Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Jumat, 23 April 2010

KETIKA TARBIYAH DIJADIKAN MAHAR....


bukan karena tidak ada pilihan tetapi karena Allah yang memilihkan


“Wanita dinikahi karena empat hal; karena harta, keturunan, kecantikan dan karena agamanya. Maka pilihlah wanita yang punya agama, jangan berpaling kepada yang lainnya semoga dapat berkah” (HR Bukhari dan Muslim).

Hadist diatas berlaku juga bukan buat para akhwat dalam memilih pasangan hidupnya *suami*..???..Artinya yang harus menjadi pertimbangan dan kriteria utama adalah ’AGAMA’..

Maka ada sebuah kisah seorang akhwat yang dilamar seorang laki-laki non tarbiyah (bc : tidak tarbiyah), kemudian ia menjadikan Tarbiyah suaminya sebagai maharnya. Ia ingin meniru kisah seorang wanita mulia : Ummu Sulaim yang menjadikan keislaman suaminya (Abu Thalhah) sebagai mahar. Dan beliaulah wanita dengan mahar termahal..

Ummu Sulaim, sohabiyah yang termahal maharnya. Beliau mau menerima pinangan Abu Thalhah yang dengan syarat keislaman Abu Thalhah sebagai maharnya. Insya Allah Ummu Sulaim tidak begitu saja menerima begitu saja kalau tidak yakin dengan kesungguhan dan komitmen Abu Thalhah untuk berislam. Dan ternyata setelah masuk Islam, Abu Thalhah menjadi salah satu sahabat Rasulullah yang istimewa.

Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bekata, “Abu Thalhah menikahi Ummu Sulaim. Maharnya keislaman Abu Thalhah. Ummu Sulaim telah masuk Islam sebelum Abu Thalhah, maka Abu Thalhah melamarnya. Ummu Sulaim mengatakan,’Saya telah masuk Islam, jika kamu masuk Islam aku akan menikah denganmu.’ Abu Thalhah masuk Islam dan menikah dengan Ummu Sulaim dan keislamannya sebagai maharnya.” (HR. An-Nasa’I : 3288)

Memang tidak mudah untuk menjadi Ummu Sulaim karena suami yang akan menjadi kepala rumah tangga nantinya, yang akan lebih dominan. Begitupun dengan seorang akhwat yang harus memutuskan untuk menikah dengan seorang laki-laki non tarbiyah sedangkan sang akhwat adalah orang yang telah malang-melintang di dunia tarbiyah.

Tidak mudah memutuskan menjadikan Tarbiyah sebagai mahar, karena bisa menimbulkan kemungkinan-kemungkinan. Ada beberapa kisah akhwat yang sebelum menikah dia sudah tertarbiyah dan aktif dalam dakwah kemudian menikah dengan seorang ikhwan hanif dengan harapan nantinya sang suami biasa diajak ikut tarbiyah dan dakwah, tetapi ternyata kenyataanya tak seindah impiannya, sang suami ga mau ngaji apalagi dakwah dan sang istri pun akhirnya juga tak lagi berada dalam barisan dakwah. Tetapi jika memang calon suami punya komitmen dan sungguh-sungguh untuk perbaikan diri dan mau bergabung dalam barisan dakwah sebagaimana Abu Thalhah maka tidak ada salahnya juga menjadi seorang Ummu Sulaim.

Dengan pertimbangan-pertimbangan itu memang kita bisa menentukan pilihan. Tapi alangkah baiknya jika kita bertawakal kepada Allah, biarlah Allah yang memilihkan untuk kita, karena Dia-lah yang Maha Tahu yang terbaik untuk diri kita. Bisa jadi yang kita anggap baik adalah buruk menurut-Nya, begitu pula sebaliknya.

Kenapa harus dengan yang tarbiyah??

Tarbiyah memang bukan segala-galanya, tapi segala-galanya bisa jadi berawal dari tarbiyah...Memang sih tidak menutup kemungkinan juga ikhwan tarbiyah kapasitas keislamanannya juga tidak lebih baik dari ikhwan non tarbiyah (note : tidak liqo’, bukan bahasan perbedaan harokah loh). Tapi yang pasti ketika sama-sama tarbiyah maka ada pemahaman yg sama, ada sesuatu yg menjadi kesamaan,,,atau bahkan ada cita2 yg sama...sehingga akan lebih mudah disatukan.

Jadi, tidak salahkan ketika ada seorang akhwat yang menjadikan Tarbiyah sebagai maharnya???..tapi masih dengan catatan harus yakin dengan kesungguhan dan komitmen sungguh-sungguh sang calon untuk perbaikan diri dan mau bergabung dalam barisan dakwah sebagaimana Abu Thalhah, atau dengan kata lain setelah menikah tetep terbina tarbiyahnya ^_^

Ya Allah ya Tuhanku…
Pasrahkanlah aku dengan takdirMu
Sesungguhnya apa yang telah Engkau takdirkan
Adalah yang terbaik buatku
Karena Engkau Maha Mengetahui
Segala yang terbaik buat hambaMu ini

Ya Allah…
Cukuplah Engkau saja yang menjadi pemeliharaku
Di dunia dan di akhirat
Dengarlah rintihan dari hambaMu yang daif ini
—————————————-
Jangan Engkau biarkan aku sendirian
Di dunia ini maupun di akhirat
—————————————-
Menjuruskan aku ke arah kemaksiatan dan kemungkaran
Maka kurniakanlah aku seorang pasangan yang beriman
Supaya aku dan dia dapat membina kesejahteraan hidup
Ke jalan yang Engkau ridhai
Dan kurniakanlah padaku keturunan yang soleh
Amin… Ya Rabbal ‘Alamin

Kotabumi, 23 April 2010
10.46 am

(*dalam perenungan, di ruang peradaban, detik-detik menjelang mengisi mentoring ^^)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Semoga Bermanfaat...