Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Rabu, 02 September 2009

BERJUTA HIKMAH DALAM 20 MENIT PENANTIAN

Setelah memesan tiket aku langsung beranjak masuk ke dalam bus yang masih ‘ngetem’ menunggu penumpang yang lain. Biasanya setelah memesan tiket aku pasti menyempatkan diri untuk duduk di deretan kursi panjang di ruang tunggu ‘Pool’ ini, sekedar memperhatikan lalu lalang, hilir mudik orang yang datang dan pergi. Selama hampir 5 tahun bolak-balik B.Lampung-Kotabumi aku tidak prnah berfikir untuk pindah berlangganan bus dari pool ini. Entahlah mungkin karena sudah terbiasa dan merasa nyaman dengan bus AC yang satu ini, jadi tidak berniat untuk pindah ke lain hati. 
Tapi hari ini tubuh terasa sangat lelah untuk sekedar memperhatikan dan duduk di deretan kursi panjang ini, lalu kuputuskan segera masuk dalam bus dengan harapan aku dapat beristirahat sejenak di dalam bus yang ‘adem’ ini smbil menikmati tayangan TV yang di suguhkan didalamnya.

Rabb, mengapa tubuh ini terasa sangat lelah…Mungkin bukan hanya karena aktivitas yang padat hari ini tapi karena beban fikiran yang juga sedang membelenggu. Kusandarkan punggung dan meluruskan kaki dibawah jok kursi. Aaah, alhamdulillah sejenak kurasakan kenyamanan menyelimuti tubuh ini..Ku coba menambah kenyaman itu dengan menikmati tayangan TV yang terus berputar, sebuah acara kuis tebak judul lagu dan melanjutkan syair. Beberapa menit mataku tak beranjak dari layar itu..Mencoba menikmati…

5 menit penatian…

Kulirik jam tanganku. Kenapa blm berangkat juga ya?. Aku juga masih duduk sendiri. Bus tampak sepi, mungkin karena hari ini bukanlah hari libur jadi sedikit orang yang bepergian ke luar kota. Menunggu, hal yang paling membosankan dalam hidup!  ..Ku lempar pandangan keluar dibalik kaca jendela (* tempat favorit ku dalam mobil yaitu didekat jendela, karena dengan duduk disana aku bisa menikmati pemandangan yang disuguhkan di sepanjang perjalanan..dan tentunya tidak akan membuat ku bosan)..Sebuah pemandangan ‘riweh’ terminal yang ramai yang ada di pandanganku saat ini..Orang-orang yang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing..

Bus ini diparkir menghadap sebuah rumah makan yang berada di seberang ‘pool’ ini. Aku duduk di bagian kanan dekat jendela di barisan kedua dibelakang sopir. Kembali kulempar pandangan ke luar jendela dengan kelelahan pikiran & fisik yang masih saja membelai…Bus ini berada di sebelah sebuah aliran air yang terdapat di terminal ini. Kondisi air ini tidak pernah berubah…Kotor, berwarna dan sampah..Beberapa enceng gondok turut menghiasi dengan hijaunya..Pasti tak ada ikan yang mau hidup di air itu atau mungkin hanya nyamuk yang mau tinggal disana. Ku alihkan pandangan ke seorang ibu yang sedang ’dikejar-kejar’ oleh tukang ojek.. Beberapa kali ibu ini menggelengkan kepalanya dan melambaikan tangannya kepada tukang ojek itu, tapi tetap saja tukang ojek itu mengikutinya..Sampai ibu itu memasang wajah marah dan berkata sesuatu kepada si tukang ojek itu barulah tukang ojek itu menggiring motornya meninggalkan sang ibu... Hmm, bisa kutebak apa yang di katakan oleh ibu itu…Aku tersenyum,, lagian maksa sih…syukurin kena omel ama tuh ibu…hhe..

Masih dengan tatapan dibalik jendela…Kosong…sedangkan pikiran ku sedang melanglang buana entah kemana..Begitu banyak hal yang sedang mengganggu pikiran.. Kekecewaan yang memaksa untuk segera mengambil keputusan. Kekecewaan yang menyebabkan ketidaknyamanan hadir dalam kerja-kerja dakwah yang sedang ku pikul saat ini serta kebingungan untuk melampiaskan kekecewaan ini pada siapa. Sebuah kejujuran hati itu yang ingin kucoba selalu hadirkan pada diri ini..Aku tidak bisa membohongi diri sendiri..Aku belum bisa menerima kesalahn2 itu, walaupun mungkin dahulu aku juga pernah hampir melakukan kesalahan yang sama. Tapi kenyataan2 yang baru kutemui ini sungguh telah menambah kekecewaan2 baru. Kemudian ku teringat kembali sebuah pesan dari seorang sahabat hasil diskusi panjangku dengannya semalam..”Ingatkah…pernah suatu hari almarhum Ustad Rahmad Abdullah datang kepada sekumpulan para aktvis dakwah dengan muka marah kemudian menggebrak meja dengan sangat keras dan berkata “Janganlah karena maksiat2 yang antum lakukan dan antum anggap kecil ini kemudian menjadi penyebab bobrok/rusaknya tatanan dakwah yang telah dengan susah payah dibangun oleh para pendahulu kita..?!”..Sebuah ketidaknyamanan yang sangat dirasakan oleh Ustad Rahmad Abdullah yang dianggapnya sangat mengancam berlangsungnya perjuangan dakwah ini… Tapi apakah lantaran dengan kekecewaan/ketidaknyamanan itu kemudian ustad Rahmad Abdullah meninggalkan mereka dan dakwah ini??, jawabannya adalah TIDAK..!!”…Aku kembali terpekur…hati kecilku kembali membela diri…’Toh aku bukanlah seorang ustad Rahmad Abdullah, jauh….jauuuh sangat..!!.. Aku hanya seorang insan yang juga memiliki banyak kesalahan, namun lantaran Allah masih menutupi aib2 ini dengan kasih sayangNya, sehingga aku masih bisa bernafas dengan lega…Aah entahlah, mungkin aku hanya butuh waktu untuk mengkondisikan diri dari berita2 yang baru kudengar belakangan ini.. Berita yang membuatku tidak lagi nyaman bekerja di dalam kumpulan orang2 yang ada di dalamnya.

Lain hal dengan ini…Kembali terdengar kata-kata itu jelas hinggap di telingaku..Beberapa fitnah yang hadir akibat ke ‘eksis’an keberadaan diriku pada salah satu layanan jejaring sosial.. Aaaaaaahh, ingin sekali rasanya ku menjerit, aku sungguh lelah, lelah mendengar semua itu…Ternyata jamaah ini belum cukup memberikan arti ukhuwah pada diriku..Ku sadar jamaah ini bukan lah jamaah malaikat, tetap saja jamaahnya para manusia. Tapi Rabb, Ghibah, fitnah, sungguh sangat menyakitkan…!. Bukan hanya tentang diriku…..Ku dengar, kulihat, ku amati di sekitarku, banyak sekali yang masih membicarakan keburukan saudaranya yang lain, entah berita itu benar atau salah.. Kemudian ku teringat sebuah kalimat yang pernah dikatakan seorang ‘guru’ ketika di awal2 aku belajar di kampus ini… ‘Cari seribu satu’alasan untuk tetap bisa berhusnudzon dengan saudara kita yang lain…Sungguh terdengar begitu indah bukan??... Hati kecilku bicara, seandainya mereka tau betapa kesendirian ini sangat membelenggu dan untuk saat ini hanya dengan itu ku bisa menghibur diri dari kesendirianku..Untuk saat ini hanya dengan itu ‘pencerahan2’ itu kudapat, untuk saat ini hanya dengan itu silaturahim terjalin, dan untuk saat ini hanya dengan itu diskusi2 itu tertuang..Lalu apakah aku salah???? …Ya Rabb, sungguh hanya Engkau yang maha mengetahui.. Ku berlindung kepadaMu dari keburukan sikap dan tingkah laku serta kata2 ini.. Sebuah doa andalan Abu Bakar As-Shiddiq begitu indah aku kumandangkan saat itu “ Ya Allah ampunilah aku tentang apa yang tidak mereka ketahui tentang diriku… Ya Allah jadikanlah hamba lebih baik dari apa yang mereka duga tentang diriku”. Beberapa tetes air bening jatuh menghantarkan doa ini…….Segera kusambut dengan tangan, kuhapus. malu bila ada yang melihat……Hhhuuuffff….Ku hela nafas cukup panjang… Ku paksa diriku untuk merasakan kembali kenyamanan beristirahat..

10 menit penantian…

Kulempar pandanganku kembali keluar jendela…Kucoba menyatukan mata, hati dan pikiran untuk hadir bersama.. Sebuah kesadaran yang sempurna..
Masih dengan suasana keramaian terminal yang kurang kusuka..Beberapa mobil angkot berhenti, menaikkan penumpang, kemudian berangkat…digantikan dengan angkot yang lain yang melakukan sesuatu yang sama..begitu seterusnya…..

Pandangan ku beralih menatap dari kejauhan seorang nenek tua dengan buntelan kain yang ia sangkutkan di bawah lengan kirinya…Tangan kanannya memegang sebuah mangkok kecil berwarna hijau yang ia sodorkan ke beberapa orang yang ia hampiri..Pakaiannya begitu lusuh, kebaya yang ia kenakan kusam berwarna coklat. bagian kaki yang tidak tertutupi kain panjangnya terlihat jelas kerutan2nya..Kulit itu begitu kering, mungkin karena terlalu akrab berteman dengan sinar matahari. Beberapa orang memasukkan koin2 kecil dalam mangkoknya, namun ada pula dengan wajah tidak suka langsung melambaikan tangannya ketika si nenek baru akan melangkah mendekatinya…Ku menatap dengan iba dari kejauhan, mencoba mengikuti setiap langkah ringkih kakinya..Kemanakah anak2nya, atau mungkin para cucunya? Sehingga membiarkan nenek dengan usia tuanya ini melangkah sendiri di tengah suasana panas terminal yang ganas. Ku jadi teringat sebuah acara berita di salah satu stasiun TV beberapa hari lalu yang membahas tntang Fatwa MUI yang mengharamkan mengemis, disana sang reporter menunjukkan sebuah rumah cukup bagus dengan lantai keramik dan pintu ukiran, sbuah bangunan baru tampaknya, kemudian sang reporter berkata “Siapa yang menyangka rumah yang ada di belakang saya ini adalah rumah dari seorang pengemis”..Weeww, hebat juga tuh pengemis bisa bangun rumah setara dengan rumahnya para PNS pikirku saat itu…^^, kemudian sang reporter kembali melaporkan hasil beberapa survey dari jumlah penghasilan para pengemis “Tahukah Anda para pengemis bisa berpenghasilan Rp.3-6 juta per bulannya, dan penghasilan mencapai puncaknya pada bulan Ramdhan hingga Hari Raya bisa mencapai Rp.10 juta per bulan..Wuuuiiih…keren kan??.. Bener2 ngalahin gaji PNS..!!. Tapi kalau melihat nenek tadi rasanya berbeda nasib dengan cerita itu…Wallahualam..Rabb, beliau hambamu, tidak ada satupun makhluk yang luput dari perhatianmu, maka lindungilah dan berikanlah yang terbaik kepada nenek itu…amiin..

15 menit penantian…

Look who’s there..!! Hatiku berseru…Seorang anak kecil…hmm mungkin kuperkirakan umurnya sekitar 7-8 tahun, beralas sandal jepit warna hijau, memakai kaos lusuh berwarna merah dengan celana panjang selutut menyita perhatianku kemudian… Sebenarnya sejak ku melempar pandangan ke luar jendela sejak tadi pula kulihat anak itu, tapi dia luput dari perhatianku…Ku kira dia hanyalah seorang anak kecil peminta-minta yang memang biasa mangkal di daerah ini…Tapi ternyata dia berbeda..!.

Ku perhatikan gerak-geriknya.. Kini ia bersandar pada salah satu tiang yang turut mengokohkan bangunan itu.. Ia menatap ke depan dan memegang erat tas kecil yang sejak tadi ia sangkutkan di pundaknya..Tak lama kemudian melintas sebuah mobil angkot berwarna coklat susu dan berhenti di depannya. Aku tak melihat anak itu lagi karena tubuhnya yang kecil tertutupi oleh badan angkot. Sopir angkot turun kemudian melambaikan tangan memanggil seseorang… Gerak langkah kaki kecil nan lincah dengan senyum kemudian menghampiri. Ooh ternyata yang dipanggil adalah anak kecil yang ku perhatikan tadi..Sang sopir angkot memegang pundak sang anak, sambil tangan yang satunya lagi menunjuk ke arah bagian dalam mobilnya..tampak seperti sedang memberikan instruksi kepada sang anak ini. Anak itu hanya mengangguk-anggukkan kepalanya beberapa kali, tanda mengerti mungkin.. Setelah itu sang anak membuka tasnya dan mengeluarkan sapu kecil tanpa gagang dari dalam tasnya yang ia pegang erat sejak tadi..kemudian masuk ke dalam mobil angkot itu.. Masih terlihat dari balik kaca gerak-geriknya…Ia membongkok-bongkokkan badannya mengais kolong-kolong jok penumpang dalam angkot dengan sapunya. Kemudian sekali-kali mengusap bagian atas jok itu dengan bajunya..Ia terus mengais-ngais dengan sapunya hingga sampai pada bagian pintu angkot itu.. Setelah selesai kemudian ia menghampiri sang sopir angkot yang sejak tadi sedang asyik ngobrol dengan sopir angkot yang lain. Sang sopir merogoh kantung bajunya dan mengeluarkan 1 keping uang koin limaratusan kemudian menyerahkn kepada anak itu. Anak itu menyambut dengan senyumnya. Kemudian ia segera berlari menghampiri angkot yang baru saja tiba dan di parkir tepat di belakang angkot yang ia sapu tadi, ia melakukan hal yang sama, mengeluarkan sapunya dan masuk ke dalam angkot dengan gerak-gerik yang sama, mengais2 debu dengan sapu kecil tanpa gagangnya..

Ku perhatikan hingga mobil angkot yang ketiga…Ia melakukan hal yang sama dan para sopir itupun memberikan sekeping uang yang sama.. satu keping uang limaratus rupiah..!. Mataku berkaca-kaca melihat itu semua, terharu, iba, bangga,..Subhanallah…anak itu hanyalah seorang tukang sapu angkot, di usia nya yang sekecil itu ia pasti telah mengerti arti kehidupan yang sebenarnya..Masih terlalu dini baginya untuk merasakan kerasnya hidup. Ia masih kecil tapi telah mampu makan dengan keringatnya sendiri. Masa indah kanak-kanaknya mungkin telah tenggelam diseret arus gelombang kehidupan. Dimataku saat itu ia adalah seorang ‘pahlawan’ kecil kehidupan..Yang mampu menyelamatkan diri dan bertahan dari ganasnya dunia nyata. Saat ia memutuskan untuk menjadi seorang tukang sapu angkot ketimbang meminta-minta seperti banyak anak seusianya di terminal ini sungguh ia telah menjadi pahlawan kecil kehidupan..!!. Sebuah cermin yang membuatku sangat malu menatap bayangan diriku sendiri… malu….sangat malu…


20 menit penantian…

Ku kembali melirik jam yang melingkari pergelangan tanganku.. Ya Allah sudah hampir 20 menit aku menunggu dalam bus ini…Tanpa sadar ternyata sudah cukup banyak yang mengisi bangku-bangku yang sejak tadi kosong.. Seorang ibu (seusia mama) kemudian menghampiriku, ia melihat tiketnya dan mencocokkan dengan nomor kursi “ini no 7 ya nak?” tanyanya kepadaku. Aku mengangguk “iya bu” sambutku dengan senyum (*Aku duduk di kursi no 8). Kubantu ibu itu meletakkan bungkusan plastik hitam besar miliknya di bawah jok mobil tepat disebelah kakiku.. Ia tersenyum kemudian duduk di sebelahku..”Alhamdulillah” lirihnya..Aku tersenyum, kemudian kembali menatap keluar dibalik jendela kaca ini..Aah, masih pemandangan yang sama, aku lelah….sangat lelah…Aku pejamkan mata beberapa detik, untuk kembali mengumpulkan tenaga dan kesadaran yang sejak tadi membawaku mengembara. Kubuka mata kemudian ku hela nafas panjang… Hhhuufff… Kurasakan relung-relung damai mulai menghampiri kembali…Ku coba tersenyum pada diriku sendiri…Sebuah senyum optimis untuk menghadapi semua tantangan yang ada di depanku saat ini… Tantangan kehidupan…..

Teguran petugas penarik retribusi terminal menyadarkanku dari ‘duniaku’ sendiri.. Segera ke buka tas ku dan kuambil satu keping uang limaratus rupiah..Ku lihat ibu yang duduk di sebelahku, ia tampak sibuk membongkar tasnya mencari uang kecil tampaknya..Kurogoh kembali tasku, ku tukar uang limaratus dengan satu lembar uang seribu dari dalam tasku..Kemudian kuserahkan kepada petugas retribusi itu, seraya berkata kepada ibu disebelah ku “Pake ini aja bu” kataku…Ibu itu tersenyum ‘Ooh ya, makasih ya… Ibu lagi gak ada duit kecil” katanya sambil tersenyum kepadaku.. “Iya bu” balasku dengan senyum juga..
Setelah itu terjadi obrolan antara aku dan ibu itu...Obrolan ‘perkenalan’ mungkin tepatnya..

Suara mesin mobil menghentikan obrolan kami “Alhamdulillah” desisku…”akhirnya bus ini berangkat juga”…Kembali kulirik jam, Ya Rabb, ternyata 20 menit persis aku menunggu dalam bus ini. Bus mulai bergerak, putaran-putaran roda mulai kurasakan. Bismillahirrahmanirrohim…Bismillahitawakaltu Allallahi lahawlawala quwwata illah billah…

Kulemparkan kembali pandangan dari balik kaca jendela… Masih berupa pemandangan yang sama, pemandangan terminal Rajabasa yang ramai dan sibuk. Ramai dengan para manusia yang mengejar perputaran waktu..Tapi kini pemandangan itu sedikit berbeda, kini ia bergerak, berubah dan berganti mengikuti irama perputaran roda bus yang mulai berlari meninggalkan sisa-sisa jejak yang tergores dalam tapak-tapak bumi, tanpa perduli bahwa jejak itu akan terhapus dan tergantikan dengan jejak-jejak baru…

Kulafazkan lirih “Fabiayyi ala irabbikuma tukadzibaan”…Sungguh tidak ada satu nikmat-Mu pun yang pantas hamba dustakan ya Rabb…Ampuni hamba atas segala keluhan yang tak pantas karena begitu banyak nikmat yang Kau berikan kepada hamba…Jadikanlah hamba seorang pembelajar sejati yang mampu mengambil hikmah dari setiap detik, menit dan jam yang telah dilewati, untuk semakin baik dalam setiap detik, menit dan jam yang akan dihadapi..Amin ya Rabbal aamin..

Semakin lama roda itu kurasa semakin cepat berputar, tapi aku hanya diam disini.. Mencoba mengikuti irama putarannya dan membiarkan ia membawaku mengikutinya.. Tapi aku tidak boleh diam terlalu lama, aku juga akan turut menorehkan jejak diatas tapak-tapak bumi ini. Sebuah jejak penuh makna, tanpa harus takut dan khawatir dengan jejak-jejak lain yang akan menutupinya. Karena jejak adalah sebuah sejarah, walaupun mungkin sejarah itu hanya akan dinikmati sendiri, tapi kuyakin bumi tidak akan mengahapus jejaknya, ia tetap akan merasakan sisa dari jejak-jejak itu dan akan mencatatnya sebagai bagian dari sejarah dirinya…..

Earthcity, 1 September 2009/ 11 Ramadhan 1430H
Pukul 23.25 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Semoga Bermanfaat...