Berawal dari diskusi panjang dengan seorang teman di sepanjang perjalanan tentang ’MASA DEPAN’ jadi membuat ku menemukan sebuah inspirasi untuk melanjutkan tulisan sebelumnya tentang MENIKAH...Jujur sebelumnya ku tak tertarik memasuki bahasan di ‘dunia’ ini, karena kurasa blm waktunya n masih terlalu dini membahas masalah ini (Huhuhu…inget umur gak sih dah brp skrg???? Hehe…). hanya berawal dari pertanyanku sendiri kepada seorang teman, “Kapan merried??”. Pertanyaan sederhana, mungkin ku juga sekedar iseng bertanya, tapi ini merupakan awal dari pembahasan panjang dalam diri dan mampu membuat ku berfikir dalam....Hmmm....
Mau tau jawaban apa dari temanku itu....Singkat, beliau jawab ”Belum SIAP”. Jawaban standar, aku hanya mengangguk dan tersenyum, kemudian tidak tertarik kembali dengan pembahasan itu..(Toh, aku jg nanyanya basa-basi doang kok, akhir2 ini aku jg sering ditanya begitu tp gak mau ambil pusing...he..).
Walaupun ingin tapi tak kulanjutkan dengan pertanyaan ”WHY??”..bukankah menikah sepertinya kata2 yang indah. Memulai hidup berdua dengan seseorang yang (akan) kita cintai sepenuh hati. Membingkai ibadah dalam sebuah rumah tangga...Indah bukan???, Kurasa siapapun segera membayangkan kebahagiaan ketika mendengar dan berfikir tentang pernikahan dan rumah tangga.
The Conclusion dari pemikiran panjangku : The key word of married is ”keSIAPan” & “Menikah itu gak gampang..!!!” (Me_made on ^^)
Yupz...mengutip tulisan sebelumnya, ”Menikah bukan sekedar ‘penjagaan hati’ tapi lebih dari itu, juga bukan sekedar keinginan atau dorongan hati, atau juga bukan karena ‘keterpaksaan’ umur”. Pernikahan adalah sebuah fase dalam kehidupan manusia. Pernikahan bukanlah terminal akhir, bahkan menjadi awal dari sebuah proses perubahan dimana separuh agama akan dipertaruhkan dalam ikatan itu...
Lalu apa sajakah kesiapan itu???...Kesiapan Mental, Kesiapan Fisik, dan Kesiapan Harta merupakn tiga hal yang tidak bisa dipungkiri.. Ketiganya penting, namun ’Kesiapan Mental’ yang sering kali menjadi tantangan untuk melaju ke masa ini. Ya iyalah lagi-lagi menikah itu tidak gampang,..Menikah merupakan keputusan besar yang akan mengubah hidup seseorang. Bagi seorang wanita, maka kita harus rela membuka ruang intervensi yang mengganggu kemerdekaan kita selama ini. Tiba-tiba ada seseorang yang punya hak menanyakan kemana kita pergi, bukan hanya bertanya tapi menyuruh atau melarang. Tiba-tiba saja ada seseorang yang berhak tahu segala sesuatu tentang diri kita, luar dan dalam, dari emosi hingga perasaan...Lagi-lagi bertanya ”Sudah siap untuk itu semua??”
Oh ya, aku belum menceritakan tentang diskusi panjang sepanjang perjalanan dengan temanku diatas..Awalnya beliau bertanya ”sudah siap menikah??”..ow..ow..ow...pertanyaan aneh.. (*tp sdh mulai terbiasa mendengarnya. :p ). Ku jawab saja dengan senyum dan jawaban standar andalan ”BELUM SIAP” (he... :p). Sejak awal ku kenal teman ku yang satu ini memang agak sedikit berfikir dewasa makanya dipanggil ’Mbak”..Hmm...kutangkap sebuah pancingan, sepertinya ia memang sedang ingin membahas masalah ini...”Hayuuuk ah, siapa takut...!!!” (Eh, tapi yg ini dalam hati aja ngomongnya...hehe). ”Kenapa blm siap??”, tanyanya lagi....”Hmmmmm blm siap aja..he...” (Bingung jawabnya euiyy, asli..!!). ”Lagian sang pangeran berkuda dengan seikat bunga lagi dalam perjalanan jadi blm nyampe..he..”, jawab ku ringan...(**yuhuuu...akhirnya kutemukan jawabannya..ha :D**)..”Haha...Laah diajakin ngomong serius malah bercanda mulu” komentarnya,....Laaah aku kan jg serius yo...hehe...^^.
Kemudian mengalir begitu saja ia bercerita, aku serius mendengarkan dengan seksama (**sekarang serius beneran..!!**). Hal yang paling menarik dan belum pernah ku ketahui sebelumnya adalah bahwa ternyata ia punya pengalaman ”Melamar dan Dilamar....!!!”. Wah..wah..wah...keren kan...!!!. :D. Tapi sayangnya semuanya belum mampu mengantarkannya ke jenjang pernikahan. Menarik...sangat menarik sekali kisah hidupnya...sungguh-sungguh menarik.. Pengen tahu kisahnya???...Sabar...sabar...hehe...
Dilamar atau biasa kita sebut dgn dikhitbah, yupz kisah indah yang berakhir tragis bagi dirinya..Ada seorang ikhwan (hmmm itong *alias ikhwan sepotong* aah..he), pernah melamar beliau melalui adiknya (*yg jg tmn qt ternyata*), kemudian lamaran itu ia sambut dengan tangan terbuka begitu juga dengan keluarganya. Satu suku...itu yang menjadi ketertarikan keluarganya..Akhirnya pertemuan dua keluargapun dilangsungkan, menentukan tanggal dan segala kesiapan..Mungkin, 70% sudah bisa dibilang siap...Tapi sayangnya waktu khitbah dan pernikahan itu cukup lama. Alhasil berakibat menimbulkan riak2 ombak, atau percikkan-percikan bunga asmara diantara keduanya sebelum waktunya (*weleh-weleh bahasanya euiyyy ). Berselang beberapa bulan kemudian sang ikhwan (*hmm itong..!) dengan ‘alasnnya’ sendiri membatalkan hubungan itu, bahkan memutuskan tali silaturahim hingga sekarang...Sayangnya alasannya gak diceritakan oleh temanku ini..Katanya itu aib dan ia pun luka kalau mengingatnya.. Ya sudahlah, akupun tak ingin terlalu dalam mencampuri urusannya, disini hanya berperan sebagai pendengar..Kisah ini ternyata sudah hampir satu tahun yang lalu, tapi tahukah apa yang temanku ini bilang??. Dia masih sangat mengharapkan sang ikhwan ini berubah fikiran dan datang kepadanya kembali... Hmmm, sebagai perempuan ku tahu pasti sakit banget ya rasanya, kejadian ini pasti menimbulkn luka yang dalam di hatinya...”Sabar kawan, pasti Allah akan menggantikannya dengan yang lebih baik”..Hiburku... (**speechless asli dah wkt itu, blm punya ilmu yg cukup sih bwt masalah beginian**)
Yang paliiing menarik dalam kisahnya adalah Ia pernah memberanikan diri berperan sebagai ‘Khadijah’...Ya, Khadijah seorang saudagar wanita sholehah yang datang melamar pada Muhammad SAW. Kebayang gak????...Awalnya aku juga serem membayangkan ada akhwat melamar ikhwan?..Hohoho..tapi syah2 aja kok...he...Keberaniannya itu loh yang gak kebayang, aku acungkan jempol dah buat mempertaruhkan “malu’ nya di hadapan sang ikhwan..Awalnya ia merasakan ada rasa yang “aneh” dengan dirinya ketika mendengar/melihat sang ikhwan, dia sebut rasa itu dengan kata ‘suka’. Dan ia rasa sang ikhwan pun merasakan hal yang sama dengannya, walaupun mereka sangat jarang sekali bertemu, ngobrol atau berpapasan.. Nah lho, heran kan? Kok bisa dia menyimpulkan begitu??..Makanya aku juga nanya ke dia...Kok bisa???..Ia jawab “Susah mendeskripsikannya, ini masalah perasaan & kemampuan seorang wanita yang bisa membedakan dan membaca gerak tubuh dan bahasa ikhwan antara rasa ‘suka’ dan ‘tidak suka’ kepada lawan jenisnya”..”Pokoknya ini masalah perasaan & kata hati aja, susah menjelaskannya knp saya bisa mengatakan kalau dia juga suka,, Intinya pada perasaan wanita yang tidak bisa dibohongi”, jelasnya..(**Hmmm emang gitu tah??..kayak bukan wanita aja, aku kan wanita juga...hehe).
Kemudian untuk menjaga hatinya ia putuskan memberikan biodata singkatnya melalui temannya dan murabbinya kepada sang ikhwan itu. Akhirnya semuanya diproses (**ttg apa itu proses dan bagaimana??? tunggu di tulisan selanjutnya, skrg lagi cari ilmunya dulu..hehe**). Sang ikhwan setuju dan berbicara akan melanjutkan kepada kedua orangtuanya.. Beberapa bulan kemudian sang ikhwan memberi kabar kepadanya (*melalui perantara*), bahwa kedua orang tuanya belum memberikan izin untuk menikah karena memang kondisinya mereka masih kuliah...Dan akhirnya pun lamaran itu dengan halus ditolak..(--Story the end^^--)
Kisah yang menarik bukan??.. Sebuah pengalaman hidupnya yang memberikan pelajaran berarti bagiku..Sangat menarik, karena dari sini ku bisa belajar banyak tentang arti sebuah ikatan yang bukan main2. Segala sesuatu itu butuh persiapan, butuh ilmu begitu juga dengan menikah.. Bukan hanya sekedar ajakan “Will u get married with me???” (*kayak org2 indonesia yang kebarat2an itu..week ;p*)
Ada kisah menarik lagi tentang seorang akhwat yang menolak lamaran seorang ikhwan (*tetap melalui perantara*), dan tahukah alasannya kenapa? Karena alasan fisik..!. Pernah kutanya alangkah duniawinya alasannya, bukankah ketika menolak lelaki sholeh yang baik agamanya datang melamar, maka hanya akan menimbulkan fitnah??.. Maka jadikan lah agama sebagai satu2nya alasan menolak dan menerima?. Yah, dia tahu dan mengerti itu, tapi ia mengatakan bahwa ia takut ia tidak bisa ikhlas menerima segala kekurangan fisik sang ikhwan itu...Kuncinya : Keikhlasan menerima segala kekurangan..!
Maka sangat perlu menimbang-nimbang, saat merasa telah siap menikah. Mungkin jangan pernah berharap akan menemukan seseorang dengan segala sifat kesempurnaan sesuai idealitas yang kita bangun. Tapi kita harus berani rela dan berani untuk bersama-sama membangun pribadi yang diharapkan. Menerima tidak hanya kelebihannya, tapi juga kekurangannya yang pasti ada padanya, sebagaimana juga ada pada diri kita. Yang terpenting adalah bahwa kita memilih seseorang karena memiliki Visi dan Misi yang sama..(So, yang merasa punya keinginan untuk menikah, buat Visi Misi dulu ya, or kalau sudah ada mantapkan Visi dan Misinya..hehe..)
Pelajaran yang lain yang bisa saya ambil dari kisah2 diatas adalah bahwa harus ada perjalanan/proses yang baik ke arah itu..Sebuah perjalanan yang berkah dan diridhoi. Teringat sebuah kalimat bijak “Anda akan gagal menikmati hidup jika dari awalnya telah memilih jalan yang salah”. Jodoh itu ditangan Allah, namanya telah dipasangkan dengan masing2 dan tertulis di Lauh Mahfudz, pasti tidak akan tertukar dan salah..!!. Mencuri start dan berbelok jangan pernah dilakukan untuk mempercepat atau mungkin menunda, karena hasilnya akan sama, tapi cara menempuhnya yang tinggal kita pilih.. Jalani proses yang baik agar hasilnya berkah..!!
NOTE :
Bukan cinta biasa, bukan orang biasa, bukan waktu dan tempat yang biasa, dan bukan dengan cara yang biasa karena ini semua bukan hal yang biasa.....
(Dewasa banget yak tulisan ku kali ini....hohoho...namanya juga lagi belajar...hehehe^^)
Kotabumi, 7 Oktober 2009-10-07
09:39 a.m
Jumat, 30 Oktober 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Semoga Bermanfaat...