuntut mengatur waktu dan urusannya seefektif mungkin
6. Sadar dan tanggap demi terjaminnya perjalanan gerakan
7. Memilih kecakapan dan kekuatan tekat
8. Seorang pemimpin harus menampakkan perhatian-perhatiannya kepada usaha yang sangat di perlukan dalam pelaksanaan tudak perlu banyak diskusi
9. Penanggung jawab menghindari dari memberikan pendapat yang berkait dengan syariat islam di dalam masalah furuiyah yang berbentuk khilafiyah
10. Pemimpin berkewajiban menjauhkan jama’ah dari terjermus ke dalam permusuhan golongan
11. Pemimpin harus mendorong anggota untuk maju terus mencapai keberhasilan
12. Seorang pemimpin harus percaya atas ketinggian moral anggotanya.
13. Pemimpin tidak boleh membatasi aktivitasnya sementara untuk masa sekarang.
14. Pemimpin harus benar-benar meningkatkan cara kerja dan mengembangkan sarana untuk mencapai tujuan dalam meniggikan mutu dakwah.
15. Pemimpin bertanggung jawab dalam menilai dan mengeluarkan amal dan hasil setiap saat.
16. Pemimpin tidak boleh membanggakan dirinya sendiri
17. Pemimpin tidak wajar mengkonsentrasikan kegiatannya dalam urusan administrasi sementara dan menyampingkan aktivitas dan mentalitas yang menjadi dasar perjuangan.
18. Dalam suasana krisis pemimpin harus memiliki kelayakan untuk memudahkan peraturan rada ke pemimpinan dan amal usaha
19. Ukuran ketuhanan dan kekompakan ke pemimpinnan adalah kekuatan jama’ah dan kepercayaan anggota terhadap ke pemimpinan nya.
20. Pemimpin harus menjauhkan konflik terhadap orang lain selama dapat di hindari.
21. Semangat pemuda harus di pelihara dan di arahkan serta selalu di kotrol
22. Pemimpin harus melindungi jama’ah dari pemikiran yang bertentangan dengan khithah jama’ah
23. Pemimpin tidak di benarkan membiarkan terbentuknya kelompok yang berdasarkan suka kedaerahan dan sebagainya.
24. Pemimpin menyelesaikan dengan tenang dan tuntas dalam menyelesaikan keributan dalam saff
25. Jika terdapa seseorang yang lebih mampu dan baik seorang pemimpin dapat saya menyerahkan kpemimpinan dari segala-galanya.

I. Beberapa petunjuk pergaulan antara pemimpin dengan anggota
1. pemimpin harus pandai memilih orang yang layak dalam memegang jabatan
2. tidak boleh bersikap pesimis dan buruk sangka sehingga melihat semua orang dari kekurangannya saja di samping itu ia juga tidak boleh terlalu optimis dan oleh estimasi sehingga sifat kepercayaannya tidak boleh di manfaatka oleh kaum optimis
3. pemimpin bergaul rapat dengan para pembantu dan anggotanya
4. memperbaiki perbaikan tugas dan menentukan spesipikasi supaya tidak menjadi tumpang tindih wewenang.
5. Menentukan, mengatur dan memudahkan kejalur komonikasi di setiap perangkat dn bagian
6. Pemimpin harus berusaha sungguh-sungguhmeningkatkan posisi kepemimpinan dan melatih anggota sesuai dengan bidangnya masing-masing
7. Membentuk ke bebasan kepada pemimpinan tingkat cabang untuk untuk memilih sarana dan cara yang paling baik untuk melaksanakan tugasnya.
8. Pemimpin selalu membangkitkan semangat kerja sama di kalangan para pemimpin cabang.
9. Pemimpin harus membiasakan diri bermusyawara dengan para pembantu sebelum mengeluarkan keputusan penting
10. Dalam menentukan keputusan hendaknya di jelaskan tujuan dan sasaran yang hendak di capai
11. Untuk menyelaraskan kegiatan dan kerja sama perlu di lakukan pertemuan-pertemuan rutin dengan para petugas yang berkait
12. Pemimpin harus memperhatikan setiap rangkaian dalam komonikasi dan penyampaian perintah.
13. Supaya pera petugas tidak terkena hukuman di luar kemampuannya maka pemimpin harus memperingatkan dan mengatur petugas-petugas yang melakukan kesalahan
14. Pemimpin harus selalu waspada dalam menjalankan suatu tindakan permasalahan
15. Pemimpin harus memperhatikan setiap orang yang di beri tugas memikul amanah dan cepat menegur petugas yang melakukan kesalahan
16. Selain menegur kesalahan yang di lakukan anggota pemimpin juga mendorong dalam meningkatkan semangat anggota dalam menjalankan tugasnya
17. Pemimpin berkewajiban memperhatikan para anggota dengan memberikan pengarahan bimbingan dan mengingatkan mereka pada Allah.
18. Pemimpin harus memiliki pengetahuan lengkap tentang perjalanan pergerakan pelaksanaan dan aktivitas yang di lakukan para pelaksana.
19. Pemimpin perlu meminta pandangan dan saran-saran anggota tertentu untuk memperbaiki keklancaran gerakan
20. Pemimpin tidak lupat dari kesalahan karenanya ia perlu kritikan orang lain
21. Semangat yang berkobar-kobar di kalangan angota bukan berarti bukti kekuatan iman dan kehebatan daklam berjuang dan berkorban
22. Pemimpin harus segerah meningkatkan moral anggotanya jika terjadi suatu peristiwa dasyat atau kalah dalam pertarungan dengan musuh.



Keanggotaan dan tuntutannya beberapa persyaratan pokok seorang aktivis
1. Memahami benar arti kometmennya kepada islam
2. Mengenai karakter terhadap dakwah yang sedang di jalaninya dengan segala tuntutannya.
3. Menyakini seyakin-yakinnya bahwa kembali kepada kitabullah dan sunah rasululluah saw.
4. Yakindan kewajiban bergerak membangkitkan iman di dalam jiwa manusia
5. Seorang muslim harus mengetahui sejelas-jelasnya bahwa amal usaha menegakan daulah islamiyah adalah kewajiban setiap muslim dan muslimah
6. Mengetahui bahwa kewajiban ini tidak mungkin terlaksana dan tercapai hanya dengan usaha perseorangan atau sendiri-sendiri.
7. Mengingat kaidah ushul fiqih
8. Kemudian seorang muslim harus menyadari perlunya memilih jama’ah yang akan di masukinya.
9. Sterusnya seorang muslim harus mengetahu bahwa islam adalah kesatuan kata dan shaff
10. Dalam memilih jamaah seorang muslim harus dengan kesadaran sendiri
11. Harus mengetahui bahwa amal jama’i memiliki sayratdan keiltizaman yang harus di ketehuinya.
12. Dasar beramal dalam gelanggang ini hanyalah semata-mata karena allah
13. Setiap anggota jamaah harus menyadari akan kebaikan yang tak ternilai
14. Setiap muslim harus mengetahui bahwa persoalan terpenting di jalan dakwah ialah kesadaran terhadap pengawasan allah.

Aturan dan adap pergaulan pimpinan dan anggota
1. Saling menghormati dan menghargai
Suasana antarapeminpin dengan anggota harus bersifat saling menghormati dan menghargai
2. Adab pergaulan dan perbincangan
Suatu persoalan yang tidak mungkin di elakkan adalah perbincangan antara pimpinan dan anggota dalam masalah dakwah dan berhak.
3. Saling mempercayai berbaik sangka suasana saling mempercayai dan berbaik sangka anatara pimpinan dan anggota merupakan persoalan asasi untuk memastikan kebaikan gerakan di dalam jamaah
4. Saling menasehati
5. Saling mencintai dan bersaudara
6. Mempererat hubungan antara pemimpin dan anggota hal pergantian pimpinan
7. Tunduk di bawah hukum allah dan rasul-nya
8. Mengkaji berbagai harakah dan mengembangkan pengalaman.

Selasa, 01 Juli 2008

AKU INGIN BERJUANG


Seorang pemuda belia dari kabilah Aslam sedang termenung sendirian agaknya dia sedang sibuk memikirkan sesuatu yang membebani hatinya. Pemuda itu bertubuh kuat, gagah, penuh gairah untuk menghadapi masa depan yang penuh berbagai tantangan. Badannya tegap dan kuat, sanggup untuk dihadapkan pada perjuangan seperti yang sedang dilakukan oleh yang lain, jihad fisabilillah. Adakah jalan yang lebih afdol dan lebih mulia dari jihad fisabilillah..? Rasa-rasanya tak ada. Sebab itulah satu-satunya jalan jika memang benar-benar telah menjadi tujuan dan niat suci untuk mencari restu dan ridho Allah SWT. "Demi Allah, inilah satu kesempatan yang sangat baik", kata hati pemuda itu. Yah,.....sebab disana, serombongan kaum muslimin sedang bersiap menuju juang jihad fisabilillah. Sebagian sudah berangkat, sebagian lagi baru datang, dan akan segera berangkat. Semuanya menampakan wajah yang senang, pasrah, dan tenang dengan satu iman yang mendalam. Wajah-wajah mereka membayangkan suatu keyakinan penuh, bahwa sebelum ajal berpantang mati. Maut akan menimpa diman pun kita berada. yakin bahwa umur itu satu. kapan kan sampai batasnya, hanya Allah yang maha tahu. Bagaimana sebab dan kejadianya, takdir Allah lah yang menentukan.

Maut, adalah sesuatu yang tak dapat dihindari manusia. Dia pasti datang menjemput manusia. Entah disaat manusia sedang duduk, diam di rumah, atau mungkin berada dalam perlindungan benteng yang kokoh, mungkin pula sedang bersembunyi ditempat persembunyiannya, di gua yang gelap, di jalan raya yang ramai, ataukah di medan peperangan. Bahkan bukan mustahil maut akan menjemput kala manusia sedang tidur, di atas temapt tidurnya. Semua itu hanya Allah lah yang berkuasa, dan berkehendak atasnya.

Menunggu kedatangan maut memang masa-masa yang paling mendebarkan jiwa. Betapa tidak? Hanya sendirilah yang dapat dibawa menghadap penguasa yang Esa kelak. Medan juang fisabillah tersedia bagi mereka yang kuat. Penuh keberanian dan keikhlasan mencari ridho Allah semata. Mereka yang berjiwa suci ditengah-tengah tubuh yang perkasa. Angan-angan ikhlas yang disertai hati yang bersih. Memang, saat itu keberanian telah menjiwai setiap kalbu kaum muslimin. Panggilan dan dengungan untuk jihad fisabilillah merupakan angan-angan dan tujuan harapan mereka. Mereka yakin, dibalik hiruk-pikuknya peperangan Allah telah menjanjikan imbalan yang setimpal baginya. Selain dengan itu dia dapat membersihkan jiwanya dari berbagi noda. Baik itu berupa noda-noda aqidah, niat-niat jahat, berbagi dosa perbuatan ataupun kekotoran muamalah yang lain. Pengorbanan mereka yang mulia itu menunjukan kepribadian yang baik dan luhur. Semua sesuai dengan ajaran agama yang murni. Pantas menjadi contoh dan teladan, bahkan sebagai mercu suar yang menerangi dunia dan isi alam semesta.

Itulah renungan hati pemuda Aslam yang gagah itu. Sepenuh hati dia berkata seolah kepada diri sendiri. "Harus ! harus dan mesti aku berbut sesuatu. Jangan kemiskinan dan kefakiran ini menjadi hamabtan dan penghalang mencapai tujuanku."
Mantap, penuh keyakinan dan semangat yang tinggi pemuda tersebut ini menggabungkan diri dengan pasukan kaum muslimin. Usia pemuda itu memang masih belia, namun cara berfikir dan jiwanya cukup matang, kemauanya keras, ketangkasan dan kelincahan menjadi jaminan kegesitanya di medan juang. Namun mengapa pemuda yang begitu bersemangat itu tak dapat ikut serta dalam barisan pejuang? Seababnya hanya satu. Dia tidak mempunyai bekal dan senjata apa-apa yang dapat dipakainya untuk berperang karena kemiskinan dan kefakiranya. Sebab pikirnya, tidak mungkin untuk terjuan ke medan perjuangan tanpa senjata apapun. Tanpa senjata dia tidak mampu melakukan apapun. Bahkan dia tidak akan berfungsi apa-apa. Mungkin untuk menyelamatkan diri saja, dia tidak mampu. Inilah yang menjadikan pemuda itu berfikir panjang lebar. Otaknya bekerja keras agar hasratnya yang besar berjuang dapat tercapai.
Setelah tidak juga dicapainya pemecahan, dia pergi menghadap Rasulullah SAW. Diceritakan semua keadaan dan penderitaan serta keinginannya yang besar. Dia memang miskin, fakir dan menderita, namun dia tidk mengharapkan apa-apa dari keikutsertaanya berjuang. Dikatakannya kepada Rasulullah SAW, bahwa dia tidak meminta berbagai pendekatan duniawi kepada Rasulullah; Dia hanya menginginkan bagaimana caranya agar dia dapat masuk barisan pejuang fisabilillah. Mendengar hal demikian, Rasulullah bertanya, setelah dengan cermat meneliti dan memandang pemuda tersebut: "Hai pemuda, sebenarnya apa yang engkau katakan itu dan apa pula yang engkau harapkan?".

"Saya ingin berjuang, ya Rasulullah!" jawab pemuda itu. "Lalu apa yang menghalangimu untuk melakukan itu", tanya Rasulullah SAW kemudian. "Saya tidak mempunyai perbekalan apa-apa untuk persiapan perjuangan itu ya Rasulullah", jawab pemuda tersebut terus terang. Alangkah tercengangnya Rasulullah mendengar jawaban itu. Cermat diawasinya wajah pemuda tersebut. Wajah yang berseri-seri, tanpa ragu dan penuh keberanian menghadap maut, sementara disana banyak kaum munafikin yang hatinya takut dan gentar apabila terdengar panggilan seruan untuk berjaung jihad fisabilillah.

Demi Allah! jauh benar perbedaan pemuda itu dengan para munafiqin di sana. Kaum munafiqin yang dihinggapi rasa rendah diri, selalu mementingkan diri-sendiri. Mereka tidak suka dan tidak mau memikul beban dan tanggung jawab demi kebenaran yang hakiki. Kaum yang tidak senang hidup dalam alam kedamaian dan ketentraman dalam ajaran agama yang benar. Mereka lebih suka berada dalam hidup dan suasana kegelapan dan kekalutan. Ibarat kuman-kuman kotor, yang hidupnya hanya untuk mengacau dan menghancurkan apa saja. Celakalah mereka yang besar dan tegap badan serta tubuhnya namun licik dan kerdil pikiran serta hatinya.
Kebanggaanlah bagimu yang tepat hai pemuda! semogalah Allah banyak menciptakan manusia-manusia sepertimu. Yang dapat menjadi generasi penerusmu. Yang akan menjunjung tinggi kemulyaan Islam, budi pekerti yang mulia menuju alam yang bahagia sejahtera lahir batin.
Benar, kaum muslimin sangat memerlukan jiwa yang demikian. Jiwa yang besar penuh keyakinan, dan juga keberanian yang mantap. Sepantasnya pemuda seperti dari kabilah Aslam itu mendapat segala keperluan serta keinginanya untuk melaksanakan hasrat cita-cita keinginan itu. Rasulullah SAW akhirnya berkata kepada pemuda Aslam tersebut: "Pergilah engkau kepada si Fulan! Dia yang sebenarnya sudah siap lengkap dengan perlatan berperang tapi tidak jadi berangkat karena sakit. Nah pergilah kepadanya dan mintalah perlengkapan yang ada padanya."
Pemuda itu pun bergegas menemui orang yang ditunjukan Rasulullah SAW tadi. Katanya kepada si Fulan: "Rasulullah SAW menyampaikan salam padamu juga pesan. Beliau berpesan agar perlengkapan perang yang engkau miliki yang tidak jadi engkau pakai pergi berperang agar diserahkan kepadaku." Orang yang tidak jadi berperang itu penuh hormat menjalankan perintah Rasulullah SAW sambil mengucapkan: "Selamat datang wahai utusan Rasulullah! Saya hormati dan taati segala perintah Rasulullah SAW."
Segera dia menyuruh istrinya untuk mengambil pakaian dan peralatan perang yang tidak jadi dipakainya. Diserahkan semua itu pada pemuda kabilah Aslam. Sambil mengucapkan terima kasih pemuda tersebut menerima perlengkapan itu. Sebelum dia berangkat dan meninggalkan rumah itu, pemuda tersebut sempat berucap: "Terima kasih sebesar-besarnya. Anda telah menghilangkan seluruh duka dan keputusasaanku. Bagimu pahala Allah yang besar tiada taranya. Terima kasih.........Terima kasih."
Pemuda suku Aslam itu kemudian keluar dengan riang. Wajahnya bersinar gembira. Dengan berlari-lari dia meningalkan rumah orang yang tidak jadi berperang itu. Di tengah jalan pemuda tersebut bertemu dengan salah satu temanya yang keheranan dan bengong. Tanyanya: "Hai, hendak kemana engkau?", "Aku akan menuju janntul firdaus yang selebar langit dan bumi", jawab pemuda itu dengan singkat dan tepat.

Oleh :
Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia

Senin, 30 Juni 2008

DUNIA CINTA



Satu-satunya cara agar kita memperolehi kasih sayang, ialah jangan menuntut agar kita dicintai, tetapi mulailah memberi kasih sayang kepada orang lain tanpa mengharapkan balasan. (Dale Carnagie)

Ketika sebuah cinta mengungkapkan suatu kejujuran, dia tidak akan berbohong. Tidak akan ada sebuah konspirasi untuk mendahulukan sebuah nafsu untuk memiliki. Tidak akan ada sebuah harapan untuk mendapatkan sebuah kebahagiaan. Tetapi hanya akan mendambakan untuk bisa mendapatkan kesempatan untuk memberikan sesuatu yang lebih berharga.

Cinta yang wujud dalam sebuah tindakan agung : "Memaafkan".

Cintailah orang yang engkau kasihi itu sekadarnya belaka, barangkali dia akan menjadi orang yang kau benci pada suatu hari kelak. Juga bencilah terhadap orang yang kau benci itu sekadarnya belaka barangkali dia akan menjadi orang yang engkau kasihi pada suatu hari nanti.

Berkasih sayang adalah suatu akhlak yang mulia. Oleh itu semai dan bajailah rasa kasih sayang dan cinta terhadap sesama insan, lebih-lebih lagi kepada Allah SWT kerana Allah terlalu kasihkan hambaNya lebih daripada seorang ibu mengasihi anaknya.

Hanya ada satu pelita yang dapat kita pegang dan sentiasa menyala di mana-mana jua pun, yang tetap akan menerangi tempat-tempat yang jauh seperti menerangi tempat kita sendiri, iaitu rasa cinta dan kasih sayang pada segala yang bernyawa- Innayan Khan

Hanya hati yang dapat menilai erti Cinta sejati. Dengarkan kata hati dan Cinta sejati tidak berlandaskan nafsu kerana ia adalah suci, lahir dari kasih dan sayang.

Hidup tanpa cinta ibarat taman tidak berbunga -Pepatah Inggeris

Cinta tidak pernah meminta, ia sentiasa memberi, cinta membawa penderitaan, tetapi tidak pernah berdendam, tak pernah membalas dendam. Di mana ada cinta di situ ada kehidupan; manakala kebencian membawa kepada kemusnahan.~ Mahatma Ghandi
Jika kita mencintai seseorang, kita akan sentiasa mendoakannya walaupun dia tidak berada disisi kita.

Cinta bukan mengajar kita lemah, tetapi membangkitkan kekuatan. Cinta bukan mengajar kita menghinakan diri, tetapi menghembuskan kegagahan. Cinta bukan melemahkan semangat, tetapi membangkitkan semangat -Hamka

Cinta dapat mengubah pahit menjadi manis, debu beralih emas, keruh menjadi bening, sakit menjadi sembuh, penjara menjadi telaga, derita menjadi nikmat, dan kemarahan menjadi rahmat.

Cinta sejati ialah kasih Tuhan kepada hambaNya. Kasih murni ialah kasih ibu bapa kepada anaknya. Kasih saudara masa berada. Kasih sahabat masa binasa. Kasih suami isteri sepenanggungan. Kasih orang menaruh harapan.

Jangan mencintai seseorang seperti bunga, kerana bunga mati kala musim berganti.

Cintailah mereka seperti sungai, kerana sungai mengalir selamanya.

Cinta adalah keabadian...dan kenangan adalah hal terindah yang pernah dialami
Siapapun pandai menghayati cinta tapi tiada siapa yg pandai menilai cinta kerana cinta bukan objek yg boleh di lihat oleh mata kasar. Sebaliknya cinta hanya dapat ditilik melalui hati dan perasaan

Cintaitu adalah perasaan yang mesti ada pada tiap-tiap diri manusia, ia laksana setitis embun yang turun dari langit,bersih dan suci. Cuma tanahnyalah yang berlain-lainan menerimanya. Jika ia jatuh ke tanah yang tandus,tumbuhlah oleh kerana embun itu kedurjanaan, kedustaan, penipu, langkah serong dan lain-lain perkara yang tercela. Tetapi jika ia jatuh kepada tanah yang subur,di sana akan tumbuh kesuciaan hati, keikhlasan, setia budi pekerti yang tinggi dan lain-lain perangai yang terpuji.~ Hamka

ANTARA MUSYAWARAH DAN VOTING


Di setiap organisasi pada setiap akhir kepengurusannya akan selalu mengadakan musyawarah umum sebagai bentuk evaluasi, pertanggungjawaban & regenerasi kepengurusan. Sebut saja MUB (Musyawarah Umum Birohmah) yang setiap tahunnya diadakan oleh UKM Birohmah Unila, SIMAS (Sidang Majelis Syuro) oleh UKMF FOSI FP Unila, RUA (Rapat Umum Anggota) dsb yang diadakan dlm lingkungan kampus. Di tingkat masyarakat pun akan selalu menerapkan pronsip musyawarah atau voting dalam hal penentuan kebijakan atau penggantian kepemimpinan, bahkan di tingkat negara dalam sidang2 pemerintahan.

Tulisan ini dilatarbelakangi dari kebingungan ana ketika mengikuti musyawarah2 dlm organisasi (khususnya LDK) yang sedikit memotivasi ana untuk mencari tahu. Tulisan ini juga berangkat dari seringnya terjadi ke-‘mandek’-an kita dalam mengambil keputusan dengan alasan menghindari voting dan mengedepankan musyawarah dan lobi internal. Ana sangat sepakat ketika musyawarah itu harus dikedepankan, tetapi jika kondisi musyawarah sudah dilakukan dengan maksimal namun belum bisa diambil sebuah keputusan apakah kita harus berkutat dalam masalah yang sama terus menerus, yang tentunya akan menyita waktu kita lebih banyak..??

Musyawarah dengan sesama muslim yang shalih, hal yang dibicarakan selalu berada di dalam koridor aqidah dan syariah Islam. Hasilnya tidak akan keluar dari yang telah dihalalkan Allah SWT. Siapapun yang menang, insya Allah hasilnya tidak akan melanggar agama. Namun seandainya mekanisme pengambilan keputusan harus lewat voting, karena dianggap itulah jalan tengah dalam negosiasi, tentu saja perlu dijajaki dulu.

Praktek Voting di Zaman Nabi

Banya sekali bentuk praktek voting di zaman nabi SAW, yang intinya memang menggunakan jumlah suara sebagai penentu dalam pengambilan keputusan.
Misalnya, ketika musyawarah menentukan sikap dalam menghadapi perang Uhud. Sebagian kecil shahabat punya pendapat sebaiknya bertahan di Madinah, namun kebanyakan shahabat, terutama yang muda-muda dan belum sempat ikut dalam perang Badar sebelumnya, cenderung ingin menyingsong lawan di medan terbuka.
Maka Rasulullah SAW pun ikut pendapat mayoritas, meski beliau sendiri tidak termasuk yang mendukungnya.

Sebelumnya dalam perang Badar, juga Rasulullah SAW memutuskan untuk mengambil suara terbanyak, tentang masalah tawanan perang. Umumnya pendapat menginginkan tawanan perang, bukan membunuhnya. Hanya Umar bin Al-Khattab saja berpendapat bahwa tidak layak umat Islam minta tebusan tawanan, sementara perang masih berlangsung.
Walaupun kemudian turun ayat yang mengoreksi ijtihad nabi SAW dan membenarkan pendapat Umar ra, namun peristiwa ini menggambarkan bahwa ada proses voting dalam pengambilan keputusan dalam sejarah nabi SAW.
Maka bukan pada tempatnya buat kita untuk menyatakan bahwa sistem voting itu bertentangan dengan ajaran Islam. Meski orang-orang kafir menggunakan sistem voting juga, namun tidak berarti kita meniru cara mereka. Buktinya, Rasulullah SAW sendiri pernah menjalakannya.

Kapan Voting Digunakan?

Voting memang bukan jalan satu-satunya dalam musyawarah. Boleh dibilang voting itu hanya jalan keluar terakhir dari sebuah deadlock musyawarah.
Sebelum voting diambil, seharusnya ada brainstorming, atau bahasa kerennya ibda'ur-ra'yi. Dari sana akan dibahas dan diperhitungkan secara eksak faktor keuntungan dan kerugiannya. Tentu dengan mengaitkan dengan semua faktor yang ada.
Kalau voting itu bersifat internal umat Islam, maka haram hukumnya bila voting mengarah kepada sesuatu yang tidak dibenarkan Allah SWT. Sedangkan bila voting dengan melibatkan non muslim atau musuh Islam, maka yang terjadi bukan menjual ayat Allah, melainkan bagian dari memperjuangkan agama Allah SWT agar bisa ditegakkan. Bila belum bisa 100%, maka minimal 50%. Dan begitu seterusnya.

Lalu bagaimanakah adab2 kita dalam mengikuti suatu forum musyawarah..??

ADAB BERBICARA
1. Semua pembicaraan harus kebaikan, (QS 4/114, dan QS 23/3), dalam hadits nabi SAW disebutkan: “Barangsiapa yang beriman pada ALLAH dan hari akhir maka hendaklah berkata baik atau lebih baik diam” (HR Bukhari Muslim)
2. Berbicara harus jelas dan benar, sebagaimana dalam hadits Aisyah ra: “Bahwasanya perkataan rasuluLLAH SAW itu selalu jelas sehingga bias difahami oleh semua yang mendengar” (HR Abu Daud)
3. Seimbang dan menjauhi bertele-tele, berdasarkan sabda nabi SAW: “Sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh dariku nanti di hari Kiamat ialah orang yang banyak omong dan berlagak dalam berbicara.” Maka dikatakan: Wahai rasuluLLAH kami telah mengetahui arti ats-tsartsarun dan mutasyaddiqun, lalu apa makna al-mutafayhiqun? Maka jawab nabi SAW: â€Å“Orang2 yang sombong” (HR Tirmidzi dan dihasankannya)
4. Menghindari banyak berbicara, karena kuatir membosankan yang mendengar, sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Wa ; “Adalah Ibnu Mas’ud ra senantiasa mengajari kami setiap hari Kamis, maka berkata seorang lelaki: Wahai abu AbduRRAHMAN (gelar Ibnu Masâ’ud)! Seandainya anda mau mengajari kami setiap hari? Maka jawab Ibnu Masâ’ud : Sesungguhnya tidak ada yang menghalangiku memenuhi keinginanmu, hanya aku kuatir membosankan kalian, karena akupun pernah meminta yang demikian pada nabi SAW dan beliau menjawab kuatir membosankan kami (HR Muttafaq’alaih)
5. Mengulangi kata-kata yang penting jika dibutuhkan, dari Anas ra bahwa adalah nabi SAW jika berbicara maka beliau SAW mengulanginya 3 kali sehingga semua yang mendengarkannya menjadi faham, dan apabila beliau SAW mendatangi rumah seseorang maka beliau SAW pun mengucapkan salam 3 kali. (HR Bukhari)
6. Menghindari mengucapkan yang bathil, berdasarkan hadits nabi SAW: “Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan satu kata yang diridhai ALLAH SWT yang ia tidak mengira yang akan mendapatkan demikian sehingga dicatat oleh ALLAH SWT keridhoan-NYA bagi orang tersebut sampai nanti hari Kiamat. Dan seorang lelaki mengucapkan satu kata yang dimurkai ALLAH SWT yang tidak dikiranya akan demikian, maka ALLAH SWT mencatatnya yang demikian itu sampai hari Kiamat“ (HR Tirmidzi dan ia berkata hadits hasan shahih; juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah)
7. Menjauhi perdebatan sengit, berdasarkan hadits nabi SAW: “Tidaklah sesat suatu kaum setelah mendapatkan hidayah untuk mereka, melainkan karena terlalu banyak berdebat” (HR Ahmad dan Tirmidzi)
Dan dalam hadits lain disebutkan sabda nabi SAW: “Aku jamin rumah didasar surga bagi yang menghindari berdebat sekalipun ia benar, dan aku jamin rumah ditengah surga bagi yang menghindari dusta walaupun dalam bercanda, dan aku jamin rumah di puncak surga bagi yang baik akhlaqnya” (HR Abu Daud)
8. Menjauhi kata-kata keji, mencela, melaknat, berdasarkan hadits nabi SAW: “Bukanlah seorang mu’min jika suka mencela, melaknat dan berkata-kata keji”(HR Tirmidzi dengan sanad shahih)
9. Menghindari banyak canda, berdasarkan hadits nabi SAW: “Sesungguhnya seburuk-buruk orang disisi ALLAH SWT di hari Kiamat kelak ialah orang yang suka membuat manusia tertawa”(HR Bukhari)
10. Menghindari menceritakan aib orang dan saling memanggil dengan gelar yang buruk, berdasarkan QS 49/11, juga dalam hadits nabi SAW: “Jika seorang menceritakan suatu hal padamu lalu ia pergi, maka ceritanya itu menjadi amanah bagimu untuk menjaganya” (HR Abu Daud dan Tirmidzi dan ia menghasankannya)
11. Menghindari dusta, berdasarkan hadits nabi SAW: “Tanda-tanda munafik itu ada 3, jika ia bicara berdusta, jika ia berjanji mengingkari dan jika diberi amanah ia khianat” (HR Bukhari)
12. Menghindari ghibah dan mengadu domba, berdasarkan hadits nabi SAW: “Janganlah kalian saling mendengki, dan janganlah kalian saling membenci, dan janganlah kalian saling berkata-kata keji, dan janganlah kalian saling menghindari, dan janganlah kalian saling meng-ghibbah satu dengan yang lain, dan jadilah hamba-hamba ALLAH yang bersaudara” (HR Muttafaq’alaih)
13. Berhati-hati dan adil dalam memuji, berdasarkan hadits nabi SAW dari AbduRRAHMAN bin abi Bakrah dari bapaknya berkata : ”Ada seorang yang memuji orang lain di depan orang tersebut, maka kata nabi SAW:’Celaka kamu, kamu telah mencelakakan saudaramu! Kamu telah mencelakakan saudaramu! (2 kali), lalu kata beliau SAW: ‘Jika ada seseorang ingin memuji orang lain di depannya maka katakanlah: Cukuplah si fulan, semoga ALLAH mencukupkannya, kami tidak mensucikan seorangpun disisi ALLAH, lalu barulah katakan sesuai kenyataannya” (HR Muttafaq alaih dan ini adalah lafzh Muslim)
Dan dari Mujahid dari Abu Ma’mar berkata: Berdiri seseorang memuji seorang pejabat di depan Miqdad bin Aswad secara berlebih-lebihan, maka Miqdad mengambil pasir dan menaburkannya di wajah orang itu, lalu berkata: Nabi SAW memerintahkan kami untuk menaburkan pasir di wajah orang yang gemar memuji. (HR Muslim)

ADAB MENDENGAR
1. Diam dan memperhatikan (QS 50/37)
2. Tidak memotong/memutus pembicaraan
3. Menghadapkan wajah pada pembicara dan tidak memalingkan wajah darinya sepanjang sesuai dengan syariat (bukan berbicara dengan lawan jenis)
4. Tidak menyela pembicaraan saudaranya walaupun ia sudah tahu, sepanjang bukan perkataan dosa.
5. Tidak merasa dalam hatinya bahwa ia lebih tahu dari yang berbicara

ADAB MENOLAK / TIDAK SETUJU
1. Ikhlas dan menghindari sifat senang menjadi pusat perhatian
2. Menjauhi ingin tersohor dan terkenal
3. Penolakan harus tetap menghormati dan lembut serta tidak meninggikan suara
4. Penolakan harus penuh dengan dalil dan taujih
5. Menghindari terjadinya perdebatan sengit
6. Hendaknya dimulai dengan menyampaikan sisi benarnya lebih dulu sebelum mengomentari yang salah
7. Penolakan tidak bertentangan dengan syariat
8. Hal yang dibicarakan hendaknya merupakan hal yang penting dan dapat dilaksanakan dan bukan sesuatu yang belum terjadi
9. Ketika menolak hendaknya dengan memperhatikan tingkat ilmu lawan bicara, tidak berbicara di luar kemampuan lawan bicara yang dikuatirkan menjadi fitnah bagi diri dan agamanya
10. Saat menolak hendaknya menjaga hati dalam keadaan bersih, dan menghindari kebencian serta penyakit hati.

Semoga bermanfaat...Sukses untuk semua organisasi yang akan melakukan musyawarah...Semoga bisa menjadi lebih baik...!!

Wallahualam Bishawab..
*) Dari berbagai sumber

Jumat, 13 Juni 2008

Revitalisasi Nuansa Demokrasi Politik Kampus di Fakultas Pertanian

Oleh : Evi Desiana (Mahasiswa Fakultas Pertanian)

Kini saatnya bangkit melawan atau diam dalam ketertindasan.
"Sampaikanlah pada ibuku…
Aku pulang terlambat waktu
Ku akan menaklukan malam dengan jalan pikiranku
Sampaikanlah pada bapakku…
Aku mencari jalan atas semua keresahan-keresahan ini…"
(Sound track film Soe Hok Gie) *
Kita seharusnya bangga dan optimistik pada masa depan Pertanian yang lebih baik, jika para mahasiswa kita masih punya hati nurani dan berani bertindak, jika menyaksikan peristiwa yang melukai rasa keadilan. Saya rasa perjuangan mahasiswa melalui pemerintahannya bukan sesuatu yang main-main. Mahasiswa, sebagai subyek dalam mengambil peran pendidikan demokrasi kampus, harus melakukan perubahan-perubahan yang real guna menjadikan paradigma demokrasi yang sesuai dengan keindahan intelektual dan moral citra kampus dan bangsanya. Cukuplah PEMIRA FP ditahun-tahun yang lalu menjadi pelajaran bagi kita. Terlebih lagi jika para 'pemeran politik kampus' yang ada di dalamnya mempunyai nilai moral dan intelektual yang cukup dalam berkiprah. Tulisan ini berangkat dari pengamatan lapangan yang memprihatinkan, bahwa sikap untuk memperjuangkan aspirasi melalui pemerintahan mahasiswa hari ini belum sungguh-sungguh. Dan parahnya, hubungan antar elemen mahasiswa biasanya akan memanas dan tidak kondusif ketika mendekati masa-masa PEMIRA. Perebutan kekuasaan di struktur mahasiswa sayangnya harus dibayar dengan biaya yang mahal, yakni tercerai-berainya elemen-elemen mahasiswa.

Kompetisi yang terjadi diantara para calon pemimpin BEM FP pun sebenarnya hanya merupakan seni dalam nuansa pembelajaran demokrasi di kampus ini. Karena pada esensinya adalah bagaimana ia nanti mampu memegang amanah yang disampaikan oleh mahasiswa hingga kemudian menjadi lebih baik dan terus menjadi lebih baik dalam berkontribusi demi kemajuan FP. Semua perjalanan dan tujuan dari hal tersebut tentunya tidak akan maksimal dan efektif jika hanya dilakukan setengah hati. Kemajuan kampus ini hanya mampu melaju dengan cepat jika seluruh elemen mahasiswa mempunya loyalitas yang tinggi akan komitmen bersama. Karena rasa kewajiban untuk menegakan kebenaran, bukan karena didominasi oleh motivasi pragmatis dalam berbagai bentuk pamrih yang hanya menciptakan kelelahan idealisme. Lembaga mahasiswa harus mampu menginternalisasi nilai kearifan guna merangsang kesadaran kritis yang demokratis.

Namun apa yang terjadi di Fakultas Pertanian hari ini..??. Ada gejala-gejala sakitnya DEMOKRASI akibat “ketidaktaatan” terhadap peraturan yang ada, yaitu pengangkangan aturan terhadap UU KBM Unila tentang PEMIRA. Dalam PMF Pertanian tentang PEMIRA Pasal 7 terkait Kandidat Anggota DPM FP atau Gubernur dan Wakil Gubernur BEM FP poin ke-17 menyatakan bahwa “Untuk kandidat Gub/Wagub BEM FP mendapatkan surat rekomendasi dari 3 HMJ & untuk Anggota DPM FP mendapatkan rekomendasi dari HMJ nya masing-masing”. Sebagai mahasiswa yang senantiasa menjunjung tinggi intelektual dan moral serta menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi tentunya kita merasa ada yang salah dengan semua ini. Dimana letak kesalahannya..??.Pertama. Rekomendasi tersebut telah mengangkangi dan melanggar UU KBM Unila dan konstitusi, Kedua. Pengekangan terhadap hak individu-individu setiap mahasiswa Pertanian yang tentunya memiliki kesempatan yang sama untuk mengaktualisasikan diri di dalam organisasi mahasiswa yaitu menjadi Gubernur, Wakil Gubernur atau anggota yang membantu lembaga yang satu ini tanpa harus mendapatkan rekomendasi dari siapapun..!!.karena ini demokrasi bung..!!!. Ketiga, secara tidak langsung akan banyak potensi yang akhirnya mati karena tidak mendapatkan kesempatan untuk menguji kemampuan dalam berorganisasi di BEM FP, karena bisa jadi dikalahkan oleh kepentingan-kepentingan yang tidak bertanggungjawab. Keempat. Menyebabkan pengkotakan-pengkotakan gerakan mahasiswa, sehingga mahasiswa Fakultas Pertanian tidak lagi memiliki “taji’ dan begitu mudah untuk diombang-ambing oleh pemilik kekuasaan atau penentu kebijakan. Jangan sampai Jargon Pertanian satu, Pertanian jaya yang selama ini dikumandangkan hanya sekedar jargon tanpa realisasi. Kelima. Akan menimbulkan kebosanan setiap individu mahasiswa untuk terus menanti datangnya PESTA DEMOKRASI terbesar di kampus Pertanian ini dan efeknya adalah rendahnya tingkat partisipasi mahasiswa dalam pelaksanaan Pemilihan Umum Raya ataupun dalam pelaksanaan dan pengawasan jalannya pemerintahan mahasiswa.
Akibat yang paling parah yang akan terjadi dari kelima poin gejala diatas adalah matinya DEMOKRASI di kampus kita tercinta ini...!!. Pemerintahan mahasiswa (baca : BEM FP) yang diharapkan mampu untuk menjembatani potensi-potensi mahasiswa, sekarang hanya menjadi ‘tempat nongkrong’ segelintir mahasiswa saja. Sedangkan masih ada ribuan talenta-talenta yang tidak terjamah karena pihak yang berkepentingan untuk menjembataninya sibuk dengan proyek-proyek yang tidak jelas arah dan tujuannya. Secara tidak langsung pemerintahan mahasiswa yang sibuk dengan proyek-proyeknya sendiri ini, telah melakukan pengkebirian terhadap potensi dan gerakan mahasiswa di kampus ini.
Dan kita sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian, hendaknya mengambil peran yang lebih untuk memajukan diri dan Fakultas kita tercinta ini. Kalau tidak sekarang kapan lagi...!!!.Ingat...! Masanya telah tiba dan saatnya mengakhiri ini semua...!!. Tidak ada alasan untuk tidak menolak adanya Rekomendasi..!!!
Dengan penuh rasa hormat dan segala kerendahan hati, dan tanpa melakukan upaya pembelaan pembenaran yang menyesatkan....Dengan menjunjung tinggi moralitas dan hati nurani:
Kami serukan, "Kepada segenap mahasiswa Fakultas Pertanian untuk merevitalisasi sistem Demokrasi di Kampus Pertanian kita tercinta dengan bersama-sama menghapuskan kebijakan yang mengekang kebebasan Demokrasi yaitu menolak adanya poin REKOMENDASI...!!!

TOLAK REKOMENDASI = PEDULI HAK DEMOKRASI

” PERTANIAN SATU...!!! PERTANIAN JAYA...!!!.HIDUP MAHASISWA...!!!

Sabtu, 31 Mei 2008

Surat terbuka : Manakah yang lebih Prioritas...?? (Sebuah ungkapan hati)

Apakah kamu mengira kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah orang-orang bersamanya:bilakah datangnya pertolongan Allah? Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.” (QS.2:214)

”Hai orang-orang beriman, janganlah kamu, mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan juga janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (QS. 8:27)

Salah satu perilaku dan pengajaran tertinggi di dalam Islam adalah diwajibkannya sifat amanah, yang ini merupakan perbendaharaan agama Islam, kekayaan yang sangat mendasar dan bahkan agama itu merupakan amanah.

Ana mohon maaf dan pengertiannya kepada ikhwahfillah yang menawarkan sebuah proyek besar berupa amanah dakwah kepada ana. Sungguh luar biasa berat bagi ana untuk tidak menerima amanah itu. Namun di satu sisi ana harus menyelesaikan amanah kuliah ana (karena dituntut untuk menyelesaikannya dengan segera oleh yang memberi amanah yaitu orang tua). Demi Allah, ana tidak menolak amanah itu karena bisa jadi amanah itu merupakan kemuliaan bagi ana. Namun jika dituntut untuk tidak lulus (-wisuda) selama mengemban amanah itu, jujur ana tidak bisa...Bukankah akademik harus di nomor satukan sedangkan amanah dakwah harus diutamakan..??

Kuliah dalam rangka menuntut ilmu juga merupakan perintah Allah Swt. Seperti terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-Mujaadilah ayat 11, “…niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Bahkan ketika ada yang bilang..”Ukhti siap yach melanjutkan kepengurusan tahun besok (jadi presidium), anti masih lama kan lulusnya..??”.Jujur, ana bingung mendapat pertanyaan seperti ini, sedangkan di satu sisi mereka sudah sama2 tahu bahwa ana telah melaksanakan seminar usul, bahkan saat ini sedang penelitian..Artinya tinggal beberapa tahap lagi tentunya ana akan menyelesaikan studi ana..Saat ana bilang seperti itu justru ukhti tersebut bertanya kembali “Anti yakin bisa lulus di bulan itu..??, Bisa tidak diundur dulu hingga tahun depan,,??”. Puff...Ana tidak habis fikir, apakah memang kuliah tidak lagi menjadi prioritas..??. Apakah ana harus mengcancel kelulusan ana dan tentu saja akan mengecewakan orangtua yang bersusah payah membiayai kuliah ana..??. Yang ana harapkan adalah support, dukungan agar ana dapat menyelesaikan studi ana tersebut pada bulan yang memang menjadi target ana, tapi ana sedikit kecewa dengan kata-kata ukhti tadi karena itu hanya membuat ke”pesimis”-an terhadap diri ana sendiri. Ana tahu bahwa Allah lah yang menentukan segalanya,.Memang jika Allah belum mengizinkan pasti ana tidak akan lulus pada bulan itu, Tapi tentunya Allah akan melihat usaha dan realita..

Ana tidak bermaksud menolak amanah itu,..!!.Tapi ada hal lain yang menuntut ana, bahkan tuntutan itu lebih besar bagi ana. Apapun amanah yang akan diberikan kepada ana, ana tsiqoh karena ana yakin amanah itu hakikatnya adalah dari Allah. Bagi ana kuliah merupakan bagian dari dakwah ana,.Dakwah bagi orangtua, bagi teman2 dan orang2 disekita ana..Karena jika kuliah bisa dijalankan dengan baik sehingga nilai akademik yang diperoleh juga bagus, kemudian bisa lulus dengan cepat maka hal ini juga bisa mendukung dakwah itu sendiri.

‘Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu [kebahagiaan] negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari [keni'matan] duniawi dan berbuat baiklah [kepada orang lain] sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di [muka] bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.[28:77]‘

Saatnya mengkontruksi ulang semangat dakwah yang hidup dalam jiwa kita. Mengambil kesempatan yang masih tersedia untuk berhimpun dalam kemuliaan dakwah. Jika tawazun di pandang dari segi yang lain, maka seruan dakwah juga harus berorientasi terhadap bagaimana seseorang akan mampu membagi pemenuhan kebutuhan dunia dan akhiratnya secara seimbang. Nabi pernah mengatakan bahwa carilah dunia ini seakan engkau akan hidup selamanya, dan carilah akhirat ini seakan engkau akan mati esok. Artinya dunia dan akhirat keduanya harus dicari secara sungguh-sungguh. firman Allah dalam surat Ali-‘Imran ayat 104, ”Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.”

To mb Emil, mb any n ukhtifillah yg senantiasa mendukung ana..Afwan jiddan dan Jazakumullah atas kepercayaan yang telah diberikan kepada ana, tentunya sebuah proses Regenerasi dalam dakwah itu patut dilakukan agar pergerakan dakwah itu senantiasa baru dan segar..!!

Rabu, 28 Mei 2008

Dunia dakwah kita juga merupakan kompetesi. Hanya mereka yang terperdayakan yang senantiasa siap memikul dakwah. Beban dakwah hanya sanggup dipikul oleh mereka yang mengerti tentang apa dan bagaimana dakwah itu. Tim dakwah membutuhkan anggota tim yang cerdas, qowi, matin, dan bertanggung jawab. Karakter tersebut hanya didapatkan dengan pembinaan diri. Artinya, kita memiliki kesempatan untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik.

Kebutuhan perpolitikan dakwah membutuhkan komitmen yang jelas. . Yang mengharuskan kita berdakwah bukan dengan figure tetapi dengan dakwah itu sendiri.

Kita adalah batu bata penyusun tembok tinggi peradaban, tak peduli kita berada dimana, diatas atau dibawah, atau bahkan sebagian diri kita terpotong untuk mengganjal dan melengkapi lubangan tembok peradaban itu. Sudah selayaknya kita bersabar, kesabaran untuk proses kita menuju tercapainya kebangkitan islam yang kita idam-idamkan. Pada dasarnya dalam semua lingkungan dan ranah manapun kita bisa berdakwah, dalam hal ini tentunya memerlukan kader yang mempunyai spesifikasi dan kualifikasi yang memadai untuk diterjunkan dalam amanah dan wasilah serta wajihah tertentu. Oleh karena itu bukan hanya sekedar keaktifan ia di wasilah tertentu tetapi kadar keislaman dan kepemahaman syumulatul dien yang ia punyai. Aktivitas di medan dakwah memerlukan orang-orang yang komitmen dan sekaligus “paham”. Tanpa keduanya seseorang dalam menjalankan amanahnya akan cenderung fluktuatif dan unprogresif. Karena yang ia punyai hanya sebatas semangat tanpa diiringi kepehaman yang bersumber dari ilmu dien yang benar. apasih untungnya menyendiri dalam pergerakan dakwah ini. semua butuh penataan dan system, ada kalanya system teramat rumit dan elegan untuk kita jangkau.. Sistem sendiri sudah benar, hanya saja orang-orang yang berada didalamnya pembuat kebijaksanaan yang kadang kala tidak memuaskan Namun kekecewaaan dan ketidakpuasan sering kita terhadap system jangan pernah melunturkan semangat kita untuk berdakwah, bukan begitu saudaraku?

Ingatlah domba yang sendirian lebih mudah tertekam singa, daripada domba yang bergerombol. Barisan ini adalah barisan yang ditata, bukan barisan yang bergerombol tak beraturan. Bukankah kebenaran yang tidak terorganisir akan dikalahkan oleh kejahatan yang terorganisir. Sehingga kita selalau dituntut untuk menjadi orang yang beriman dan bertaqwa bukan untuk orang lain melainkan untuk kita sendiri. Perbaikan diri menuju yang lebih baik juga merupakan jihad. Sesungguhnya jika engkau berjihad, maka jihadmu adalah untuk dirimu sendiri.

“Sesungguhnya orang yang terbaik di antara kalian adalah yang paling bertaqwa” (Al Hujurat: 13).

Senin, 26 Mei 2008

PENELITIAN KU

Pengaruh Lama Fermentasi dan Jumlah Inokulum terhadap Produksi Tepung Ubi Kayu Berprotein dengan Menggunakan Kapang Tempe

Oleh :

Evi Desiana 0414051006

Provinsi Lampung merupakan salah satu daerah yang banyak menghasilkan komoditi ubi kayu (Mohinot esculenta Cranzt. Ubi kayu merupakan komoditi pertanian yang mudah rusak. Oleh karena itu ubi kayu segar perlu diolah menjadi bahan antara lain seperti diolah menjadi tepung ubi kayu (Suismono dkk, 2006). Pengolahan ubi kayu menjadi tepung bertujuan untuk memperpanjang masa simpan, meningkatkan nilai tambah tanaman ubi kayu, diversifikasi makanan, dan sebagai bahan substitusi dalam industri pangan (Setyono dkk, 1990).

Ubi kayu merupakan sumber karbohidrat (34,70-37,90 g/100 g ubi kayu) sehingga dapat digunakan sebagai makanan pokok terutama di daerah pedesaan, namun kandungan protein ubi kayu sangat rendah (0,80-1,20 g/100 g ubi kayu) (Direktorat Gizi Depkes RI, 1981). Untuk meningkatkan kandungan nutrisi ubi kayu maka perlu dicari alternatif memperkaya ubi kayu dengan penambahan sumber protein. Salah satunya adalah dengan cara memfermentasi ubi kayu dengan kapang tempe (Rhizophus sp).

Rhizopus sp memproduksi enzim protease dan amilase yang dapat menghidrolisis protein dan amilosa menjadi asam-asam amino dan glukosa. Menurut Mien (1990), Rhizopus oligosporus dan Rhizopus oryzae merupakan genus utama yang digunakan dalam proses fermentasi tempe di Indonesia. Enzim yang berperan dalam hal ini yaitu proteolitik yang dapat menguraikan protein menjadi asam amino dan amilolitik yang dapat menguraikan polisakarida menjadi gula sederhana (Purwanto, 1990).

Fermentasi merupakan proses yang melibatkan mikroorganisme sehingga kualitas produk fermentasi sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor selama proses fermentasi itu berlangsung. Lama fermentasi merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan keberhasilan fermentasi suatu bahan. Contohnya pada fermentasi tempe kedelai dengan sifat yang baik dihasilkan dengan lama fermentasi 1-2 hari (Jay, 2000) dan jika waktu fermentasi lebih lama maka akan dihasilkan tempe dengan sifat yang tidak disukai konsumen. Soccol et al (1994) juga melaporkan bahwa Rhizopus sp dapat tumbuh pada ubi kayu. Pada lama fermentasi 48 jam, protein ubi kayu meningkat dari 1,75% hingga 11,3% dengan proses fermentasi menggunakan isolat Rhizopus sp sebanyak 2x109 spora. Tekstur dan komponen ubi kayu berbeda dari kedelai yang merupakan bahan baku tempe. Berdasarkan hal tersebut maka lama fermentasi ubi kayu menggunakan kapang tempe perlu dicari sehingga dapat dihasilkan tepung berprotein dengan karakteristik yang baik.

Selain lama fermentasi, jumlah inokulum yang ditambahkan juga merupakan faktor penting dalam proses fermentasi. Fardiaz (1987) menyatakan bahwa jumlah starter yang ditambahkan akan mempengaruhi fase adaptasi pertumbuhan mikroba. Oleh karena itu perlu dicari jumlah inokulum dari kapang tempe yang tepat sehingga dapat menghasilkan produk dengan mutu yang baik.

Pelaksanaan penelitian dan analisis akan dilaksanakan pada bulan Mei 2008-Juli 2008. Perlakuan disusun secara faktorial dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap dengan tiga kali ulangan. Percobaan terdiri atas dua faktor yaitu lama fermentasi dan jumlah inokulum dari kapang tempe. Faktor pertama yaitu lama fermentasi (A) terdiri dari 3 taraf yaitu: 36 jam (a1), 48 jam (a2), dan 60 jam (a3). Faktor kedua ialah jumlah inokulum kapang tempe (B) terdiri dari 4 taraf yaitu 1,5 g/kg (b1); 2,0 g/kg (b2); 2,5 g/kg (b3); dan 3 g/kg (b4); serta kontrol yaitu ubi kayu tanpa penambahan kapang tempe. Data yang diperoleh di uji kesamaanragamnya dengan uji Barlett dan kemenambahan data di uji dengan uji Tuckey. Data kemudian diuji lanjut dengan uji perbandingan dan polynomial orthogonal pada taraf nyata 1% dan 5%.

Umbi kayu difermentasi dengan menggunakan kapang tempe dengan jumlah inokulum dan lama fermentasi yang telah ditentukan. Masing- masing perlakuan dicampurkan dengan 4,75 g KH2PO4, 9,30 g (NH4)2SO4, 2,3 g urea dan 96 ml air aquades sebagai tambahan sumber nutrisi pertumbuhan kapang (Soccol dkk, 1993). Pengamatan dilakukan dalam 2 tahap yaitu pengamatan selama fermentasi dan pengamatan pada tepung. Pengamatan selama fermentasi terdiri dari Penghitungan Total Kapang dan Penampakan Hifa secara visual. Sedangkan Pengamatan pada tepung terdiri dari Kadar Protein, Kadar Air, Kadar Abu, Derajat Putih, Kadar Pati dan Gula Reduksi.


Disampaikan pada Kolokium Jum'at, 23 Mei 2008

Selasa, 01 April 2008

Manajemen dan Perencanaan

Oleh : Evi Desiana*)


Pergerakan Dakwah (_Islam_) adalah pergerakan yang dekat dengan fitrah manusia. Hanya saja kelemahan di bidang manajaemen dan perencanaanlah yang menyebabkan kita tidak bisa mengambil manfaat dari berbagai potensi dan kemampuannya. Terkadang kita merasa sudah bekerja dengan segenap kesungguhan, namun ternyata tidak mendapatkan apapun. Segala bentuk penundaan dan kelalaian bisa membuat semangat dakwah kita melemah..

Bagi Antum/na para aktivis Dakwah tentunya tidak asing lagi dengan kata “syuro”. Fathi Yakan dalam bukunya “Problematika Dakwah dan Para Da’I” mengatakan bahwa syuro merupakan salah satu landasan terpenting bagi tegaknya pemerintahan dalam Islam. Apalagi dalam dunia Dakwah Kampus tentunya...Yang pasti segala sesuatu yang berkaitan dengan perencanaan organisasi butuh yang namanya Syuro’. Dalam bahasa kita syuro itu ya Rapat or bisa juga musyawarah. Yang tentunya berkaitan dengan manajemen, perencanaan, dan diskusi. Yang namanya rapat (-syuro) pasti udah jadi aktivitas keseharian para aktivis. Sampai-sampai dapat julukan terhormat sebagai mahasiswa KuRa-kuRa (Kuliah Rapat-Kuliah Rapat), (Tapi jauh lebih baik daripada dapat julukan mahasiswa KuNang-KuNang alias Kuliah Nangkring-Kuliah Nangkring (Nggak mau deh...!!).

Tapi apakah aktivitas syuro yang kita lakukan selama ini sudah efektif...??? Atau barang kali banyak sekali waktu yang terbuang hanya untuk memperdebatkan sesuatu yang terkadang tidak harus diperdebatkan??Mengapa sering sekali syuro terasa membosankan..??? Ana ingin kasih pendapat ney...

Kenapa syuro jadi tidak efektif…?? (menurut ana) :

  1. Waktu syuro ditentukan mendadak.
  2. Tidak tahu agenda yang akan di bahas
  3. Peserta syuro datang telat
  4. Catatan syuro tidak rapi
  5. Tidak ada referensi bahasan
  6. Senang berdebat
  7. Membosankan

Solusi (menurut ana juga..) :

  1. Tentukan waktu syuro rutin (Frekuensinya : seminggu sekali atau 2 minggu sekali atau sebulan sekali ; Harinya ; Waktunya ; Tempatnya). Misalnya : Syuro Kaderisasi setiap hari senin pukul 16.00 WIB di Sekretariatan. Tentunya setiap personel yang akan ikutan syuro sudah mengagendakan jauh-jauh hari sehingga apabila ada agenda yang waktunya bersamaan bisa diprioritaskan.
  2. Seringkali agenda syuro ditentukan pada saat hari H. Bahkan terkadang peserta syuro tidak tahu apa yang akan dibahas di syuro itu. Sebaiknya pada saat menentukan akan syuro kembali, maka langsung saja ditentukan apa yang akan dibahas di syuro selanjutnya agar peserta syuro ikut memikirkan wacana yang akan dibahas di syuro tersebut dan mempersiapkan ide2 cemerlang yang akan disampaikan.
  3. Telat...?? Ah...sudah biasa (Nah lho..!! hati2 dengan kata2 ini..). Kalau kebiasaan telat ini diteruskan bisa mempengaruhi aktivitas dakwah kita. “Dakwah itu butuh orang2 yang cerdas, disiplin, n’ profesional “ (Setuju...???). Buat komitmen bersama untuk hadir tepat waktu diantara peserta syuro, bisa dengan memberikan punisment kepada yang telat n’ reward kepada yang selalu datang ontime. Buat Tata Tertib syuro yang disepakati bersama. Jika sudah tiba waktunya syuro (Teng...!!), silahkan memulai syuro, jangan tunggu teman2 yang telat karena waktu akan terus berjalan dan menyia2kan waktu kita (“memuliakan yang terlambat” (coz ditungguin, dan “menzholimi yang Ontime”). (Kecuali peserta syuro yang baru datang 2 orang, ikhwan n’ akhwat...wah, kalau yang ini mesti nunggu yang lain, gak ada kompromi..!)
  4. Apa yang dibahas di syuro sebelumnya terkadang masih berhubungan dengan apa yang akan kita bahas hari ini. So, kita harus punya catatan rapi yang berisikan hasil2 rapat(-syuro) kita sebelumnya. Catatan ini juga bisa jadi referensi bagi peserta syuro yang tidak hadir (Jadi dia tahu apa hasil syuronya gitu,,).
  5. Diantara bencana paling buruk yang menimpa pergerakan Islam adalah inferioritas (rasa rendah diri) para aktivisnya dan sikap apresiatif terhadap beratnya peperangan yang mereka arungi, baik perang pemikiran maupun politik (taukan maksudnya...??_afwan, alias males mikir_)
  6. Pernahkah kita berfikir terkadang kita memperdebatkan sesuatu yang tidak harusnya lama-lama diperdebatkan. Coba deh evaluasi syuro2 yang antum/na ikuti. Terkadang sikap egois mempertahankan pendapat masing2 mewarnai aktivitas syuro kita. Tentunya sikap saling menghargai dan mendengar sangat dibutuhkan dalam kondisi ini.
  7. Syuro menjadi hal yang membosankan penyebabnya berkaitan dengan poin-poin diatas. Waktunya ditentukan mendadak n’ gak tau agendanya apa. Mau kasih ide,.?? Idenya mandek karena gak ada referensi yang disiapkan sebelumnya. So, bingung apa yang harus dibahas jadinya diem aja di syuro. Walhasil bisa membuat suasana jadi membosankan kan...???.

Penyebab kebosanan di syuro juga bisa disebabkan hal-hal lain misalnya : pemimpin rapatnya monoton (gak semangat gitu,,so pemimpin rapat..SEMANGAT...!! J ); gak ada makanan (he..he...ini sih maunya yang hoby makan, tapi perlu juga lho sekali-kali dalam syuro menghadirkan nafsi2 yang ini_makanan ringan_ .Siapa tau peserta rapat belum sarapan/makan siang (makanya dalam syuro gak ngomong2 coz lapeer..kan bisa jadi semangat lagi ngeliat makanan..!!)

Cari tempat syuro yang nyaman dan aman. Mungkin sekali-kali antum/na bisa syuro di pinggir pantai misalnya or di taman,,,(tapi masih dengan adab2 syuro yach..!!)..Wiih...yang ini pasti menyenangkan..!

(Diambil dari kisah nyata & pengalama pribadi he..he..^_^)

“Seorang yang profesional adalah seorang yang tekun, sabar dan tahan godaan, senantiasa dinamis dan mencari kreatifitas baru dalam berdakwah, karena memang ia tidak akan pernah setuju dan rela jika dakwah ini vakum, berjalan di tempat dan tidak mendapat tempat di hati umat”

Fathi Yakan masih dalam bukunya “Problematika Dakwah dan Para Da’I” mengatakan bahwa kehancuran dan kegagalan yang menimpa pergerakan Islam itu lahir karena kelemahan dalam metodologi dan pengabaian terhadap aspek manajemen serta perencanaan. Kalau kita ingin memperoleh solusi yang jelas dalam menangani problematika tersebut, menelaah secara seksama kesalahan2 kita, dan berusaha mengambil pelajaran dari pengalaman empiris untuk masa sekarang dan masa mendatang, maka kita dapat menegaskan bahwasanya kelalaian dalam menentukan tujuan, dan mengukur kekuatan adalah salah satu penyakit yang mesti di sembuhkan.

Btw...sudah siap untuk syuro lagi ...??? Semangat...semangat...!!!

(Buat Kaderisasi Crew UKM Birohmah, kapan kita syuro???? :)

*)Nama asli,...keluar juga...he2x